5 Fakta Menarik tentang Barongsai, Tarian Singa dalam Tradisi Imlek
31 January 2022 |
14:30 WIB
Dalam perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek, ada beberapa kebiasaan atau tradisi yang selalu ada di dalam masyarakat seperti pemberian angpao, mendoakan leluhur, mengenakan pakaian berwarna cerah seperti merah, dan memakan makanan khas China seperti Nian Gao atau kue keranjang.
Namun, ada satu tradisi yang enggak boleh terlewat saat Imlek, yaitu menyaksikan pertunjukan Barongsai atau yang biasa disebut sebagai Lion Dance atau Wushi. Identik dengan kostum naga yang diperagakan oleh beberapa orang, tarian ini biasanya akan dimeriahkan dengan suara-suara kembang api dan alat musik khas China.
Intip yuk fakta menarik tentang Barongsai di bawah ini.
Namun, ada satu tradisi yang enggak boleh terlewat saat Imlek, yaitu menyaksikan pertunjukan Barongsai atau yang biasa disebut sebagai Lion Dance atau Wushi. Identik dengan kostum naga yang diperagakan oleh beberapa orang, tarian ini biasanya akan dimeriahkan dengan suara-suara kembang api dan alat musik khas China.
Intip yuk fakta menarik tentang Barongsai di bawah ini.
1. Makna Barongsai
Dilansir Nations Online, singa yang digunakan dalam Barongsai atau Wushi memiliki makna keberanian, stabilitas, dan superioritas. Sementara itu, tariannya memiliki tujuan untuk mengusir hantu dan jiwa-jiwa jahat dan dalam penampilannya selalu ada kembang api dan alat musik seperti simbal, gong, dan drum.
Alasan penggunaan 4 elemen ini bisa dilihat dari sejarah China, di mana makhluk-makhluk seperti hantu, monster, jiwa-jiwa jahat, dan raksasa seperti Nian takut dengan barang-barang bersuara keras.
Kepercayaan ini sendiri bisa ditelisik balik dari sejarah Tiongkok sejak lama. Menurut guru besar Antropologi Universitas Gadjah Mada, Irwan Abdullah, tarian singa berakar pada masa Dinasti Chin yang terjadi di sekitar abad ke-3 SM, lalu populer di era Dinasti Nan-Bei pada tahun 420-589 dan masuk ke Indonesia pada abad ke-17.
Irwan menambahkan bahwa Barongsai berasal dari kata 'Barong' yang diambil dari bahasa Jawa dan 'Sai' dari kata 'singa' yang diambil dari dialek Hokkian.
2. Sinergi tarian dan musik
Menariknya, penampilan barongsai selalu memiliki sinergi dengan alat musik yang dimainkan, di mana simbal, gong, dan drum biasanya akan berbunyi mengikuti pergerakan singa Barongsai. Tidak hanya itu, singa juga akan meniru sejumlah suasana hati dan gestur fisik yang menyerupai hewan singa di dunia nyata.
Tarian dari Barongsai biasanya mengombinasikan seni, sejarah, dan gerakan kung fu dengan jumlah pemain setidaknya 10 orang. Akan tetapi, dalam praktiknya, penampilan Barongsai bisa kurang atau lebih dari angka tersebut bergantung pada personel tim Barongsai yang mengenakan kostum, jumlah kostum yang akan ditampilkan, dan alat musik yang tersedia.
3. Variasi singa Barongsai
Dikutip dari Indonesia Kaya, singa yang digunakan di dalam penampilan Barongsai terdiri dari 2 jenis: singa utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat serta singa selatan yang memiliki jumlah kaki bervariasi, mulai dari 2-4 kaki, memiliki tanduk dan sisik.
Selain kostumnya, Barongsai juga memiliki variasi gerakan yang berdasarkan pada 8 elemen. Dalam buku Pembelajaran Seni Tari di Indonesia dan Mancanegara karangan Arina Restian dari Universitas Muhammadiyah Malang, Barongsai umumnya memiliki elemen tidur, membuka, bermain, pencarian, berkelahi, makan, penutup, dan tidur yang bisa disesuaikan durasinya atau elemennya.
(Baca juga: 6 Wisata Kuliner di Glodok yang Harus Dicoba saat Libur Imlek)
4. Ada perkumpulan
Barongsai di Indonesia biasanya ditampilkan oleh sekelompok orang yang tergabung dalam perkumpulan yang dinaungi oleh sebuah kelenteng. Ini terjadi karena Barongsai memiliki makna religius, yaitu penghubung antara manusia dan alam gaib serta sebagai tarian ritual sakral, sehingga tarian ini sebenarnya dilakukan pada waktu dan tujuan tertentu.
"Pentingnya peran atraksi barongsai ini dalam ritual masyarakat Tionghoa, maka perkumpulan-perkumpulan barongsai berada di bawah naungan kelenteng," ujar Amilda Sani dalam jurnal Atraksi Barongsai: Dari Klenteng ke Mall, Sebuah Fenomena Desakralisasi Simbol Ritual Agama yang ditulis pada 2017.
5. Punya pertandingan sendiri
Meski di Indonesia pertandingan Barongsai kurang populer, pertandingan ini justru menarik perhatian di beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Taiwan. Dikutip dari Atlas Obscura, Barongsai kini menjadi bagian dari olahraga ekstrim dengan melibatkan penggunaan tiang bernama jongs yang memiliki jumlah 21-22 buah di set tradisional dan memiliki tinggi standar berkisar 1-3 meter, tapi bisa mencapai 6-8 meter untuk tingkat kompetisi.
Beberapa di antaranya adalah World Luminous Dragon Dance & Lion Dance Championship yang diadakan setiap 2 kali setahun di Hong Kong, Genting World Lion Dance Championship di Malaysia, dan Phoenix Lion Dance Championships di Amerika Serikat.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.