Kisah Para Tokoh Bangsa di Tanah Pembuangan Diangkat dalam Lakon Apik di Youtube
18 December 2021 |
05:01 WIB
Titimangsa Foundation dan Bakti Budaya Djarum Foundation mengangkat kisah para tokoh besar Republik Indonesia di tanah pembuangan Banda Naira dalam lakon Mereka yang Menunggu di Banda Naira. Lakon tersebut dapat disaksikan di kanal YouTube IndonesiaKaya mulai Jumat, 17 Desember 2021 Pukul 19.00 WIB selama 6 bulan ke depan lho Genhype.
Banda Neira, Kepulauan Banda, Maluku merupakan lokasi pembuangan para tahanan politik zaman Hindia Belanda pada awal abad ke-20.
Tempat ini juga menjadi saksi bisu pertemuan empat tokoh pergerakan Indonesia yaitu Sutan Sjahrir, Mohammad Hatta, dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Iwa Koesoema Soemanteri.
Lakon Mereka yang Menunggu di Banda Naira merupakan dokumentasi pementasan pada 25 November 2021 yang lalu di Gedung Kesenian Jakarta.
Dalam rilis yang diterima oleh Hypeabis.id, Happy Salma menuturkan para penikmat seni dan pemeran sama-sama berada di atas panggung dalam pementasan ini.
Tidak hanya itu, para penikmat seni bahkan dapat melihat jelas setiap pergantian babak dan set, bagaimana kerja sama aktor dan kru terasa begitu dekat dan nyata.
Pertunjukan ini baginya pribadi membuka banyak pikiran akan cita-cita kemerdekaan yang diucapkan oleh Bung Sjahrir, Bung Hatta, Bung Iwa Soemantri, dan Bung Cipto.
"Des alwi serta perempuan Belanda yang bernama Maria begitu menohok, terutama soal keragaman dan harga diri. Semoga penikmat seni yang akan menyaksikan lakon ini dari rumah secara virtual dapat merasakan energi yang sama dengan para penikmat seni yang melihatnya secara langsung,” ujarnya.
Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation menuturkan Lakon Mereka yang Menunggu di Banda Naira diselenggarakan secara hybrid, sebagai bukti bahwa dunia seni pertunjukan di Indonesia dan para pekerja seni selalu menemukan cara untuk terus hidup dan berkembang dalam situasi dan kondisi apapun.
Dia berharap penayangan di kanal YouTube IndonesiaKaya dapat menjadi solusi hiburan serta sajian di penghujung tahun yang mengedukasi dan menambah wawasan para penikmat seni di berbagai daerah tentang sejarah pertemuan para tokoh penting pergerakan Indonesia.
Selama kurang lebih 120 menit, Mereka yang Menunggu di Banda Naira menceritakan tentang pertemuan empat tokoh pergerakan Indonesia, yakni Bung Syahrir, Bung Hatta, Bung Tjipto dan Bung Iwa, di tanah pembuangan Banda Naira.
Pada 1936, Sjahrir dan Hatta tiba di Banda Naira sebagai tahanan politik. Keduanya bertemu dengan tahanan politik lainnya, Tjipto dan Iwa yang sudah terlebih dahulu berada di sana.
Meski ada dalam pengasingan, mereka tak gentar meneruskan perjuangan di bidang sosial dan pendidikan.
Kesibukan ini tidak disukai oleh penguasa setempat Hindia Belanda, Kloosterhuis, yang akhirnya memberlakukan pembatasan-pembatasan ruang gerak.
Di tengah perjuangannya selama berada di Banda Naira, Sjahrir terus diliputi perasaan gelisah karena terpisah dengan kekasih hatinya, Maria, yang berada di Belanda.
Kendatipun surat-surat dari Maria selalu datang, tapi Sjahrir selalu merasa kekurangan. Dia ingin Maria ada di sisinya.
Kenangan-kenangan indah bersama Maria senantiasa berkelebat dalam benak Sjahrir ketika sedang menyendiri di pantai. Sjahrir setia menunggu Maria datang ke Banda Naira.
Editor: Fajar Sidik
Banda Neira, Kepulauan Banda, Maluku merupakan lokasi pembuangan para tahanan politik zaman Hindia Belanda pada awal abad ke-20.
Tempat ini juga menjadi saksi bisu pertemuan empat tokoh pergerakan Indonesia yaitu Sutan Sjahrir, Mohammad Hatta, dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Iwa Koesoema Soemanteri.
Lakon Mereka yang Menunggu di Banda Naira merupakan dokumentasi pementasan pada 25 November 2021 yang lalu di Gedung Kesenian Jakarta.
Dalam rilis yang diterima oleh Hypeabis.id, Happy Salma menuturkan para penikmat seni dan pemeran sama-sama berada di atas panggung dalam pementasan ini.
Tidak hanya itu, para penikmat seni bahkan dapat melihat jelas setiap pergantian babak dan set, bagaimana kerja sama aktor dan kru terasa begitu dekat dan nyata.
Pertunjukan ini baginya pribadi membuka banyak pikiran akan cita-cita kemerdekaan yang diucapkan oleh Bung Sjahrir, Bung Hatta, Bung Iwa Soemantri, dan Bung Cipto.
"Des alwi serta perempuan Belanda yang bernama Maria begitu menohok, terutama soal keragaman dan harga diri. Semoga penikmat seni yang akan menyaksikan lakon ini dari rumah secara virtual dapat merasakan energi yang sama dengan para penikmat seni yang melihatnya secara langsung,” ujarnya.
Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation menuturkan Lakon Mereka yang Menunggu di Banda Naira diselenggarakan secara hybrid, sebagai bukti bahwa dunia seni pertunjukan di Indonesia dan para pekerja seni selalu menemukan cara untuk terus hidup dan berkembang dalam situasi dan kondisi apapun.
Dia berharap penayangan di kanal YouTube IndonesiaKaya dapat menjadi solusi hiburan serta sajian di penghujung tahun yang mengedukasi dan menambah wawasan para penikmat seni di berbagai daerah tentang sejarah pertemuan para tokoh penting pergerakan Indonesia.
Selama kurang lebih 120 menit, Mereka yang Menunggu di Banda Naira menceritakan tentang pertemuan empat tokoh pergerakan Indonesia, yakni Bung Syahrir, Bung Hatta, Bung Tjipto dan Bung Iwa, di tanah pembuangan Banda Naira.
Pada 1936, Sjahrir dan Hatta tiba di Banda Naira sebagai tahanan politik. Keduanya bertemu dengan tahanan politik lainnya, Tjipto dan Iwa yang sudah terlebih dahulu berada di sana.
Meski ada dalam pengasingan, mereka tak gentar meneruskan perjuangan di bidang sosial dan pendidikan.
Kesibukan ini tidak disukai oleh penguasa setempat Hindia Belanda, Kloosterhuis, yang akhirnya memberlakukan pembatasan-pembatasan ruang gerak.
Di tengah perjuangannya selama berada di Banda Naira, Sjahrir terus diliputi perasaan gelisah karena terpisah dengan kekasih hatinya, Maria, yang berada di Belanda.
Kendatipun surat-surat dari Maria selalu datang, tapi Sjahrir selalu merasa kekurangan. Dia ingin Maria ada di sisinya.
Kenangan-kenangan indah bersama Maria senantiasa berkelebat dalam benak Sjahrir ketika sedang menyendiri di pantai. Sjahrir setia menunggu Maria datang ke Banda Naira.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.