Ganggu Kesuburan Wanita, Ini 5 Fakta Endometriosis
29 March 2022 |
20:09 WIB
Wanita kerap mengalami nyeri di area perut atau panggul ketika masa menstruasi. Namun jangan sampai kamu membiarkan nyeri tersebut apalagi jika skalanya terbilang menyakitkan dan terus berulang, sebab bisa saja kamu menderita endometriosis.
Endometriosis adalah kondisi ketika endometrium tumbuh di luar dinding rahim yang memicu reaksi inflamasi kronis. Adapun endometrium merupakan jaringan yang melapisi dinding rahim.
Sebelum menstruasi, endometrium akan menebal untuk menjadi tempat menempelnya sel-sel telur yang telah dibuahi. Bila sel telur tidak dibuahi, endometrium akan luruh, kemudian keluar dari tubuh sebagai darah menstruasi.
Faktor utama risiko munculnya endometriosis adalah tingginya hormon estrogen. Selain itu, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh faktor keturunan, sistem kekebalan tubuh, faktor adaptasi sel sesuai lingkungan organnya, dan paparan lingkungan.
Ketua Perhimpunan Fertilitas In Vitro Indonesia (Perfitri) dr. Hendy Hendarto menyebut 1 dari 10 perempuan di Indonesia menderita penyakit ini. Perlu penanganan efektif dan efisien karena kalau tidak ditangani endometriosis bersifat progresif.
“Dia bisa menempel di usus, jaringan kandung kemih, dimana-mana, bahkan menjadi kista. Dia bisa kronis dan menahun, semakin parah lama-lama,” ujarnya dalam diskusi peringatan World Endometriosis Month 2022, Selasa (29/3/2022).
Sebagai edukasi, berikut fakta-fakta mengenai endometriosis.
Endometriosis adalah kondisi ketika endometrium tumbuh di luar dinding rahim yang memicu reaksi inflamasi kronis. Adapun endometrium merupakan jaringan yang melapisi dinding rahim.
Sebelum menstruasi, endometrium akan menebal untuk menjadi tempat menempelnya sel-sel telur yang telah dibuahi. Bila sel telur tidak dibuahi, endometrium akan luruh, kemudian keluar dari tubuh sebagai darah menstruasi.
Faktor utama risiko munculnya endometriosis adalah tingginya hormon estrogen. Selain itu, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh faktor keturunan, sistem kekebalan tubuh, faktor adaptasi sel sesuai lingkungan organnya, dan paparan lingkungan.
Ketua Perhimpunan Fertilitas In Vitro Indonesia (Perfitri) dr. Hendy Hendarto menyebut 1 dari 10 perempuan di Indonesia menderita penyakit ini. Perlu penanganan efektif dan efisien karena kalau tidak ditangani endometriosis bersifat progresif.
“Dia bisa menempel di usus, jaringan kandung kemih, dimana-mana, bahkan menjadi kista. Dia bisa kronis dan menahun, semakin parah lama-lama,” ujarnya dalam diskusi peringatan World Endometriosis Month 2022, Selasa (29/3/2022).
Sebagai edukasi, berikut fakta-fakta mengenai endometriosis.
1. Gejala utama nyeri haid
Hendy menyampaikan bahwa gejala utama endometriosis yakni nyeri haid yang parah. Nyeri juga timbul di area panggul dan nyeri saat berhubungan seksual.
Namun demikian, Ketua Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia (HIFERI) Prof. Wiryawan Permadi menyampaikan endometriosis merupakan penyakit yang sangat individual dengan gejala dan dampak yang bervariasi. Beberapa orang memiliki nyeri yang ringan saat haid, namun ada yang memiliki gejala nyeri haid berat dan berulang.
Namun demikian, Ketua Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia (HIFERI) Prof. Wiryawan Permadi menyampaikan endometriosis merupakan penyakit yang sangat individual dengan gejala dan dampak yang bervariasi. Beberapa orang memiliki nyeri yang ringan saat haid, namun ada yang memiliki gejala nyeri haid berat dan berulang.
2. Menganggu kesuburan
Endometriosis yang berkembang dan menempel di indung telur akan menjadi kista. Alhasil kista tersebut akan menekan telur di indung telur. “Kualitas telurnya menurun dan bisa menyebabkan infertilitas,” tegas Hendy.
Kendati demikian, pasien endometriosis tetap bisa hamil atau memiliki anak dengan mengikuti beberapa program kehamilan karena pasien biasanya meminum obat rutin untuk menghilangkan nyerinya.
Kendati demikian, pasien endometriosis tetap bisa hamil atau memiliki anak dengan mengikuti beberapa program kehamilan karena pasien biasanya meminum obat rutin untuk menghilangkan nyerinya.
3. Prevalensi usia muda
Wiryawan menuturkan prevalensi endometriosis sebagai penyakit kronik progresif dengan rasa nyeri tinggi diderita hampir 10 persen perempuan usia reproduktif di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi umum berkisar antara 3-10 persen, terutama pada perempuan dalam usia reproduksi yakni di bawah 30 tahun.
4. Endometriosis bersifat menetap
Gejala endometriosis bisa tampak membaik selama kehamilan karena perubahan hormon. Efek ini bersifat sementara dan gejala dapat terjadi kembali. “Setelah melahirkan, siklus hormon jalan lagi, bisa muncul kagi, tidak pernah bisa sembuh,” tegas Hendy.
5. Telat diagnosis
Hendy menyebut endometriosis kerap kali terlambat didiagnosis. Selain karena pasien menganggap nyeri haid sesuatu yang normal dan akhirnya telat melakukan deteksi dini, endometriosis juga hanya bisa didiagnosis melalui laparoskopi.
Staf Divisi Fertilitas Endokrinologi Reproduksi Departemen Obgyne FKUI-RSCM dr. Achmad Kemal Harzif menjelaskan dari berbagai penelitian ditemukan bahwa rata-rata pasien mengalami keterlambatan diagnosis selama 6-7 tahun.
Dari data penelitian pasien yang berkunjung ke RSCM, didapatkan rata-rata pasien membutuhkan waktu 6 bulan sejak timbul gejala hingga datang ke dokter. Selain itu pasien juga rata-rata sudah menjalani terapi di 4 fasilitas kesehatan selama 3,5 tahun sebelum akhirnya benar-benar dirujuk.
“Untuk atasi keterlambatan diagnosis ini utamanya jangan menormalisasikan nyeri haid. Apabila nyeri haid terasa dengan intensitas tinggi, mengganggu aktifitas dan kadang terjadi nyeri di luar haid maka endometriosis perlu dicurigai. Kunjungi fasilitas kesehatan dan lakukan beberapa pemeriksaan,” tegas Kemal.
Editor: Fajar Sidik
Staf Divisi Fertilitas Endokrinologi Reproduksi Departemen Obgyne FKUI-RSCM dr. Achmad Kemal Harzif menjelaskan dari berbagai penelitian ditemukan bahwa rata-rata pasien mengalami keterlambatan diagnosis selama 6-7 tahun.
Dari data penelitian pasien yang berkunjung ke RSCM, didapatkan rata-rata pasien membutuhkan waktu 6 bulan sejak timbul gejala hingga datang ke dokter. Selain itu pasien juga rata-rata sudah menjalani terapi di 4 fasilitas kesehatan selama 3,5 tahun sebelum akhirnya benar-benar dirujuk.
“Untuk atasi keterlambatan diagnosis ini utamanya jangan menormalisasikan nyeri haid. Apabila nyeri haid terasa dengan intensitas tinggi, mengganggu aktifitas dan kadang terjadi nyeri di luar haid maka endometriosis perlu dicurigai. Kunjungi fasilitas kesehatan dan lakukan beberapa pemeriksaan,” tegas Kemal.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.