Ilustrasi keamanan siber (dok. Freepik)

4 Ancaman Serangan Siber yang Harus Diwaspadai pada 2022

22 December 2021   |   11:53 WIB
Image
Syaiful Millah Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Pada era digital yang berkembang pesat serta terakselerasi situasi pandemi memunculkan ancaman keamanan siber yang lebih nyata dan masif. Ancaman serangan ini diperkirakan bakal lebih intensif pada tahun-tahun mendatang yang diprediksi makin besar dan beragam. 

Perusahaan keamanan siber Acronis belum lama ini merilis laporan bertajuk Acronis Cyberthreats Reports 2020, yang merupakan tinjauan mendalam tentang tren dan ancaman keamanan siber di seluruh dunia. 

Laporan tersebut memperingatkan bahwa penyedia layanan terkelola (managed service providers/MSP) sangat berisiko. Mereka umumnya memiliki banyak management tools tersendiri yang menjadikannya lebih rentan terhadap serangan rantai pasok. 

Acronis menyebut serangan rantai pasokan pada MSP sangat berbahaya karena penyerang mendapatkan akses ke bisnis dan klien mereka. Laporan mencatat selama paruh kedua 2021, hanya 20 persen perusahaan yang tidak mengalami serangan ini. 

VP Cyber Protection Research Acronis Candid Wuest mengatakan industri kejahatan dunia maya merupakan mesin yang dikelola dengan baik menggunakan cloud, artificial intelligence, hingga machine learning untuk mengotomatisasi operasi mereka. 

“Sementara serangan pada 2022 akan tumbuh dan memberi berbagai kejutan, otomatisasi perlindungan siber tetap menjadi satu-satunya jalan menuju perlindungan yang lebih besar,” katanya dalam laporan tersebut. 

Berikut ini adalah prediksi tren kejahatan siber dan dampaknya pada MSP serta bisnis kecil pada 2022 berdasarkan perkiraan Acronis.
 

1. Phishing tetap menjadi serangan utama 

Laporan menyatakan 94 persen malware dikirimkan melalui email menggunakan teknik rekayasa sosial untuk mengelabui pengguna agar membuka lampiran atau tautan berbahaya. Phishing telah menduduki puncak ancaman bahkan sebelum pandemi dan ke depannya. 
 

2. Pelaku phishing mengembangkan trik baru 

Untuk menghindari alat otentikasi multifaktor, pelaku bakal menggunakan trik baru guna mengambil alih akun. Mereka bakal memakai pesan teks, obrolan panggilan video, hingga alat lain seperti business email compromise (BEC) untuk melancarkan aksinya. 
 

3. Ransomware masih mengancam 

Saat ini, sektor publik seperti manufaktur dan kesehatan menjadi perhatian baru para penyerang. Akan tetapi, ransomware masih menjadi salah satu jenis serangan siber yang paling banyak digunakan dan paling menguntungkan mereka. Kerusakan yang diakibatkan ditaksir bisa mencapai US$20 miliar pada tahun ini. 
 

4. Mata uang kripto menjadi target baru 

Tingginya minat orang terhadap cryptocurrency telah memunculkan berbagai inovasi kejahatan siber. Infostealer dan malware yang menukar alamat dompet digital telah eksis. Kedepannya, diprediksi bakal lebih banyak serangan yang secara spesifik menargetkan industri dan pengguna mata uang kripto. 

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Jadi Miss Tourism International 2022, Yuk Kepoin Jessy Silana Wongsodiharjo

BERIKUTNYA

5 Video Musik Indonesia yang Trending di YouTube sepanjang 2021

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: