4 Fenomena Antariksa di Indonesia yang Menarik Sepanjang Tahun 2021
29 December 2021 |
20:30 WIB
Tahun ini, sejumlah fenomena antariksa banyak terjadi baik yang secara musiman maupun secara tahunan. Beberapa di antaranya menarik perhatian Genhype seperti gerhana bulan total dan blue moon, di mana keduanya terjadi dalam waktu yang lama dan memberikan pengalaman baru saat melihat bulan.
Menurut peneliti dari Pusat Riset Antariksa LAPAN-BRIN Andi Pangerang dalam siaran langsung Kaleidoskop Fenomena Astronomi 2021 & Gambaran Fenomena 2022 , ini empat fenomena antariksa yang menarik perhatian masyarakat selama tahun 2021.
Menurut peneliti dari Pusat Riset Antariksa LAPAN-BRIN Andi Pangerang dalam siaran langsung Kaleidoskop Fenomena Astronomi 2021 & Gambaran Fenomena 2022 , ini empat fenomena antariksa yang menarik perhatian masyarakat selama tahun 2021.
1. Blue Moon
Blue Moon atau bulan biru merupakan fenomena antariksa yang terjadi musiman, tepatnya saat bulan purnama keempat dalam satu periode. Tahun ini, blue moon terjadi pada 22 Agustus 2021 dan sebelumnya pernah terjadi pada 19 Mei 2019 dan 26 Mei 2016.
Menurut Andi, blue moon awalnya hadir karena adanya kesalahan interpretasi dari seorang astronom dengan pemaknaan bahwa bulan biru terjadi karena bulan tertutup abu vulkanik sehingga warnanya biru. Terjadi setiap dua hingga tiga tahun sekali, blue moon akan kembali terjadi pada 2024 dan 2027.
Menurut Andi, blue moon awalnya hadir karena adanya kesalahan interpretasi dari seorang astronom dengan pemaknaan bahwa bulan biru terjadi karena bulan tertutup abu vulkanik sehingga warnanya biru. Terjadi setiap dua hingga tiga tahun sekali, blue moon akan kembali terjadi pada 2024 dan 2027.
2. Gerhana bulan total
Tahun ini, gerhana bulan total telah terjadi pada 26 Mei 2021 atau tepat saat malam Hari Waisak dengan durasi 4 menit 30 detik. Menariknya, gerhana bulan ini juga disebut sebagai Blood Moon karena warna kemerahan pada bulan merupakan efek dari pembiasan selektif pada warna merah pada bulan.
Secara rinci mengenai durasi, Andi menambahkan bahwa gerhana bulan tahun ini terbilang cukup sebentar dan termasuk salah satu yang paling singkat. Alasannya adalah adanya geometri posisi bulan dan bayangan atau umbra bumi yang membuat waktu gerhana menjadi lebih cepat.
Secara rinci mengenai durasi, Andi menambahkan bahwa gerhana bulan tahun ini terbilang cukup sebentar dan termasuk salah satu yang paling singkat. Alasannya adalah adanya geometri posisi bulan dan bayangan atau umbra bumi yang membuat waktu gerhana menjadi lebih cepat.
3. Gerhana bulan sebagian
Tahun ini, gerhana bulan sebagian atau /hampir total terjadi 19 November 2021 dengan durasi 3 jam 28 menit. Fenomena yang terjadi karena menyentuh umbra/bayangan bumi yang hampir mengenai bulan ini termasuk yang paling lama di Indonesia pada abad ke-21.
Fenomena gerhana bulan sebagian merupakan salah satu fenomena antariksa yang langka karena terjadi rata-rata setiap 80 tahun sekali atau hingga 160 tahun sekali sebagai akibat dari perbedaan lokasi geografis.
Fenomena gerhana bulan sebagian merupakan salah satu fenomena antariksa yang langka karena terjadi rata-rata setiap 80 tahun sekali atau hingga 160 tahun sekali sebagai akibat dari perbedaan lokasi geografis.
4. Hari Tanpa Bayangan
Terjadi secara tahunan dalam dua periode, yaitu Februari hingga April dan September hingga Oktober, Hari Tanpa Bayangan umumnya terjadi karena peristiwa matahari yang berada tepat di atas kepala manusia sebagai akibat dari nilai dari deklinasi matahari senilai dengan lintang geografis pengamat.
Tahun ini, fenomena Hari Tanpa Bayangan di periode pertama terjadi mulai dari kawasan paling selatan di Indonesia yaitu Pulau Rote, Kupang pada 20 Februari, lalu berlanjut hingga paling terakhir pada 4 April di Sabang, Aceh. Lalu di periode kedua justru dimulai dari Sabang pada 5 September, lalu bergeser ke selatan sampai Pontianak pada 23 September, pulau Jawa antara 8-14 Oktober. Tahapan akhir terjadi di Pulau Rote pada 21 Oktober.
Andi menjelaskan bahwa Hari Tanpa Bayangan merupakan fenomena antariksa yang bersifat lokal sehingga kejadian di setiap daerah di Indonesia selalu berbeda-beda.
Editor: Fajar Sidik
Tahun ini, fenomena Hari Tanpa Bayangan di periode pertama terjadi mulai dari kawasan paling selatan di Indonesia yaitu Pulau Rote, Kupang pada 20 Februari, lalu berlanjut hingga paling terakhir pada 4 April di Sabang, Aceh. Lalu di periode kedua justru dimulai dari Sabang pada 5 September, lalu bergeser ke selatan sampai Pontianak pada 23 September, pulau Jawa antara 8-14 Oktober. Tahapan akhir terjadi di Pulau Rote pada 21 Oktober.
Andi menjelaskan bahwa Hari Tanpa Bayangan merupakan fenomena antariksa yang bersifat lokal sehingga kejadian di setiap daerah di Indonesia selalu berbeda-beda.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.