Indonesia Belum Membuka Vaksin Booster, Kenapa Ya?
24 December 2021 |
09:39 WIB
Munculnya kasus Covid-19 varian Omicron dikhawatirkan akan memicu ledakan kasus positif di Indonesia seperti yang terjadi di sejumlah negara. Seiring dengan kemunculan kasus tersebut, desakan pemberian vaksin dosis penguat antibodi alias booter pun makin menguat.
Beberapa negara berencana memberikan vaksin suntikan ketiga untuk masyarakatnya. Bahkan, ada negara yang sudah merampungkannya dan berencana memberikan suntikan keempat untuk kelompok tertentu seperti Israel.
Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Banyak yang bertanya-tanya mengapa Pemerintah Indonesia belum memulai atau terkesan lambat memberikan vaksin booster untuk masyarakat umum.
Seperti diketahui, saat ini vaksin booster hanya diberikan untuk tenaga kesehatan. Adapun, rencana pemberian vaksin booster untuk masyarakat umum baru akan dimulai pada tahun depan dengan sejumlah syarat dan ketentuan.
Menurut ahli patologi klinis sekaligus Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS Universitas Sebelas Maret Surakarta Tonang Dwi Ardyanto, apa yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah tepat. Sebabnya, negara-negara yang sudah memulai pemberian vaksin booster cakupan vaksinasi dosis lengkapnya sudah mencapai 70-80 persen populasi penduduknya.
"Kita baru mencapai 39,98 persen dari 272,23 juta penduduk per Juni 2021 yang tervaksinasi dosis lengkap. Kalau kita paksakan booster tanpa persiapan dan pengaturan yang hati-hati, maka justru yang 60 persen itu berisiko tidak terperhatikan," katanya dalam sebuah forum diskusi pada Kamis (23/12/2021).
Tonang menegaskan kebijakan pemberian vaksin booster memang seharusnya sangat hati-hati memperhitungkan banyak aspek. Bukan sekadar keinginan tapi kebutuhan.
Dia mengungkapkan cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia saat ini telah mencapai 40,24 persen penduduk mendapat dosis lengkap.
"Target WHO [World Health Organization] adalah minimal 40 persen di akhir 2021. Kita telah melewatinya,"
Apabila Indonesia mampu mempertahankan kecepatan vaksinasi sesuai rata-rata tujuh hari terakhir, maka angka 42,09 persen bisa tercapai sebelum 1 Januari 2022. Sementara itu, bila diberi kelonggaran tiga hari libur akhir tahun Indonesia masih bisa mencapai angka 41,40 persen.
Angka 40 persen ini menurut Tonang sangat penting, karena secara teori, ketika cakupan sudah melewati 40 persen, efek vaksinasi mulai terasa.
"Tidak berarti menggantikan protkes. Resultansi antara protkes dan vaksinasi yang sudah melewati 40 persen, akan membawa ke fase mulai dapat mengendalikan pandemi. Kita masih harus terus mengejar sampai nantinya benar-benar pandemi terkendali," tutupnya.
Editor: Fajar Sidik
Beberapa negara berencana memberikan vaksin suntikan ketiga untuk masyarakatnya. Bahkan, ada negara yang sudah merampungkannya dan berencana memberikan suntikan keempat untuk kelompok tertentu seperti Israel.
Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Banyak yang bertanya-tanya mengapa Pemerintah Indonesia belum memulai atau terkesan lambat memberikan vaksin booster untuk masyarakat umum.
Seperti diketahui, saat ini vaksin booster hanya diberikan untuk tenaga kesehatan. Adapun, rencana pemberian vaksin booster untuk masyarakat umum baru akan dimulai pada tahun depan dengan sejumlah syarat dan ketentuan.
Menurut ahli patologi klinis sekaligus Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS Universitas Sebelas Maret Surakarta Tonang Dwi Ardyanto, apa yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah tepat. Sebabnya, negara-negara yang sudah memulai pemberian vaksin booster cakupan vaksinasi dosis lengkapnya sudah mencapai 70-80 persen populasi penduduknya.
"Kita baru mencapai 39,98 persen dari 272,23 juta penduduk per Juni 2021 yang tervaksinasi dosis lengkap. Kalau kita paksakan booster tanpa persiapan dan pengaturan yang hati-hati, maka justru yang 60 persen itu berisiko tidak terperhatikan," katanya dalam sebuah forum diskusi pada Kamis (23/12/2021).
Tonang menegaskan kebijakan pemberian vaksin booster memang seharusnya sangat hati-hati memperhitungkan banyak aspek. Bukan sekadar keinginan tapi kebutuhan.
Dia mengungkapkan cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia saat ini telah mencapai 40,24 persen penduduk mendapat dosis lengkap.
"Target WHO [World Health Organization] adalah minimal 40 persen di akhir 2021. Kita telah melewatinya,"
Apabila Indonesia mampu mempertahankan kecepatan vaksinasi sesuai rata-rata tujuh hari terakhir, maka angka 42,09 persen bisa tercapai sebelum 1 Januari 2022. Sementara itu, bila diberi kelonggaran tiga hari libur akhir tahun Indonesia masih bisa mencapai angka 41,40 persen.
Angka 40 persen ini menurut Tonang sangat penting, karena secara teori, ketika cakupan sudah melewati 40 persen, efek vaksinasi mulai terasa.
"Tidak berarti menggantikan protkes. Resultansi antara protkes dan vaksinasi yang sudah melewati 40 persen, akan membawa ke fase mulai dapat mengendalikan pandemi. Kita masih harus terus mengejar sampai nantinya benar-benar pandemi terkendali," tutupnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.