ilustrasi bipolar pada anak (dok. unsplash)

Jangan Salah, Begini Gejala Bipolar pada Anak

08 December 2021   |   13:27 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Kita tentu sering mendengar istilah bipolar, namun hanya sebagian kecil yang benar-benar mengetahuinya..  Singkatnya, bipolar ini adalah gangguan dalam meregulasi atau mengatur emosi. Dalam hal ini spektrum yang terganggu adalah kemampuan mengendalikan emosi.

Walaupun secara umum bipolar merupakan gangguan mood atau emosi tetapi pada anak-anak biasanya akan muncul sebagai gejala yang lebih mengarah pada perilaku.

Linny Liando, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Konsultan Psikiatri Anak & Remaja mengatakan saat mengalami gejala bipolar snak menjadi lebih rewel, marah yang sulit dikendalikan bahkan bisa mencederai diri sendiri, tantrum yang berlebihan, hingga sulit untuk konsentrasi.
 
“Pada anak, gejala bipolar ini memang tidak terlalu spesifik dan kadang sering kali sulit dibedakan dengan gejala lainnya seperti gejala gangguan pemusatan perhatian/hiperaktif (ADHD). Namun jika melihat dasar gangguannya, bipolar lebih mempengaruhi mood atau suasana hati, sedangkan ADHD ke arah neurodevelopment atau perilaku dan perhatian anak,” terangnya.

Meski demikian, menurutnya, tidak semua anak yang tantum, atau emosinya berubah-ubah dan sulit dikendalikan bisa dikatakan sebagai bipolar. Maka ada satu term yang bisa mendeteksi anak dengan gejala mirip bipolar tetapi bukan bipolar, hanya saja si anak tidak dapat meregulasi mood nya yang disebut dengan disruptive mood dysregulation disorder (DMDD).

“Mirip [bipolar] tapi bukan. Studinya DMDD ini lebih sering ditemukan pada anak usia 6 hingga 10 tahun kadang suka overlap dengan ADHD yang juga ditemukan di usia sekolah. Jika tidak tertangani dengan baik, berdasarkan studi jangka panjang, anak yang mengalami DMDD, ketika dewasa berpotensi akan mengalami gangguan bipolar,” tuturnya.

Menurutnya, bipolar memang sulit terdeteksi pada anak-anak dan biasanya baru terlihat di masa awal remaja yakni di usia 10 tahun ke atas. Untuk bisa menentukan anak mengalami bipolar atau tidak pun itu dibutuhkan observasi yang mendalam.

Untuk itu, jika terjadi gejala-gejala gangguan perilaku pada anak maka harus segera dikonsultasikan sebab makin cepat dideteksi maka akan lebih mudah ditanganinya. Terlebih di usia anak-anak yang memang karena usia perkembangannya sulit mengendalikan emosi maka perlu adanya bantuan dari lingkungan dan keluarga.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadiny gangguan kejiwaan. Mulai dari faktor biologis dan genetik, adanya kerentanan pada sel-sel saraf, serta faktor psikologis dan sosial kultural termasuk asuhan orang tua yang membentuk kepribadian anak.

Semakin berat gangguan kejiawaannya maka porsi bilogis dan genetiknya akan makin besar. Untuk bipolar sendiri berada di tengah-tengah tetapi lebih ke arah faktor bilogis atau genetik sehingga dari sisi tata laksana penangannya dibutuhkan obat-obatan, serta dikombinasikan dengan terapi psikologis untuk membantu meregulasi emosi.

Selain dapat membahayakan diri dan orang lain, para penyitas bipolar yang emosinya tidak dapat terkendali ini juga bisa mengalami kerusakan otak secara lebih lanjut. Sebab, setiap kali terjadi perubahan episode ektrem dari mania ke depresi maka akan terjadi kejang yang menyerang pusat saraf di otak sehingga bisa menyebabkan kerusakan lebih lanjut.

“Karena itu sebisa mungkin ditangani lebih awal agar dapat tertangani dan bisa lebih baik ke depannya.”
Sementara itu, I Gusti Ayu Indah Ardani, Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Konsultan Psikiatri Anak dan Remaja mengatakan bahwa bipolar sebetulnya bisa saja muncul pada masa kanak-kanak tetapi baru terdeteksi di masa remaja.

Sebab, di samping anak-anak belum dapat mengekspresikan emosi atau perasaannya dengan baik, gangguan bipolar pada anak juga sering kali dianggap seperti kenakalan masa anak-anak pada umumnya. Apalagi beberapa gejalanya juga mirip dengan gangguan atensi.

“Gangguan keseimbangan mood terutama pada anak dan remaja sering kali tidak dianggap sebagai suatu ‘penyakit’ karena memang pada masa itu emosi anak memang sedang labil sehingga sering kali kondisi tersebut terabaikan,” tuturnya.

Secara umum, gangguan bipolar pada anak dan remaja mirip dengan orang dewasa yakni adanya episode mania yang muncul tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu hingga 4-5 bulan. Sementara episode depresi cenderung berlangsung lebih lama, rata-rata sekitar 6 bulan.

Meski demikian, ada beberapa gejala yang lebih menonjol pada anak dan remaja yang mengalami bipolar yakni perubahan mood sangat cepat dan tidak jelas perubahan dari mania ke depresi begitupun sebaliknya. Sikapnya yang cenderung mudah meledak, dan mudah marah atau tersinggung serta sering mengganggu orang lain.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Bunda, Yuk Kenali Jenis-Jenis Alergi & Efeknya pada Tumbuh Kembang Anak

BERIKUTNYA

Kampanye #KerenDimakan Ajak Remaja Konsumsi Sayur & Buah

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: