Siap-Siap, Starbucks Akan Naikkan Harga Menu Akibat Inflasi
02 February 2022 |
18:27 WIB
Rantai kedai kopi dan roastery multinasional, Starbucks Corporation, mengumumkan bahwa mereka akan menaikkan harga menu tahun ini dan mengurangi beberapa pengeluaran untuk mengimbangi lonjakan biaya tenaga kerja dan bahan baku.
Inflasi tersebut disebutkan sebagai dampak dari pandemi COVID-19 yang mendorong perusahaan berbasis di Seattle, Washington, itu untuk menurunkan perkiraan keuntungan tahun ini.
Di sisi lain, Starbucks Corporation berhasil mencetak kenaikan laba 31 persen pada kuartal terakhir 2021 menjadi US$816 juta.
Perlu Genhype ketahui, Starbucks sebelumnya telah menaikkan harga pada Oktober 2021 dan pada Januari 2022, dengan kemungkinan kenaikan harga lanjutan di masa depan.
Sejauh ini, kenaikan harga menu belum berdampak pada penjualan waralaba di Indonesia.
“Kami mengantisipasi gangguan rantai pasokan akan berlanjut di masa mendatang. Perusahaan memiliki tindakan penetapan harga tambahan yang direncanakan melalui neraca tahun ini, yang memainkan peran penting untuk mengurangi tekanan biaya termasuk inflasi," kata presiden dan kepala eksekutif Starbucks Kevin Johnson melalui keterangan resmi.
(Baca juga: Biar Paham, Ini 10 Istilah dalam Dunia Kopi yang Perlu Kamu Ketahui)
Untuk waralaba Starbucks di Amerika, harga menu naik 8 persen sejak 2021, sebuah lonjakan terbesar dalam lebih dari 20 tahun terakhir, yang disebabkan oleh kenaikan biaya makanan, logistik dan tenaga kerja.
Starbucks juga mengatakan telah meningkatkan anggaran pengeluaran sepanjang pandemi COVID-19 termasuk untuk cuti berbayar bagi karyawan untuk menerima vaksinasi atau mereka yang tertular virus.
Starbucks juga mengatakan kenaikan pada anggaran pelatihan untuk mengatasi kondisi pasar tenaga kerja.
Chief Operating Officer Starbucks John Culver mengatakan kenaikan harga ini belum menimbulkan dampak pada permintaan konsumen.
Editor: Avicenna
Inflasi tersebut disebutkan sebagai dampak dari pandemi COVID-19 yang mendorong perusahaan berbasis di Seattle, Washington, itu untuk menurunkan perkiraan keuntungan tahun ini.
Di sisi lain, Starbucks Corporation berhasil mencetak kenaikan laba 31 persen pada kuartal terakhir 2021 menjadi US$816 juta.
Perlu Genhype ketahui, Starbucks sebelumnya telah menaikkan harga pada Oktober 2021 dan pada Januari 2022, dengan kemungkinan kenaikan harga lanjutan di masa depan.
Sejauh ini, kenaikan harga menu belum berdampak pada penjualan waralaba di Indonesia.
“Kami mengantisipasi gangguan rantai pasokan akan berlanjut di masa mendatang. Perusahaan memiliki tindakan penetapan harga tambahan yang direncanakan melalui neraca tahun ini, yang memainkan peran penting untuk mengurangi tekanan biaya termasuk inflasi," kata presiden dan kepala eksekutif Starbucks Kevin Johnson melalui keterangan resmi.
(Baca juga: Biar Paham, Ini 10 Istilah dalam Dunia Kopi yang Perlu Kamu Ketahui)
Untuk waralaba Starbucks di Amerika, harga menu naik 8 persen sejak 2021, sebuah lonjakan terbesar dalam lebih dari 20 tahun terakhir, yang disebabkan oleh kenaikan biaya makanan, logistik dan tenaga kerja.
Starbucks juga mengatakan telah meningkatkan anggaran pengeluaran sepanjang pandemi COVID-19 termasuk untuk cuti berbayar bagi karyawan untuk menerima vaksinasi atau mereka yang tertular virus.
Starbucks juga mengatakan kenaikan pada anggaran pelatihan untuk mengatasi kondisi pasar tenaga kerja.
Chief Operating Officer Starbucks John Culver mengatakan kenaikan harga ini belum menimbulkan dampak pada permintaan konsumen.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.