Puasa dengan Diabetes, Pantau Gula Darah di Waktu Ini
18 April 2022 |
13:33 WIB
Satu hal yang sering jadi kekhawatiran pasien diabetes ketika menjalankan ibadah puasa adalah kondisi gula darah yang tidak stabil karena perubahan pola makan. Namun, jika dipantau dengan baik, penderita diabetes tetap bisa menjalankan rukun Islam ketiga dengan nyaman.
Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin Metabolik Diabetes di RSUI Prof. Pradana Soewondo mengatakan prinsip pengendalian diabetes terdiri dari lima pilar, yaitu edukasi, pengaturan makan (diet), aktivitas fisik, penggunaan obat, dan montoring.
Untuk monitoring, selain di rumah sakit, dapat dilakukan secara mandiri melalui pemantauan gula darah mandiri (PGDM), yakni pemeriksaan gula darah berkala dengan menggunakan alat glukometer yang dilakukan baik secara mandiri ataupun dibantu oleh keluarga.
Dengan target gula darah yang ideal yakni 80-130 mg/dL, Pradana menjabarkan bahwa pemantauan gula darah selama puasa dapat dilakukan sebanyak enam kali dalam sehari, yakni pada:
Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin Metabolik Diabetes di RSUI Prof. Pradana Soewondo mengatakan prinsip pengendalian diabetes terdiri dari lima pilar, yaitu edukasi, pengaturan makan (diet), aktivitas fisik, penggunaan obat, dan montoring.
Untuk monitoring, selain di rumah sakit, dapat dilakukan secara mandiri melalui pemantauan gula darah mandiri (PGDM), yakni pemeriksaan gula darah berkala dengan menggunakan alat glukometer yang dilakukan baik secara mandiri ataupun dibantu oleh keluarga.
Dengan target gula darah yang ideal yakni 80-130 mg/dL, Pradana menjabarkan bahwa pemantauan gula darah selama puasa dapat dilakukan sebanyak enam kali dalam sehari, yakni pada:
- Saat sebelum sahur
- Pukul 07.00 pagi
- Pukul 12.00 siang
- Pukul 15.00 atau 16.00 sore
- Setelah berbuka puasa
- 2 jam setelah berbuka puasa
“Batas aman 100-120 mg/dL khususnya pada diabetes yang tidak banyak komplikasinya," ujarnya melalui siaran pers. Senin (18/4/2022).
Tujuan dari PGDM yaitu memperbaiki pencapaian kendali gula darah yang ideal, menurunkan risiko morbiditas dan mortalitas, menghemat biaya kesehatan jangka panjang yang terkait dengan komplikasi.
Pemantauan ini juga bertujuan untuk menghindari risiko hipoglikemia dan hiperglikemia, membantu perubahan gaya hidup, membantu dalam pengambilan keputasan medis, serta membantu penyesuian dosis obat atau insulin yang diberikan.
."Dalam PGDM bukan hanya memeriksa gula darah saja, namun juga dicatat. Hasil pencatatan tersebut akan berguna untuk dokter sebagai bahan evaluasi pemberian obat kepada pasien," katanya.
Lebih lanjut dia menerangkan pemeriksaan gula darah dipengaruhi dari kondisi penyakitnya. Pada saat puasa, apabila kondisi gula darah stabil tidak perlu setiap hari, cukup dua kali dalam sepekan.
Sementara jika kondisinya kurang baik atau juga dalam kondisi sedang dalam berpuasa seperti saat ini, pemeriksaan gula darah dapat dilakukan lebih sering. Tujuannya pada saat berpuasa ini untuk mencegah agar gula darah tidak turun.
“Apabila gula darah sudah drop harus berbuka, tidak bisa memaksakan berpuasa apabila gula darah sudah rendah. Tanda rendahnya gula darah di bawah 100 mg/dL dan sudah menimbulkan pusing, dan apabila merasakan hal tersebut sangat dianjurkan untuk segera berbuka puasa," ujar Pradana.
Diabetes merupakan salah satu penyakit kronik yang berbahaya. Orang dewasa dengan diabetes memiliki dua sampai tiga kali lipat peningkatan risiko serangan jantung dan stroke.
Dikombinasikan dengan berkurangnya aliran darah dan neuropati (kerusakan saraf) di kaki, diabetes dapat meningkatkan kemungkinan ulkus kaki, infeksi, dan akhirnya berujung pada amputasi anggota badan. Selain itu, hampir 1 juta orang buta karena diabetes dan salah satu penyebab utama gagal ginjal.
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.