Ternyata Obat-obat Ini yang Bikin Ginjal Rusak
09 March 2022 |
15:22 WIB
Obat diabetes dan hipertensi kerap dianggap menjadi penyebab rusaknya ginjal karena berbahan kimia dan harus diminum secara rutin. Alhasil, banyak pasien yang malas minum obat tersebut dan dalam jangka panjang justru merugikan kesehatan pasien.
Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dr. Aida Lydia, mengatakan sebenarnya yang merusak ginjal bukan obatnya tetapi penyakit hipertensi dan diabetes itu sendiri.
Dia menerangkan prinsip utama dokter ketika memberikan obat yakni mempertimbangkan risiko dan manfaatnya. Tentu, manfaat lah yang paling banyak dipilih untuk kesehatan pasien. "Obat hipertensi dan diabetes pada umumnya aman untuk ginjal," ujarnya dalam diskusi virtual peringatan Hari Ginjal Sedunia, Rabu (9/3/2022).
Namun tidak dipungkiri ada beberapa obat lainnya yang bisa saja mengganggu ginjal. Biasanya, kata Aida adalah obat yang menghilangkan rasa nyeri yang dikonsumsi secara bebas tanpa resep dokter, apalagi dalam jangka waktu lama. "Kalau berikan obat pain killer, harus indikasi tertentu dan jangka pemberiannya terbatas. Sering terjadi pasien beli sendiri. Sakit tulang, beli (obat) sendiri, terutama obat penghilang rasa nyeri," tutur Aida.
Oleh karena itu, dia meminta masyarakat bijak mengonsumsi obat penghilang rasa nyeri yang dijual bebas di warung. Selain itu, faktor risiko lainnya juga perlu dikenali untuk mencegah diri dari penyakit ginjal kronik ini.
Adapun faktor risiko penyakit ginjal di antaranya mendeteksi dini penyakit hipertensi dan obesitas, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, mengontrol gula dan tekanan darah, hindari merokok, menjaga aktivitas fisik, dan minum air secukupnya.
"Rata-rata kebutuhan air sehari 30 cc dikali berat badan. Kalau banyak berolahraga itu bisa ditambah. Kalau ada gangguan fungsi ginjal, minum sesuai anjuran dokter. Tidak semua pasien serta merta dibatasi minumnya, semua perlu dikonsultasikan dengan dokter," jelas Aida.
Editor: Gita
Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dr. Aida Lydia, mengatakan sebenarnya yang merusak ginjal bukan obatnya tetapi penyakit hipertensi dan diabetes itu sendiri.
Dia menerangkan prinsip utama dokter ketika memberikan obat yakni mempertimbangkan risiko dan manfaatnya. Tentu, manfaat lah yang paling banyak dipilih untuk kesehatan pasien. "Obat hipertensi dan diabetes pada umumnya aman untuk ginjal," ujarnya dalam diskusi virtual peringatan Hari Ginjal Sedunia, Rabu (9/3/2022).
Namun tidak dipungkiri ada beberapa obat lainnya yang bisa saja mengganggu ginjal. Biasanya, kata Aida adalah obat yang menghilangkan rasa nyeri yang dikonsumsi secara bebas tanpa resep dokter, apalagi dalam jangka waktu lama. "Kalau berikan obat pain killer, harus indikasi tertentu dan jangka pemberiannya terbatas. Sering terjadi pasien beli sendiri. Sakit tulang, beli (obat) sendiri, terutama obat penghilang rasa nyeri," tutur Aida.
Oleh karena itu, dia meminta masyarakat bijak mengonsumsi obat penghilang rasa nyeri yang dijual bebas di warung. Selain itu, faktor risiko lainnya juga perlu dikenali untuk mencegah diri dari penyakit ginjal kronik ini.
Adapun faktor risiko penyakit ginjal di antaranya mendeteksi dini penyakit hipertensi dan obesitas, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, mengontrol gula dan tekanan darah, hindari merokok, menjaga aktivitas fisik, dan minum air secukupnya.
"Rata-rata kebutuhan air sehari 30 cc dikali berat badan. Kalau banyak berolahraga itu bisa ditambah. Kalau ada gangguan fungsi ginjal, minum sesuai anjuran dokter. Tidak semua pasien serta merta dibatasi minumnya, semua perlu dikonsultasikan dengan dokter," jelas Aida.
Editor: Gita
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.