Raih Omzet Ratusan Miliar, Simak Kisah Pemilik Haus! Bangun Bisnis Minuman Kekinian
21 February 2022 |
18:59 WIB
Belum lama ini, startup Indonesia yang bergerak di bidang makanan dan minuman (F&B) kekinian, Haus!, dilaporkan meraih pendapatan sebesar Rp252 miliar sepanjang 2021. Kinerja baik tersebut ditopang oleh catatan penjualan produk dari 162 gerai Haus! yang mencapai rata-rata penjualan senilai Rp6,5 juta per hari.
Sebelum sukses mendirikan startup F&B, CEO & Co-Founder Haus!, Gufron Syarif, mengatakan bahwa dia pernah berjualan donat dengan berbagai bentuk mulai dari bentuk hewan dan huruf-huruf yang menarik. Sayangnya, bisnisnya itu tidak bisa sustain terutama ketika bulan Ramadhan tiba di mana orang-orang jarang tertarik untuk membeli donat.
Akhirnya, pada 2015, Gufron pun mulai melakukan research untuk melihat peluang bisnis yang ada. Menurutnya, sejak kehadiran aplikasi delivery online, lanskap bisnis F&B di Indonesia telah berubah. Ke depan, lanjutnya, jenis bisnis ini tidak memerlukan tempat usaha yang besar atau di komersial area seperti mal, sehingga bisnis UKM memiliki kesempatan yang sama dengan big brand.
“Akhirnya mulai tertarik bisnis beverage [minuman], karena saya lihat bisnis beverage grab and go ini cukup bagus dan punya market yang potensial,” katanya dalam kesempatan wawancara virtual bersama media, baru-baru ini.
Untuk menguatkan konsep bisnisnya, Gufron pun memutuskan untuk melakukan benchmark ke China. Menurutnya, bisnis beverage grab and go di China sudah menjadi industri dengan pendapatan sebesar Rp400 triliun per tahun, di mana sebesar Rp224 triliun di kategori new tea and boba dan Rp110 triliun di kategori kopi.
“Meski belum se-mature China, di Indonesia sendiri sedang tumbuh dengan kurang lebih pendapatan di kategori kopi dan boba itu Rp110 triliun per tahun dengan pertumbuhannya kurang lebih 8 persen per tahun,” jelasnya.
Dengan peluang pasar yang besar tersebut, Gufron akhirnya memutuskan untuk membuat bisnis beverage dengan target pasar dari kalangan aspiring middle class. Sebab, menurutnya, belum ada satu brand pun di Indonesia yang menjangkau target pasar tersebut dalam bidang beverage kategori new tea dan boba.
Berdasarkan Laporan World Bank, masyarakat kelas menengah (middle-class) telah menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan jumlahnya yang bertambah secara konsisten sebesar 12 persen setiap tahunnya sejak 2002. Dalam kurun waktu 20 tahun, sekitar 115 juta masyarakat Indonesia yang tadinya tergolong miskin telah berhasil meningkatkan taraf hidupnya dan memasuki kategori baru yang disebut aspiring middle class.
“Itu menjadi kesempatan buat saya dan teman-teman untuk mendirikan Haus! lalu dengan cepat harus menjadi top of mind untuk kategori new tea dan boba di segmen ini. Selama 3,5 tahun terakhir kita lagi berjuang untuk bisa top of mind di kategori dan di segmen itu,” ucap Gufron.
(Baca juga: Survei Ini Ungkap Tren Belanja Online Jelang Ramadhan akan Meningkat)
Untuk membangun branding awaress bisnisnya, Gufron mulai memperbanyak outlet Haus! di Indonesia. Menariknya, dia tidak ingin menjalankan bisnisnya dengan sistem franchise atau waralaba. Menurutnya, tidak ada satu pun merek UKM atau startup yang sukses dan sustain lebih dari 3 tahun dengan menjalankan sistem tersebut.
Ketimbang dengan franchise, Haus! justru menggunakan sistem investor pasif untuk mengembangkan bisnisnya agar bisa dikontrol langsung secara prinsipal. Hal itu pun berjalan sampai dia berhasil mendirikan sebanyak 55 outlet di tahun pertama yakni 2018.
“Jadi tiap kali kita mau buka toko kita kumpulin modal dari investor pasif jadi kita cuma butuh uang dari mereka lalu tokonya kita yang menjalankan,” tuturnya.
Setelah membuka 86 toko dengan mengandalkan profit yang didapat, Haus! akhirnya mendapatkan modal tambahan dari BRI Venture Investment sebesar US$2 juta atau setara Rp 2,9 miliar untuk mengembangkan usaha. Dana itupun digunakan Gufron untuk melakukan membuka lebih banyak outlet di tahun 2021 sebanyak 165 gerai.
Seiring waktu, Gufron melihat bahwa tren yang terjadi pada konsumen Haus! adalah menjadikan produknya bukan sebagai minuman penghilang dahaga, tetapi menjadi semacam snacking atau dessert untuk menemani berbagai aktivitas. Akhirnya, dia pun memutuskan untuk mulai membentuk bisnisnya bukan menjadi perusahaan minuman semata tetapi minuman dan snack.
Hal ini dibuktikan dengan beberapa brand extension Haus! berupa camilan yang telah diluncurkan yakni Ganjel Roti, yang menjual kudapan roti, serta Pedes Cyin, yang menjual berbagai macam camilan pedas seperti basreng, keripik tempe, keripik usus, dan makaroni.
Ke depan, Gufron menargetkan bisa membuka sebanyak 1.000 toko di seluruh Indonesia. Dia juga berencana untuk meluncurkan Haus! App yang bisa digunakan konsumen untuk memesan secara delivery ataupun takeaway. Selain itu, dia juga akan memperbanyak ekspansi toko di kota tier ketiga di Indonesia di wilayah non perkotaan.
“Ternyata di kota-kota itu diterima dengan baik dengan market karena dengan harga yang affordable. Bahkan omzetnya sangat well-performed,” ujarnya.
Editor: Gita
Sebelum sukses mendirikan startup F&B, CEO & Co-Founder Haus!, Gufron Syarif, mengatakan bahwa dia pernah berjualan donat dengan berbagai bentuk mulai dari bentuk hewan dan huruf-huruf yang menarik. Sayangnya, bisnisnya itu tidak bisa sustain terutama ketika bulan Ramadhan tiba di mana orang-orang jarang tertarik untuk membeli donat.
Akhirnya, pada 2015, Gufron pun mulai melakukan research untuk melihat peluang bisnis yang ada. Menurutnya, sejak kehadiran aplikasi delivery online, lanskap bisnis F&B di Indonesia telah berubah. Ke depan, lanjutnya, jenis bisnis ini tidak memerlukan tempat usaha yang besar atau di komersial area seperti mal, sehingga bisnis UKM memiliki kesempatan yang sama dengan big brand.
“Akhirnya mulai tertarik bisnis beverage [minuman], karena saya lihat bisnis beverage grab and go ini cukup bagus dan punya market yang potensial,” katanya dalam kesempatan wawancara virtual bersama media, baru-baru ini.
Untuk menguatkan konsep bisnisnya, Gufron pun memutuskan untuk melakukan benchmark ke China. Menurutnya, bisnis beverage grab and go di China sudah menjadi industri dengan pendapatan sebesar Rp400 triliun per tahun, di mana sebesar Rp224 triliun di kategori new tea and boba dan Rp110 triliun di kategori kopi.
“Meski belum se-mature China, di Indonesia sendiri sedang tumbuh dengan kurang lebih pendapatan di kategori kopi dan boba itu Rp110 triliun per tahun dengan pertumbuhannya kurang lebih 8 persen per tahun,” jelasnya.
CEO & Co-Founder Haus! Gufron Syarif (Dok. Tangkapan Layar)
Berdasarkan Laporan World Bank, masyarakat kelas menengah (middle-class) telah menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan jumlahnya yang bertambah secara konsisten sebesar 12 persen setiap tahunnya sejak 2002. Dalam kurun waktu 20 tahun, sekitar 115 juta masyarakat Indonesia yang tadinya tergolong miskin telah berhasil meningkatkan taraf hidupnya dan memasuki kategori baru yang disebut aspiring middle class.
“Itu menjadi kesempatan buat saya dan teman-teman untuk mendirikan Haus! lalu dengan cepat harus menjadi top of mind untuk kategori new tea dan boba di segmen ini. Selama 3,5 tahun terakhir kita lagi berjuang untuk bisa top of mind di kategori dan di segmen itu,” ucap Gufron.
(Baca juga: Survei Ini Ungkap Tren Belanja Online Jelang Ramadhan akan Meningkat)
Untuk membangun branding awaress bisnisnya, Gufron mulai memperbanyak outlet Haus! di Indonesia. Menariknya, dia tidak ingin menjalankan bisnisnya dengan sistem franchise atau waralaba. Menurutnya, tidak ada satu pun merek UKM atau startup yang sukses dan sustain lebih dari 3 tahun dengan menjalankan sistem tersebut.
Ketimbang dengan franchise, Haus! justru menggunakan sistem investor pasif untuk mengembangkan bisnisnya agar bisa dikontrol langsung secara prinsipal. Hal itu pun berjalan sampai dia berhasil mendirikan sebanyak 55 outlet di tahun pertama yakni 2018.
“Jadi tiap kali kita mau buka toko kita kumpulin modal dari investor pasif jadi kita cuma butuh uang dari mereka lalu tokonya kita yang menjalankan,” tuturnya.
Setelah membuka 86 toko dengan mengandalkan profit yang didapat, Haus! akhirnya mendapatkan modal tambahan dari BRI Venture Investment sebesar US$2 juta atau setara Rp 2,9 miliar untuk mengembangkan usaha. Dana itupun digunakan Gufron untuk melakukan membuka lebih banyak outlet di tahun 2021 sebanyak 165 gerai.
Seiring waktu, Gufron melihat bahwa tren yang terjadi pada konsumen Haus! adalah menjadikan produknya bukan sebagai minuman penghilang dahaga, tetapi menjadi semacam snacking atau dessert untuk menemani berbagai aktivitas. Akhirnya, dia pun memutuskan untuk mulai membentuk bisnisnya bukan menjadi perusahaan minuman semata tetapi minuman dan snack.
Hal ini dibuktikan dengan beberapa brand extension Haus! berupa camilan yang telah diluncurkan yakni Ganjel Roti, yang menjual kudapan roti, serta Pedes Cyin, yang menjual berbagai macam camilan pedas seperti basreng, keripik tempe, keripik usus, dan makaroni.
Ke depan, Gufron menargetkan bisa membuka sebanyak 1.000 toko di seluruh Indonesia. Dia juga berencana untuk meluncurkan Haus! App yang bisa digunakan konsumen untuk memesan secara delivery ataupun takeaway. Selain itu, dia juga akan memperbanyak ekspansi toko di kota tier ketiga di Indonesia di wilayah non perkotaan.
“Ternyata di kota-kota itu diterima dengan baik dengan market karena dengan harga yang affordable. Bahkan omzetnya sangat well-performed,” ujarnya.
Editor: Gita
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.