Kenali Pentingnya Alat Kontrasepsi untuk Mengatur Kehamilan & Kesehatan
30 March 2022 |
18:52 WIB
Mengenali alat kontrasepsi penting bahkan sebelum menikah. Bukan sebagai ajakan untuk seks bebas, namun edukasi diperlukan untuk mencegah penyakit menular hingga untuk mengatur kehamilan yang tidak direncanakan oleh pasangan.
Tidak sedikit wanita yang “kebobolan” hamil lagi padahal jedanya belum sampai setahun dari kelahiran anak pertamanya. Spesialis Kebidanan dan Kandungan dr. Tirsa Verani menyampaikan kehamilan harus dipersiapkan secara matang karena sangat berpengaruh pada kondisi ibu dan janin yang dikandung.
Persiapan mulai dari sisi mental. Jikalau ibu merasa tidak siap mengandung, nanti bisa terjadi banyak keluhan selama kehamilan sampai melahirkan. Kemudian dari kesehatan ibu. Tirsa mengatakan bahwa kesehatan ibu adalah cerminan kesehatan janin.
Apabila ibu tidak sehat, tidak memperhatikan pola makan dan nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat. Kemudian dari segi finansial. “Ini kan jangka panjang. Mulai dari kontrol kehamilan, melahirkan, perawatan setelah melahirkan, butuh biaya yang tidak sedikit,” ujarnya dalam kelas kesehatan Instagram Live Brawijaya Hospital Saharjo bersama Hypeabis.id, Rabu (30/3/2022).
Idealnya menurut Tirsa, jarak kelahiran anak pertama dan kedua adalah 2-5 tahun. Jangan pula lebih dari 5 tahun
Nah, sebagai langkah untuk menunda kehamilan yang tidak diinginkan, alat kontrasepsi bisa menjadi pilihan. Saat ini sudah banyak jenis kontrasepsi yang beredar di masyarakat. Efektivitasnya tergantung bagaimana alat tersebut digunakan dengan tepat dan sesuai aturan.
Ada yang bersifat hormonal dan nonhormonal. Ada pula yang diperuntukkan pria, tidak terkecuali wanita.
Hormonal yakni jenis kontrasepsi yang bekerja dengan cara mempengaruhi level hormon alami dalam tubuh, seperti estrogen dan progesteron, sehingga ovulasi tak terjadi. Contohnya yakni pil KB, KB suntik, implan kontrasepsi, dan yang sempat viral yakni patch atau koyo kontrasepsi.
Sementara alat kontrasepsi nonhormonal sering disebut juga dengan metode penghalang (barrier) untuk mencegah bertemunya sperma dengan sel telur tanpa menggunakan hormon. Beberapa diantaranya yang dikenal masyarakat yakni kondom, IUD (Intra-Uterina Device) atau KB spiral, dan diafragma.
“Kontrasepsi perempuan tergantung jenis. Pil KB usahanya diminum setiap hari, kalau Suntik ada yang 1 bulan dan 3 bulan, implan bisa sampai 3 tahun, IUD spiral 5-8 tahun,” tutur Tirsa.
Bicara efektivitas, IUD atau spiral dan implan menempati posisi teratas untuk mencegah kehamilan. Sementara yang terendah adalah kondom. “Ada risiko bocor karena efektivitas kondom rendah,” sebutnya.
Untuk itu, sebelum menggunakan kondom, pastikan terlebih dahulu tanggal kadaluarsa. Menurut Tirsa penggunaan yang tepat yakni ketika terjadi ereksi untuk menghindari risko kebocoran itu. Sebisa mungkin pakai sampai pangkal alat kelamin pria. “Selain sebagai kontrasepsi, kondom sebagai alat untuk meminimalisasi penyakit menular seksual,” tambahnya.
Namun yang pasti, dalam penggunaan kontrasepsi ada baiknya disesuaikan dengan kenyamanan. Terutama yang bersifat hormonal. Sebaiknya dicari tahu dulu manfaat dan kegunaannya. Lalu konsultasikan dengan tenaga kesehatan agar dilihat dari kondisi kesehatan masing-masing.
Editor: Fajar Sidik
Tidak sedikit wanita yang “kebobolan” hamil lagi padahal jedanya belum sampai setahun dari kelahiran anak pertamanya. Spesialis Kebidanan dan Kandungan dr. Tirsa Verani menyampaikan kehamilan harus dipersiapkan secara matang karena sangat berpengaruh pada kondisi ibu dan janin yang dikandung.
Persiapan mulai dari sisi mental. Jikalau ibu merasa tidak siap mengandung, nanti bisa terjadi banyak keluhan selama kehamilan sampai melahirkan. Kemudian dari kesehatan ibu. Tirsa mengatakan bahwa kesehatan ibu adalah cerminan kesehatan janin.
Apabila ibu tidak sehat, tidak memperhatikan pola makan dan nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat. Kemudian dari segi finansial. “Ini kan jangka panjang. Mulai dari kontrol kehamilan, melahirkan, perawatan setelah melahirkan, butuh biaya yang tidak sedikit,” ujarnya dalam kelas kesehatan Instagram Live Brawijaya Hospital Saharjo bersama Hypeabis.id, Rabu (30/3/2022).
Idealnya menurut Tirsa, jarak kelahiran anak pertama dan kedua adalah 2-5 tahun. Jangan pula lebih dari 5 tahun
Nah, sebagai langkah untuk menunda kehamilan yang tidak diinginkan, alat kontrasepsi bisa menjadi pilihan. Saat ini sudah banyak jenis kontrasepsi yang beredar di masyarakat. Efektivitasnya tergantung bagaimana alat tersebut digunakan dengan tepat dan sesuai aturan.
Ada yang bersifat hormonal dan nonhormonal. Ada pula yang diperuntukkan pria, tidak terkecuali wanita.
Hormonal yakni jenis kontrasepsi yang bekerja dengan cara mempengaruhi level hormon alami dalam tubuh, seperti estrogen dan progesteron, sehingga ovulasi tak terjadi. Contohnya yakni pil KB, KB suntik, implan kontrasepsi, dan yang sempat viral yakni patch atau koyo kontrasepsi.
Sementara alat kontrasepsi nonhormonal sering disebut juga dengan metode penghalang (barrier) untuk mencegah bertemunya sperma dengan sel telur tanpa menggunakan hormon. Beberapa diantaranya yang dikenal masyarakat yakni kondom, IUD (Intra-Uterina Device) atau KB spiral, dan diafragma.
“Kontrasepsi perempuan tergantung jenis. Pil KB usahanya diminum setiap hari, kalau Suntik ada yang 1 bulan dan 3 bulan, implan bisa sampai 3 tahun, IUD spiral 5-8 tahun,” tutur Tirsa.
Bicara efektivitas, IUD atau spiral dan implan menempati posisi teratas untuk mencegah kehamilan. Sementara yang terendah adalah kondom. “Ada risiko bocor karena efektivitas kondom rendah,” sebutnya.
Untuk itu, sebelum menggunakan kondom, pastikan terlebih dahulu tanggal kadaluarsa. Menurut Tirsa penggunaan yang tepat yakni ketika terjadi ereksi untuk menghindari risko kebocoran itu. Sebisa mungkin pakai sampai pangkal alat kelamin pria. “Selain sebagai kontrasepsi, kondom sebagai alat untuk meminimalisasi penyakit menular seksual,” tambahnya.
Namun yang pasti, dalam penggunaan kontrasepsi ada baiknya disesuaikan dengan kenyamanan. Terutama yang bersifat hormonal. Sebaiknya dicari tahu dulu manfaat dan kegunaannya. Lalu konsultasikan dengan tenaga kesehatan agar dilihat dari kondisi kesehatan masing-masing.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.