Aespa, girl group asuhan SM Entertainment, dan avatarnya. (Dok. Aespa Official)

Grup K-Pop Avatar seperti Aespa & Eternity Tuai Kontroversi

14 June 2021   |   12:02 WIB
Image
Nirmala Aninda Manajer Konten Hypeabis.id

Merebaknya grup K-pop virtual dengan sosok avatar menjadi kontroverial. Para ahli mempertanyakan masalah etika dan hak ciptanya yang dinilai bakal menjadi masalah di masa depan.

Kang Shin-kyu, seorang peneliti di Korea Broadcast Advertising Corporation, baru-baru ini berbicara kepada The Korea Times tentang meningkatnya popularitas bintang pop virtual. 

Dalam beberapa tahun terakhir, grup seperti K/DA dan aespa telah memasukkan avatar virtual ke dalam konsep mereka, sementara girl grup yang sepenuhnya didukung Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, Eternity, memulai debutnya pada bulan Maret.

Di antara ketiga grup ini, Kang menekankan fokusnya pada grup asuhan SM Entertainment, aespa, yang menampilkan empat avatar yang didasarkan pada identitas anggota manusia (human member) ialah Ning Ning, Karina, Winter, Giselle.

Dia mempertanyakan kepemilikan hak cipta jangka panjang dari avatar ini, terutama jika anggota manusia meninggalkan grup di masa depan.

“Bagaimana SM Entertainment menangani avatar-avatar ini setelah anggota manusia mengakhiri kontrak mereka dengan perusahaan? Apakah perusahaan masih memiliki entitas digital bahkan jika anggota manusia tidak ingin identitas mereka digunakan di masa depan?” ujarnya.

“Inilah mengapa saya pikir produser harus lebih memperhatikan anggota manusia dan masa depan mereka.”

 

Aespa Ning Ning, Karina, Winter, dan Giselle. (Dok. Aespa Official)

Aespa Ning Ning, Karina, Winter, dan Giselle. (Dok. Aespa Official)


Dilansir melalui NME, Kang juga menunjukkan potensi masalah ketika avatar, yang didasarkan pada manusia sungguhan, disalahgunakan keberadaannya.

Salah satu isu kejahatan digital yang sedang marak saat ini adalah deep fake dan eksistensi avatar atau karakter virtual memicu risiko penyalahgunaan konten yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi kehidupan anggota manusia.

Namun, beberapa agensi melihat peningkatan grup dengan anggota virtual sebagai perkembangan yang positif. 

Di antara mereka yang mendukung kecerdasan buatan di K-pop adalah Park Ji-eun, CEO Pulse 9, perusahaan di balik Eternity, sebuah girl grup yang terdiri dari anggota hiper-realistis yang dibuat menggunakan AI canggih.

Menurutnya, tidak seperti penyanyi manusia, anggota AI dapat dengan bebas mengekspresikan diri mereka dan mempertimbangkan berbagai masalah sosial karena mereka kurang rentan terhadap komentar dan kritik jahat.

"Sebagai kreator, saya juga dapat menambahkan elemen yang lebih fantastis dan menarik ke dalamnya, membuat mereka lebih dapat dibedakan dari grup K-pop eksisting,” ujar Park.
 

Eternity () adalah proyek girl grup AI Korea Selatan di bawah manajemen AiA dan Pulse9 yang terdiri dari 11 anggota. (Dok. YouTube AiA-fab)

Eternity adalah proyek girl grup AI Korea Selatan di bawah manajemen AiA dan Pulse9 yang terdiri dari 11 anggota. (Dok. YouTube AiA-fab)

Menggunakan kecerdasan buatan dan teknologi pencitraan virtual deepfake, girl grup beranggotakan 11 orang itu tampil seperti manusia. 

Berbekal fitur wajah dan kepribadian yang unik, anggota Minji, Seoa, Sujin, Dain, Yeoreum, Yejin, Jaein, Jiwoo, Hyejin, Sarang, dan Chorong – dibuat menggunakan Deep Real AI.

Sebelumnya, Riot Games, perusahaan di balik League of Legends, mengembangkan K/DA, sebuah girl grup virtual yang terinspirasi dari K-pop yang terdiri dari empat versi karakter bertema League of Legends: Ahri, Akali, Evelynn, dan Kai'Sa.

Konsep K/DA didasarkan pada keinginan Riot untuk menciptakan lebih banyak konten musik di masa depan, dengan karakter yang dipilih berdasarkan pola dasar K-pop. Grup ini dibuat untuk mempromosikan League World Championship dan untuk menjual skin K/DA dalam game dari karakter di League of Legends.
 

K/DA dan Seraphine (Dok. K/DA Official)

K/DA dan Seraphine (Dok. K/DA Official)

Lee Hye-jin, asisten profesor klinis di Annenberg School for Communication and Journalism of the University of Southern California, percaya bahwa anggota virtual akan memudahkan penggemar untuk berinteraksi dengan idola favorit mereka. 

Namun, dia juga mencatat bahwa mereka juga bukan pengganti idola manusia.

“Tanpa kendala fisik dan emosional, penyanyi virtual lebih mudah dikendalikan dan tersedia lebih luas bagi penggemar yang ingin terlibat dengan idola mereka dalam berbagai bentuk,” kata Lee, sambil mempertanyakan apakah penggemar dapat menumbuhkan hubungan yang bermakna dengan entitas yang sebenarnya tidak ada.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Chris Evans Ulang Tahun, Chris Hemsworth Unggah Foto Lucu Ini

BERIKUTNYA

10 Tips Merancang Lamaran Berkonsep Taman ala Lesti Kejora & Rizky Billar

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: