Epidemiolog Sebut Melepas Masker di Luar Ruang Belum Tentu Aman
18 May 2022 |
07:35 WIB
Presiden Joko Widodo baru saja mengizinkan masyarakat untuk melepas masker saat berkegiatan di luar ruangan, namun jangan dulu gegabah, Genhype. Meski cakupan vaksinasi di Indonesia meningkat, potensi penularan Covid-19 masih rentan terjadi ditambah adanya subvarian baru Omicron atau varian baru lainnya yang mungkin saja muncul.
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan saat ini ada Omicron plus, turunan dari varian Omicron seperti BA2.12.1 yang penularannya cukup efektif. Vaksinasi dua dosis tidak cukup untuk mencegah kita dari penularan subvarian ini. Perlu tiga dosis vaksin dengan cakupan 50 persen agar benar-benar aman.
"Jangan sampai euforia yang membuat kita abai dan merugikan diri sendiri. Penggunaan masker adalah perilaku yang mudah, murah, efektif mencegah penyakit seperti Covid-19 ditambah vaksin. Ini menurunkan potensi penularan," ujarnya kepada Hypeabis.id, Rabu (18/5/2022).
Kombinasi tersebut akan lebih efektif jika ditambah protokol kesehatan lain, termasuk ventilasi udara yang baik. Dicky memyebut area luar ruang tidak menjamin aman dari penularan virus, terutama jika sirkulasi udaranya kurang.
"Kalau merasakan di dagu ada hembusan angin, itu relatif aman. Ini yang harus disampaikan ke publik," tegasnya.
Ya, semua kembali kepada diri masing-masing apakah kita cukup aman dengan tidak memakai masker di luar ruang. Atau apakah area tersebut minim risiko penularan. Walaupun sudah vaksin booster seseorang tetap saja bisa menularkan dan terinfeksi walaupun gejalanya tidak parah. Namun yang dikhawatirkan adalah menularkan virus ke orang terdekat yang memiliki komorbid.
Dicky menilai harusnya pelonggaran prokes ini dilakukan secara bertahap. Masih ada masa transisi setidaknya enam bulan untuk mencapai situasi yang jauh lebih baik dan aman.
"Tapi kalau banyak negara melakukan pengabaian, risikonya menjadi besar. Kita belum dalam kondisi yang cukup aman untuk pembebasan masker. Harus dikendalikan terukur dulu, bersabar," ujarnya.
Dia berpendapat krisis pandemi melandai paling cepat akhir 2022 atau awal 2023 dengan asumsi sepertiga negara di dunia masuk kategori terkendali dan cakupan vaksinasi global dua dosis 70 persen tercapai setidaknya Oktober 2022. Situasi aman ini termasuk tidak adanya varian baru atau subvarian baru yang mematikan atau menurunkan efikasi vaksinasi.
"Status endemi bisa saja dicapai beberapa wilayah paling tidak positivity rate di bawah 5 persen. Tetapi harus ingat ini masih pandemi dan ada situasi dinamis yang dipengaruhi global," tambah Dicky.
Editor: Nirmala Aninda
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan saat ini ada Omicron plus, turunan dari varian Omicron seperti BA2.12.1 yang penularannya cukup efektif. Vaksinasi dua dosis tidak cukup untuk mencegah kita dari penularan subvarian ini. Perlu tiga dosis vaksin dengan cakupan 50 persen agar benar-benar aman.
"Jangan sampai euforia yang membuat kita abai dan merugikan diri sendiri. Penggunaan masker adalah perilaku yang mudah, murah, efektif mencegah penyakit seperti Covid-19 ditambah vaksin. Ini menurunkan potensi penularan," ujarnya kepada Hypeabis.id, Rabu (18/5/2022).
Kombinasi tersebut akan lebih efektif jika ditambah protokol kesehatan lain, termasuk ventilasi udara yang baik. Dicky memyebut area luar ruang tidak menjamin aman dari penularan virus, terutama jika sirkulasi udaranya kurang.
"Kalau merasakan di dagu ada hembusan angin, itu relatif aman. Ini yang harus disampaikan ke publik," tegasnya.
Ya, semua kembali kepada diri masing-masing apakah kita cukup aman dengan tidak memakai masker di luar ruang. Atau apakah area tersebut minim risiko penularan. Walaupun sudah vaksin booster seseorang tetap saja bisa menularkan dan terinfeksi walaupun gejalanya tidak parah. Namun yang dikhawatirkan adalah menularkan virus ke orang terdekat yang memiliki komorbid.
Dicky menilai harusnya pelonggaran prokes ini dilakukan secara bertahap. Masih ada masa transisi setidaknya enam bulan untuk mencapai situasi yang jauh lebih baik dan aman.
"Tapi kalau banyak negara melakukan pengabaian, risikonya menjadi besar. Kita belum dalam kondisi yang cukup aman untuk pembebasan masker. Harus dikendalikan terukur dulu, bersabar," ujarnya.
Dia berpendapat krisis pandemi melandai paling cepat akhir 2022 atau awal 2023 dengan asumsi sepertiga negara di dunia masuk kategori terkendali dan cakupan vaksinasi global dua dosis 70 persen tercapai setidaknya Oktober 2022. Situasi aman ini termasuk tidak adanya varian baru atau subvarian baru yang mematikan atau menurunkan efikasi vaksinasi.
"Status endemi bisa saja dicapai beberapa wilayah paling tidak positivity rate di bawah 5 persen. Tetapi harus ingat ini masih pandemi dan ada situasi dinamis yang dipengaruhi global," tambah Dicky.
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.