Retail Berlomba Makin Dekat dengan Pemukiman
09 February 2022 |
16:47 WIB
Industri ritel menjadi salah satu industri yang paling terdampak pandemi. Kebijakan PPKM pada tahun pertama pandemi membuat konsumen tidak keluar rumah dan mulai bergeser melakukan belanja secara daring atau membeli kebutuhan sehari-hari di toko terdekat.
Alhasil ritel yang mengusung ukuran yang kecil dan lebih dekat dengan pemukiman penduduk justru semakin bertumbuh. Berdasarkan hasil survei Inventure-Alvara, semua retail akan berlomba-lomba membuka toko sedekat mungkin dengan konsumen. Sebanyak 86,4 persen responden mengatakan berbelanja di toko terdekat tetap menjadi prioritas utama dalam memilih tempat berbelanja.
Temuan ini semakin diperkuat dengan hasil riset Inventure-Alvara, yaitu sebanyak 76,5 persen responden lebih memilih toko yang lebih dekat dengan tempat tinggal meskipun koleksi produk tidak lengkap dibanding dengan main store.
“Intinya kalau terkait proximity itu memang sudah ada dari dulu, semua store akan ke arah sana, berlomba-lomba dekat dengan pemukiman," ujar Yongky Susilo, Staf ahli HIPPINDO, pada acara Indonesia Industry Outlook 2022.
Meski demikian, dia meyakini bahwa ke depannya, aktivitas berbelanja secara offline akan kembali normal.
Sebab, ketika berbelanja secara langsung belanjaan konsumen akan lebih banyak, sehingga pelaku retail perlu fokus pada pada inovasi di lapangan dan aktivitas online, jangan hanya ke digital.
Yongky juga meyakini untuk produk makanan yang fresh dan mudah expired seperti makanan segar, buah, sayur dan lainnya, sebanyak 89 persen responden lebih memilih berbelanja secara langsung di toko offline dibanding berbelanja di toko online.
Sementara itu, terkait FMCG menurut Adhi S. Lukman, Ketua Umum GAPMMI selama awal pandemi hingga tahun 2021 industri FMCG telah mengalami lima krisis yaitu krisis kesehatan, krisis ekonomi, krisis logistik, krisis komoditi pangan dan krisis energi. Apalagi dengan adanya aturan pangan dunia yang makin ketat sehingga menjadi tantangan bagi dunia FMCG ke depan.
“Dengan banyaknya tantangan-tantangan ini maka kami harus lebih agile, lebih competence dengan memanfaatkan teknologi bukan dimanfaatkan teknologi, dan harus mampu beradaptasi dengan cepat.” ungkap Adhi S Lukman.
Editor: Gita
Alhasil ritel yang mengusung ukuran yang kecil dan lebih dekat dengan pemukiman penduduk justru semakin bertumbuh. Berdasarkan hasil survei Inventure-Alvara, semua retail akan berlomba-lomba membuka toko sedekat mungkin dengan konsumen. Sebanyak 86,4 persen responden mengatakan berbelanja di toko terdekat tetap menjadi prioritas utama dalam memilih tempat berbelanja.
Temuan ini semakin diperkuat dengan hasil riset Inventure-Alvara, yaitu sebanyak 76,5 persen responden lebih memilih toko yang lebih dekat dengan tempat tinggal meskipun koleksi produk tidak lengkap dibanding dengan main store.
“Intinya kalau terkait proximity itu memang sudah ada dari dulu, semua store akan ke arah sana, berlomba-lomba dekat dengan pemukiman," ujar Yongky Susilo, Staf ahli HIPPINDO, pada acara Indonesia Industry Outlook 2022.
Meski demikian, dia meyakini bahwa ke depannya, aktivitas berbelanja secara offline akan kembali normal.
Sebab, ketika berbelanja secara langsung belanjaan konsumen akan lebih banyak, sehingga pelaku retail perlu fokus pada pada inovasi di lapangan dan aktivitas online, jangan hanya ke digital.
Yongky juga meyakini untuk produk makanan yang fresh dan mudah expired seperti makanan segar, buah, sayur dan lainnya, sebanyak 89 persen responden lebih memilih berbelanja secara langsung di toko offline dibanding berbelanja di toko online.
Sementara itu, terkait FMCG menurut Adhi S. Lukman, Ketua Umum GAPMMI selama awal pandemi hingga tahun 2021 industri FMCG telah mengalami lima krisis yaitu krisis kesehatan, krisis ekonomi, krisis logistik, krisis komoditi pangan dan krisis energi. Apalagi dengan adanya aturan pangan dunia yang makin ketat sehingga menjadi tantangan bagi dunia FMCG ke depan.
“Dengan banyaknya tantangan-tantangan ini maka kami harus lebih agile, lebih competence dengan memanfaatkan teknologi bukan dimanfaatkan teknologi, dan harus mampu beradaptasi dengan cepat.” ungkap Adhi S Lukman.
Editor: Gita
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.