Cegah Kehamilan, Ini 12 Alat Kontrasepsi yang Perlu Diketahui
15 February 2022 |
07:07 WIB
Angka kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) masih tinggi di Indonesia. Menurut data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), penurunan penggunaan alat kontrasepsi di kalangan masyarakat telah berdampak pada terjadinya 500.000 angka kehamilan tidak diinginkan (KTD) pada 2021.
Tingginya angka KTD tersebut dapat mengakibatkan berbagai risiko pada perempuan hamil yang meliputi depresi, gangguan kecemasan, tingkat stres, stunting pada bayi, bahkan berkontribusi pada angka kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKI).
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, mengatakan kehamilan yang tidak dipersiapkan dengan baik beresiko tinggi terhadap berkontribusinya angka stunting, karena kurangnya asupan gizi dan nutrisi pada ibu hamil, serta terlalu dekatnya jarak antar kehamilan.
“Saat ini prevalensi stunting pada bayi lahir sudah mencapai angka 23 persen. Oleh karena itu, pasangan usia subur diharapkan mendapatkan informasi dan sosialisasi yang cukup akan manfaat dan pentingnya penggunaan KB,” katanya dalam satu webinar, baru-baru ini.
Salah satu yang bisa digunakan untuk mencegah kehamilan adalah penggunaan alat kontrasepsi. Selain mencegah kehamilan, alat kontrasepsi juga bisa melindungi seseorang dari infeksi menular seksual (IMS).
Setiap pasangan juga perlu memilih jenis alat kontrasepsi yang cocok dan aman untuk digunakan. Sebab, setiap alat kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Melansir dari laman Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Bantul, Senin (13/2), berikut adalah 12 jenis alat kontrasepsi.
Kelebihan dari pil KB adalah efektivitas yang tinggi dengan persentase kegagalan hanya sekitar 8%. Meski demikian, alat kontrasepsi ini tidak disarankan untuk digunakan pada perempuan dengan kondisi tertentu seperti penyakit jantung, gangguan hati, kanker payudara dan kanker rahim, migrain, serta tekanan darah tinggi.
Selain itu, suntik KB juga tidak dianjurkan untuk digunakan pada perempuan yang memiliki riwayat penyakit migrain, diabetes, sirosis hati, stroke, dan serangan jantung.
Alat kontrasepsi ini digunakan dengan cara dimasukkan ke bagian bawah kulit dan biasanya pada lengan bagian atas. Beberapa kelebihan metode implan yakni sangat efektif dengan tingkat kegagalan kurang dari 1?n tahan lama hingga 3 tahun. Adapun, kekurangannya adalah biaya relatif mahal, siklus menstruasi menjadi tidak teratur, risiko memar dan bengkak pada kulit di awal pemasangan, serta tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.
Ada dua jenis IUD yang umum digunakan, yaitu IUD yang terbuat dari tembaga dan dapat bertahan hingga 10 tahun serta IUD yang mengandung hormon yang perlu diganti setiap 5 tahun sekali. Metode satu ini tidak memerlukan perawatan yang rumit dan cenderung tahan lama. Namun, IUD dari tembaga dapat menyebabkan haid tidak lancar, berisiko bergeser dan keluar dari tempatnya sertai munculnya bercak darah pada 3–6 bulan pertama pemakaian.
Tingginya angka KTD tersebut dapat mengakibatkan berbagai risiko pada perempuan hamil yang meliputi depresi, gangguan kecemasan, tingkat stres, stunting pada bayi, bahkan berkontribusi pada angka kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKI).
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, mengatakan kehamilan yang tidak dipersiapkan dengan baik beresiko tinggi terhadap berkontribusinya angka stunting, karena kurangnya asupan gizi dan nutrisi pada ibu hamil, serta terlalu dekatnya jarak antar kehamilan.
“Saat ini prevalensi stunting pada bayi lahir sudah mencapai angka 23 persen. Oleh karena itu, pasangan usia subur diharapkan mendapatkan informasi dan sosialisasi yang cukup akan manfaat dan pentingnya penggunaan KB,” katanya dalam satu webinar, baru-baru ini.
Salah satu yang bisa digunakan untuk mencegah kehamilan adalah penggunaan alat kontrasepsi. Selain mencegah kehamilan, alat kontrasepsi juga bisa melindungi seseorang dari infeksi menular seksual (IMS).
Setiap pasangan juga perlu memilih jenis alat kontrasepsi yang cocok dan aman untuk digunakan. Sebab, setiap alat kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Melansir dari laman Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Bantul, Senin (13/2), berikut adalah 12 jenis alat kontrasepsi.
1. Pil KB
Pil KB merupakan alat kontrasepsi yang paling umum digunakan. Alat kontrasepsi ini mengandung hormon progestin dan estrogen untuk mencegah terjadinya ovulasi. Pil KB umumnya terdiri dari 21–35 tablet yang harus dikonsumsi dalam satu siklus atau secara berkelanjutan.Kelebihan dari pil KB adalah efektivitas yang tinggi dengan persentase kegagalan hanya sekitar 8%. Meski demikian, alat kontrasepsi ini tidak disarankan untuk digunakan pada perempuan dengan kondisi tertentu seperti penyakit jantung, gangguan hati, kanker payudara dan kanker rahim, migrain, serta tekanan darah tinggi.
2. Kondom pria
Tak hanya pil KB, kondom pria juga umum digunakan untuk mencegah kehamilan. Kondom biasanya terbuat dari bahan lateks dan bekerja dengan cara menghalangi sperma masuk ke vagina dan mencapai sel telur. Meski harganya terjangkau dan praktis digunakan, kekurangan kondom yakni memiliki persentase kegagalan mencapai 15 persen, terutama jika penggunaan kondom kurang tepat.3. Suntik KB
Suntik KB merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon progestin dan mampu menghentikan terjadinya ovulasi. Berdasarkan periode penggunaannya, ada dua jenis suntik KB, yaitu suntik KB 3 bulan dan 1 bulan. Meski tingkat kegagalan pada suntik KB 1 bulan bisa kurang dari 1%, metode satu ini relatif mahal karena perlu kunjungan secara rutin ke dokter atau bidan setiap bulannya.Selain itu, suntik KB juga tidak dianjurkan untuk digunakan pada perempuan yang memiliki riwayat penyakit migrain, diabetes, sirosis hati, stroke, dan serangan jantung.
4. Implan
KB implan atau susuk merupakan alat kontrasepsi berukuran kecil dan berbentuk seperti batang korek api. KB implan bekerja dengan cara mengeluarkan hormon progestin secara perlahan yang berfungsi mencegah kehamilan selama 3 tahun.Alat kontrasepsi ini digunakan dengan cara dimasukkan ke bagian bawah kulit dan biasanya pada lengan bagian atas. Beberapa kelebihan metode implan yakni sangat efektif dengan tingkat kegagalan kurang dari 1?n tahan lama hingga 3 tahun. Adapun, kekurangannya adalah biaya relatif mahal, siklus menstruasi menjadi tidak teratur, risiko memar dan bengkak pada kulit di awal pemasangan, serta tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.
5. Intrauterine device (IUD)
Intrauterine device (IUD) adalah alat kontrasepsi berbahan plastik dan berbentuk menyerupai huruf T yang diletakkan di dalam rahim. IUD dapat mencegah kehamilan dengan cara menghalau sperma agar tidak membuahi sel telur.Ada dua jenis IUD yang umum digunakan, yaitu IUD yang terbuat dari tembaga dan dapat bertahan hingga 10 tahun serta IUD yang mengandung hormon yang perlu diganti setiap 5 tahun sekali. Metode satu ini tidak memerlukan perawatan yang rumit dan cenderung tahan lama. Namun, IUD dari tembaga dapat menyebabkan haid tidak lancar, berisiko bergeser dan keluar dari tempatnya sertai munculnya bercak darah pada 3–6 bulan pertama pemakaian.
Ilustrasi (Dok. Reproductive Health Supplies Coalition/Unsplash)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.