Dampak Orang Tua Toxic pada Anak dan Cara Menghadapinya
28 January 2022 |
12:30 WIB
Orang tua yang toksik seringkali memaksakan kehendak dan standar mereka kepada anak-anak. Bila tak mampu memenuhinya, maka orang tua pun tak segan untuk menyudutkan bahkan menyalahkan anak sebagai pihak yang memalukan keluarga atau mengecewakan orang tua.
Anak-anak dari orang tua yang toksik tidak memiliki kebebasan untuk menentukan jalannya sendiri. Mereka kerap terpaksa harus mengesampingkan perasaannya sendiri.
Psikiater Brawijaya Hospital Saharjo, Dokter Dian Pitawati, mengatakan hubungan toksik antara orang tua dan anak sering dimulai pada masa kanak-kanak dan berlanjut hingga dewasa.
Hal ini akan berkembang, kata Dokter Dian, ketika anak-anak mengalami stres yang signifikan karena orang tua mereka, atau lingkungan yang penuh tekanan dan tidak segera tertangani.
"Banyak orang yang masih malu untuk konsultasi sehingga toksik itu terus terjadi karena tidak mendapatkan penanganan," ujarnya dalam acara Parenting Class di Brawijaya Hospital Saharjo, Kamis (27/1/2022).
(Baca juga: Toxic Parenting, Ketika Orang Tua Jadi 'Racun' bagi Anak)
Dokter Dian pun menjelaskan beberapa dampak perilaku toksik bagi anak-anak yakni menimbulkan gangguan mental pada anak seperti depresi, cemas, dan post-traumatic stress disorder (PTSD). Masalah kesehatan mental itu pun berlanjut di masa remaja menjadi depresi dan cemas saat dewasa.
Selain itu, anak-anak dengan orang tua yang toksik juga akan mengalami kesulitan mengontrol emosi seperti saat marah, kurang menghargai dirinya sendiri, hingga melakukan percobaan bunuh diri dan mengonsumsi alkohol serta penggunaan obat-obatan.
"PTSD itu yang paling sering dilaporkan, karena traumanya enggak sembuh-sembuh apalagi kalau sudah lama dan akhirnya membekas. Bisa jadi gangguan tidur seperti mimpi buruk, gangguan kesehatan mental, dan kesulitan mengendalikan emosinya," kata Dokter Dian.
Untuk mengantisipasinya, Dokter Dian juga menjelaskan beberapa kiat yang bisa dilakukan anak dalam menghadapi orang tua yang toksik. Hal yang paling penting adalah kamu perlu menerima perasaan dan pengalamanmu mendapatkan perlakuan toksik dari orang tua. Jangan menyangkalnya yang justru bisa menjadi masalah bagi kesehatan mentalmu.
Setelah itu, kamu juga perlu membuat batasan yang sehat terkait peran masing-masing dalam keluarga sebagai anak maupun orang tua, jangan mencoba mengubah mereka, dan buatlah ekspektasi yang realistis.
Hal yang tak kalah penting juga adalah mencari support system yang bisa menjadi pendengar yang baik untukmu atau bergabung dengan komunitas jika diperlukan. Selain itu, kamu juga harus menjaga dirimu sendiri dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan seperti mindfulness atau relaksasi.
"Mencari komunitas itu penting untuk support. Kita juga harus melakukan hal-hal yang membuat kesehatan kita terjaga," kata Dokter Dian.
Editor: Avicenna
Anak-anak dari orang tua yang toksik tidak memiliki kebebasan untuk menentukan jalannya sendiri. Mereka kerap terpaksa harus mengesampingkan perasaannya sendiri.
Psikiater Brawijaya Hospital Saharjo, Dokter Dian Pitawati, mengatakan hubungan toksik antara orang tua dan anak sering dimulai pada masa kanak-kanak dan berlanjut hingga dewasa.
Hal ini akan berkembang, kata Dokter Dian, ketika anak-anak mengalami stres yang signifikan karena orang tua mereka, atau lingkungan yang penuh tekanan dan tidak segera tertangani.
"Banyak orang yang masih malu untuk konsultasi sehingga toksik itu terus terjadi karena tidak mendapatkan penanganan," ujarnya dalam acara Parenting Class di Brawijaya Hospital Saharjo, Kamis (27/1/2022).
(Baca juga: Toxic Parenting, Ketika Orang Tua Jadi 'Racun' bagi Anak)
Dokter Dian Pitawati saat memaparkan materi di acara Parenting Class di Auditorium Brawijaya Hospital Saharjo, Kamis (27/1/2022)- (Dok. Bisnis/Suselo Jati)
Selain itu, anak-anak dengan orang tua yang toksik juga akan mengalami kesulitan mengontrol emosi seperti saat marah, kurang menghargai dirinya sendiri, hingga melakukan percobaan bunuh diri dan mengonsumsi alkohol serta penggunaan obat-obatan.
"PTSD itu yang paling sering dilaporkan, karena traumanya enggak sembuh-sembuh apalagi kalau sudah lama dan akhirnya membekas. Bisa jadi gangguan tidur seperti mimpi buruk, gangguan kesehatan mental, dan kesulitan mengendalikan emosinya," kata Dokter Dian.
Untuk mengantisipasinya, Dokter Dian juga menjelaskan beberapa kiat yang bisa dilakukan anak dalam menghadapi orang tua yang toksik. Hal yang paling penting adalah kamu perlu menerima perasaan dan pengalamanmu mendapatkan perlakuan toksik dari orang tua. Jangan menyangkalnya yang justru bisa menjadi masalah bagi kesehatan mentalmu.
Setelah itu, kamu juga perlu membuat batasan yang sehat terkait peran masing-masing dalam keluarga sebagai anak maupun orang tua, jangan mencoba mengubah mereka, dan buatlah ekspektasi yang realistis.
Hal yang tak kalah penting juga adalah mencari support system yang bisa menjadi pendengar yang baik untukmu atau bergabung dengan komunitas jika diperlukan. Selain itu, kamu juga harus menjaga dirimu sendiri dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan seperti mindfulness atau relaksasi.
"Mencari komunitas itu penting untuk support. Kita juga harus melakukan hal-hal yang membuat kesehatan kita terjaga," kata Dokter Dian.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.