Ilustrasi ibu dan bayi. (Sumber gambar: Jonathan Borba/Unsplash)

Ibu Hamil & Menyusui Tetap Bisa Berpuasa, Ini Anjuran Dokter

31 March 2022   |   16:26 WIB

Tidak lama lagi, sebagian masyarakat Indonesia mulai menjalankan puasa menjelang bulan Ramadan. Berbagai persiapan fisik dan mental mulai dilakukan, salah satunya adalah untuk ibu hamil dan menyusui beserta si kecil. Ibu tersebut masih bisa berpuasa dengan mewaspadai sejumlah kondisi tertentu.

Ibu hamil dan menyusui pada dasarnya sudah dikategorikan sebagai kelompok masyarakat yang tidak diwajibkan untuk berpuasa. Alasannya adalah beberapa kekhawatiran pada perkembangan janin, ukuran bayi, dan potensi kelahiran prematur.

Menurut dokter spesialis Kebidanan dan Kandungan, Muhammad Fadli, berpuasa bagi ibu hamil sebenarnya masih dibolehkan. Ini diutarakan lewat beberapa penelitian yang menunjukkan adanya kelebihan bahwa ibu hamil yang berpuasa tidak akan mengalami dampak pada pertumbuhan janin dan risiko melahirkan selama nutrisi yang dikonsumsi cukup bagi tubuh.

"Tapi, ada risiko kelahiran dengan bobot yang rendah pada janin jika puasa dilakukan pada trimester pertama," tambahnya dalam webinar Siap hadapi Ramadan untuk keluarga Indonesia: Amankah puasa bagi ibu hamil dan menyusui? Bagaimana menjaga kulit tetap prima saat puasa?, Kamis (31/03/2022).

Fadli kemudian menganjurkan bahwa ibu hamil perlu mempersiapkan berbagai hal, terutama pada rutinitas makan dan aktivitas fisik. 

Beberapa rekomendasinya meliputi konsumsi makan yang seimbang saat sahur dan berbuka, mencukupi kebutuhan hidrasi setidaknya 2,5 liter setiap harinya, menghindari makanan-makanan tinggi gula dan lemak serta kafein, mengurangi stres, dan membiasakan aktivitas fisik dengan total 150 jam setiap minggunya.

Tidak hanya itu, dia juga mengimbau ibu hamil untuk memperhatikan beberapa gejala dehidrasi berlebihan seperti pendarahan, mual dan muntah, penurunan gerakan pada janin, pandangan kabur dan sakit kepala, rasa letih, tidak adanya kenaikan berat badan, dan buang air kecil dengan jumlah sedikit dan berwarna pekat.

Gejala-gejala di atas, dinilainya harus segera dikonsultasikan kepada dokter atau ahli kesehatan yang memantau kehamilan agar bisa segera diperiksakan serta proses puasa yang dilakukan bisa ditinjau secara medis. 

Fadli mengingatkan bahwa konsultasi medis untuk ibu hamil yang berpuasa tidak hanya dilakukan saat mengalami gejala masalah kesehatan, tapi juga saat ingin merencanakan kegiatan puasa. Hal ini dilakukan agar ibu hamil bisa memastikan dirinya siap untuk berpuasa, meski dia tetap menganjurkan agar ibu hamil tidak perlu memaksakan diri agar bisa berpuasa.
 

Ilustrasi ibu hamil dan menyusui. (Sumber gambar: Freepik)

Ilustrasi ibu hamil dan menyusui. (Sumber gambar: Freepik)
 

Ibu Menyusui
Lantas bagaimana dengan berpuasa bagi ibu menyusui? Berbeda dengan ibu hamil, berpuasa pada ibu melahirkan juga sebenarnya tidak masalah jika harus dilakukan. Akan tetapi Melisa Lilisari, dokter spesialis Anak, mengimbau untuk memperhatikan lima faktor untuk menentukan kesiapan berpuasa.

Kelimanya adalah status nutrisi si ibu, faktor lingkungan ibu dan bayi, aktivitas harian si ibu yang menyusui, asupan nutrisi dan cairan saat sahur dan berbuka, serta usia bayi yang masih mendapatkan ASI eksklusif atau sudah mengonsumsi MPASI.

Pada tahapan menyusui, efek puasa yang dialami justru berpengaruh pada suplai ASI serta fisik ibu dan bayi yang masih mengonsumsi ASI. Melisa menjelaskan bahwa suplai ASI tidak berkurang secara kuantitas karena pengosongan payudara tetap berlangsung, termasuk saat tubuh si ibu menyusui mengalami dehidrasi sedang.

Begitu pula pada kualitas, di mana kekurangan beberapa mikronutrien dan makronutrien tidak berpengaruh pada suplai. Pada konteks mikronutrien, kekurangan ini bisa kembali jika si ibu sudah makan kembali. Selain pada nutrisi, pelepasan asam lemak dari jaringan lemak juga bisa terjadi pada tubuh si ibu, tapi hal ini juga tidak memiliki pengaruh terhadap suplai ASI.

Pada aspek kesehatan fisik ibu menyusui dan bayi, puasa tidak berpengaruh pada tubuh mereka. Pada ibu menyusui, fisiknya akan menyesuaikan rutinitas puasa, sedangkan pada bayi akan bergantung pada nutrisi dan hidrasi si ibu serta proses konsumsi yang masih dilakukan (ASI untuk bayi berusia di bawah 6 bulan dan MPASI untuk yang sudah di atas 6 bulan).

Akan tetapi, Melisa kemudian meminta ibu menyusui mewaspadai beberapa hal, misalnya ada penurunan berat badan lebih dari satu kilogram setiap minggunya dan adanya tanda-tanda dehidrasi pada dirinya serta berat badan yang tidak sesuai (kenaikan berlebihan atau turun), tidak puas setelah menyusui, jarang buang air kecil, dan tubuh lemas pada bayi.

Jika ibu menyusui tetap ingin berpuasa, dia menyarankan agar pola makan yang sehat tetap dijaga, konsultasi dengan dokter jika masih memberikan ASI eksklusif pada bayi di bawah enam bulan, memperhatikan kondisi si ibu, serta menghindari aktivitas berlebihan dan cuaca panas.

Editor: M R Purboyo

SEBELUMNYA

Kreator Konten Ingin Dapat Tambahan Penghasilan? Cek Dulu Inisiatif Ini 

BERIKUTNYA

Berencana Mudik? Ini Tiket KA Lebaran yang Sudah Bisa Dipesan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: