Social Bella Siapkan Model Bisnis SHEconomy di Indonesia
30 March 2022 |
07:33 WIB
Berawal dari e-commerce, Social Bella, perusahaan beauty-tech pemilik brand Sociolla, telah berevolusi menjadi ekosistem kecantikan dan perawatan diri yang berkelanjutan di Indonesia. Di usianya yang menginjak tujuh tahun, Social Bella akan terus memperluas bisnisnya dengan menggarap model bisnis SHEcomony di Tanah Air.
SHEconomy merupakan istilah yang merujuk pada pertumbuhan ekonomi yang semakin berfokus pada kebutuhan kaum perempuan. Model bisnis ini disinyalir bisa membantu Social Bella membangun dan menghubungkan beberapa ekosistem dari berbagai industri berbeda menjadi satu ekosistem yang terintegrasi.
Co-Founder & CEO Social Bella, John Rasjid, menuturkan SHEcosystem akan menciptakan peluang bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi multi-dimensional. Dengan ekspansi ini, katanya, pihaknya optimistis dapat melayani seluruh SHEconomy di Indonesia yang diperkirakan dapat mencapai US$59 miliar dengan proyeksi CAGR sebesar 9,4%.
Guna memperluas jangkauan di luar pasar kecantikan dan perawatan diri serta fokus menggarap model bisnis itu, Social Bella pun meluncurkan Lilla, sebuah ekosistem kebutuhan dan perlengkapan bagi ibu dan anak.
“Lilla juga menandai langkah pertama kami untuk berekspansi di luar pasar kecantikan dan perawatan diri, yang kini menjadi salah satu fokus utama kami pada 2022,” kata Rasjid saat konferensi pers virtual, Selasa (29/3/2022).
“Inilah cara kami menjalankan bisnis sejak hari pertama yang membawa kami ke titik hari ini, dan pandemi justru semakin membuktikan ketahanan model bisnis kami dalam jangka panjang,” katanya.
Tidak hanya melakukan pengembangan bisnis di Indonesia, Social Bella juga melakukan ekspansi ke Vietnam pada tahun 2020, yang dalam waktu dekat akan menghadirkan gerai ke-10 termasuk telah merencanakan sejumlah gerai lainnya di berbagai kota di Vietnam.
Pada tahun 2021, Social Bella juga melakukan ekspansi gerai omnichannel yang pertumbuhannya mencapai 10 kali lipat sejak gerai pertama dibuka pada 2019. Kini, ada sebanyak 24 gudang multifungsi yang tersebar di wilayah Indonesia sehingga dapat melayani lebih dari 55.000 titik penjualan untuk bisnis Brand Development.
“Sejalan dengan ekspansi bisnis yang agresif di tengah gejolak ekonomi di masa pandemi, perusahaan pun terus aktif mengembangkan tim dengan hampir 2.000 karyawan yang tersebar di Indonesia, Vietnam, dan India,” kata Rasjid.
(Baca juga: Eksis Hampir Satu Dekade, Intip 3 Strategi Toko Retail Kecantikan Ini)
Selain itu, selama pandemi, jumlah pengguna Sociolla pun meningkat lebih dari 2 kali lipat dibandingkan sebelum pandemi. Jumlah ini secara signifikan lebih tinggi dari rata-rata +15% peningkatan pengguna e-commerce di Indonesia pada tahun 2021.
Sociolla juga memperoleh peningkatan loyalitas pelanggan dengan lebih dari 40% retensi dalam 1 tahun, lonjakan lebih dari 23% di AOV, serta lebih dari 109% untuk jumlah pembelian harian jika dibandingkan dengan pra-pandemi.
Dalam waktu dekat, Social Bella berencana untuk meningkatkan penetrasi offline dan online Sociolla hingga tiga kali lipat pada tahun 2022 dalam menambah jumlah gerai sebanyak tiga kali lipat dalam waktu dua tahun.
Tak hanya itu, Social Bella juga membuat kampanye Liberating Self-Care. Misi dari kampanye ini bertujuan untuk memberikan kebebasan bagi pengguna, pelanggan, dan konsumen dari segala kesulitan dan keterbatasan yang mereka hadapi untuk memberikan perawatan terbaik bagi diri mereka dan orang yang dicintai.
“Kami ingin membebaskan wanita dari semua yang menghalangi mereka untuk mendapatkan perawatan terbaiknya mulai dari personal care ataupun beauty product, termasuk cara ibu dalam merawat anaknya,” ujar Co-Founder & CMO Social Bella, Chrisanti Indiana.
Editor: Gita Carla
SHEconomy merupakan istilah yang merujuk pada pertumbuhan ekonomi yang semakin berfokus pada kebutuhan kaum perempuan. Model bisnis ini disinyalir bisa membantu Social Bella membangun dan menghubungkan beberapa ekosistem dari berbagai industri berbeda menjadi satu ekosistem yang terintegrasi.
Co-Founder & CEO Social Bella, John Rasjid, menuturkan SHEcosystem akan menciptakan peluang bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi multi-dimensional. Dengan ekspansi ini, katanya, pihaknya optimistis dapat melayani seluruh SHEconomy di Indonesia yang diperkirakan dapat mencapai US$59 miliar dengan proyeksi CAGR sebesar 9,4%.
Guna memperluas jangkauan di luar pasar kecantikan dan perawatan diri serta fokus menggarap model bisnis itu, Social Bella pun meluncurkan Lilla, sebuah ekosistem kebutuhan dan perlengkapan bagi ibu dan anak.
“Lilla juga menandai langkah pertama kami untuk berekspansi di luar pasar kecantikan dan perawatan diri, yang kini menjadi salah satu fokus utama kami pada 2022,” kata Rasjid saat konferensi pers virtual, Selasa (29/3/2022).
Suasana di warehouse Multifungsi Sociolla di Cikupa, Tangerang (Sumber gambar: Social Bella)
Ekspansi bisnis kala pandemi
Rasjid juga mengatakan bahwa peluncuran unit bisnis baru tersebut di masa pandemi mungkin terlihat cukup berani bagi sebagian pihak. Namun, dia menyebut bahwa setiap inisiatif yang dilakukan selalu diperhitungkan dengan sangat cermat.“Inilah cara kami menjalankan bisnis sejak hari pertama yang membawa kami ke titik hari ini, dan pandemi justru semakin membuktikan ketahanan model bisnis kami dalam jangka panjang,” katanya.
Tidak hanya melakukan pengembangan bisnis di Indonesia, Social Bella juga melakukan ekspansi ke Vietnam pada tahun 2020, yang dalam waktu dekat akan menghadirkan gerai ke-10 termasuk telah merencanakan sejumlah gerai lainnya di berbagai kota di Vietnam.
Pada tahun 2021, Social Bella juga melakukan ekspansi gerai omnichannel yang pertumbuhannya mencapai 10 kali lipat sejak gerai pertama dibuka pada 2019. Kini, ada sebanyak 24 gudang multifungsi yang tersebar di wilayah Indonesia sehingga dapat melayani lebih dari 55.000 titik penjualan untuk bisnis Brand Development.
“Sejalan dengan ekspansi bisnis yang agresif di tengah gejolak ekonomi di masa pandemi, perusahaan pun terus aktif mengembangkan tim dengan hampir 2.000 karyawan yang tersebar di Indonesia, Vietnam, dan India,” kata Rasjid.
(Baca juga: Eksis Hampir Satu Dekade, Intip 3 Strategi Toko Retail Kecantikan Ini)
Selain itu, selama pandemi, jumlah pengguna Sociolla pun meningkat lebih dari 2 kali lipat dibandingkan sebelum pandemi. Jumlah ini secara signifikan lebih tinggi dari rata-rata +15% peningkatan pengguna e-commerce di Indonesia pada tahun 2021.
Sociolla juga memperoleh peningkatan loyalitas pelanggan dengan lebih dari 40% retensi dalam 1 tahun, lonjakan lebih dari 23% di AOV, serta lebih dari 109% untuk jumlah pembelian harian jika dibandingkan dengan pra-pandemi.
Dalam waktu dekat, Social Bella berencana untuk meningkatkan penetrasi offline dan online Sociolla hingga tiga kali lipat pada tahun 2022 dalam menambah jumlah gerai sebanyak tiga kali lipat dalam waktu dua tahun.
Tak hanya itu, Social Bella juga membuat kampanye Liberating Self-Care. Misi dari kampanye ini bertujuan untuk memberikan kebebasan bagi pengguna, pelanggan, dan konsumen dari segala kesulitan dan keterbatasan yang mereka hadapi untuk memberikan perawatan terbaik bagi diri mereka dan orang yang dicintai.
“Kami ingin membebaskan wanita dari semua yang menghalangi mereka untuk mendapatkan perawatan terbaiknya mulai dari personal care ataupun beauty product, termasuk cara ibu dalam merawat anaknya,” ujar Co-Founder & CMO Social Bella, Chrisanti Indiana.
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.