Jangan Salah! Begini Pola Makan yang Tepat Untuk Pasien Ginjal Kronik
18 March 2022 |
07:28 WIB
Pasien ginjal kronik (PGK) perlu membatasi asupan makanan. Jika salah makan atau tidak mengikuti aturan, kondisi kesehatan bisa saja memburuk. Ahli Gizi yang juga Medical Senior Manager PT Kalbe Farma, dr. Dedyanto Henky Saputra mengatakan, pembatasan makanan ini tergantung dari stadium ginjal.
Bagi yang belum melakukan cuci darah, pasien harus membatasi asupan protein, karena penelitian menunjukkan pembatasan zat gizi ini dapat mempertahankan fungsi ginjal supaya tidak jatuh ke dalam stadium cuci darah atau dialisis.
Sebaliknya, apabila sudah masuk stadium dialisis, asupan protein ditingkatkan dibandingkan orang sehat. Ini karena saat pasien melakukan cuci darah, protein di badan ikut terbuang. "Supaya tidak tekor, proteinnya diperbanyak," jelasnya baru-baru ini.
Kemudian pembatasan natrium. Pasien ginjal dalam sehari mengonsumsi garam tidak lebih dari satu sendok teh. Sebab semakin banyak konsumsi garam, tensinya semakin tidak terkontrol. Begitu pula makanan yang memiliki kadar kalium tinggi. Jika kalium tinggi, kerja jantung menjadi terganggu.
Lalu makanan yang tinggi fosfor. Kata Henky jika asupan fosfor terlalu banyak, fosfatnya menjadi tinggi dan menurukan kadar kalsium. "Kalsium jatuh, tulang keropos, pembuluh darah rusak," sambungnya.
Terakhir adalah batasan air. Ya, ginjal berfungsi membuang kelebihan cairan. Pada saat fungsi ginjal ini terganggu, maka kelebihan cairan untuk dikeluarkan pasti terganggu. Jangan sampai cairan yang masuk melebihi kemampuan ginjal untuk mengeluarkan cairan tersebut dan berujung pada pembengkakan.
Pembengkakan bukan hanya terjadi pada kaki, namun air bisa menumpuk di paru-paru hingga pernapasan terganggu, jantung yang memperberat kerja jantung, dan organ tubuh lainnya. Oleh karena itu pasien harus rutin melakukan medical check up sehingga bisa dilakukan manajemen nutrisi sesuai kebutuhan pasien.
Kebutuhan nutrisi, terutama mikronutrien pada pasien ginjal juga berbeda tergantung stadium dan usianya. Misal asupan kalori. Hengky menyampaikan apabila di bawah usia 60 tahun, faktor pengalih kebutuhan kalori adalah 35 kilokalori (kkal) per kilogram (kg) berat badan. Bagi yang masuk usia lansia, faktor pengalihnya 30 kkal per kg berat badan.
Untuk protein. Bagi yang belum melakukan cuci darah wajib diet rendah protein. Hitungannya yakni 0,6-0,75 gram per kg berat badan. Adapun pada orang sehat, asupan protein yakni 1 gram per kg berat badan. "Berbeda pada pasien yang sudah masuk tahap dialisis, kebutuhan ditingkatkan menjadi 1,2-1,3 gram per kg berat badan," terang Hengky.
Sementara lemak kata Henky yakni sekitar 30?ri total kalori. Namun lemak yang dikonsumsi harus lemak sehat dan mengurangi lemak jenuh untuk menghindari risiko kardiovaskular.
Terkait mikronutrien, Henky mengimbau untuk memperhatikan asupan natrium, kalium, dan fosfor. Natrium dan kalium sehari tidak lebih dari 2 gram. Sementara fosfor sehari 600-800 mg tergantung dari stadiumnya. "Pasien harus rutin kontrol ke dokter untuk dirujuk ke ahli gizi. Ahli gizi yang akan mengukur kebutuhan nutrisi pasien," tutur Henky.
Editor: Gita Carla
Bagi yang belum melakukan cuci darah, pasien harus membatasi asupan protein, karena penelitian menunjukkan pembatasan zat gizi ini dapat mempertahankan fungsi ginjal supaya tidak jatuh ke dalam stadium cuci darah atau dialisis.
Sebaliknya, apabila sudah masuk stadium dialisis, asupan protein ditingkatkan dibandingkan orang sehat. Ini karena saat pasien melakukan cuci darah, protein di badan ikut terbuang. "Supaya tidak tekor, proteinnya diperbanyak," jelasnya baru-baru ini.
Kemudian pembatasan natrium. Pasien ginjal dalam sehari mengonsumsi garam tidak lebih dari satu sendok teh. Sebab semakin banyak konsumsi garam, tensinya semakin tidak terkontrol. Begitu pula makanan yang memiliki kadar kalium tinggi. Jika kalium tinggi, kerja jantung menjadi terganggu.
Lalu makanan yang tinggi fosfor. Kata Henky jika asupan fosfor terlalu banyak, fosfatnya menjadi tinggi dan menurukan kadar kalsium. "Kalsium jatuh, tulang keropos, pembuluh darah rusak," sambungnya.
Terakhir adalah batasan air. Ya, ginjal berfungsi membuang kelebihan cairan. Pada saat fungsi ginjal ini terganggu, maka kelebihan cairan untuk dikeluarkan pasti terganggu. Jangan sampai cairan yang masuk melebihi kemampuan ginjal untuk mengeluarkan cairan tersebut dan berujung pada pembengkakan.
Pembengkakan bukan hanya terjadi pada kaki, namun air bisa menumpuk di paru-paru hingga pernapasan terganggu, jantung yang memperberat kerja jantung, dan organ tubuh lainnya. Oleh karena itu pasien harus rutin melakukan medical check up sehingga bisa dilakukan manajemen nutrisi sesuai kebutuhan pasien.
Kebutuhan nutrisi, terutama mikronutrien pada pasien ginjal juga berbeda tergantung stadium dan usianya. Misal asupan kalori. Hengky menyampaikan apabila di bawah usia 60 tahun, faktor pengalih kebutuhan kalori adalah 35 kilokalori (kkal) per kilogram (kg) berat badan. Bagi yang masuk usia lansia, faktor pengalihnya 30 kkal per kg berat badan.
Untuk protein. Bagi yang belum melakukan cuci darah wajib diet rendah protein. Hitungannya yakni 0,6-0,75 gram per kg berat badan. Adapun pada orang sehat, asupan protein yakni 1 gram per kg berat badan. "Berbeda pada pasien yang sudah masuk tahap dialisis, kebutuhan ditingkatkan menjadi 1,2-1,3 gram per kg berat badan," terang Hengky.
Sementara lemak kata Henky yakni sekitar 30?ri total kalori. Namun lemak yang dikonsumsi harus lemak sehat dan mengurangi lemak jenuh untuk menghindari risiko kardiovaskular.
Terkait mikronutrien, Henky mengimbau untuk memperhatikan asupan natrium, kalium, dan fosfor. Natrium dan kalium sehari tidak lebih dari 2 gram. Sementara fosfor sehari 600-800 mg tergantung dari stadiumnya. "Pasien harus rutin kontrol ke dokter untuk dirujuk ke ahli gizi. Ahli gizi yang akan mengukur kebutuhan nutrisi pasien," tutur Henky.
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.