Hidung Ternyata Memiliki Sel Imun untuk Melawan Virus
08 December 2021 |
10:08 WIB
Hidung memiliki peran penting sebagai indra penciuman manusia. Organ pernapasan ini juga sebagai media masuknya bakteri dan virus, tidak terkecuali Covid-19. Para ahli di Universitas Newcastle menemukan bahwa ternyata sel hidung merupakan garda terdepan dalam melawan virus.
Dengan membuat profil respons imun sel hidung, mereka menemukan cara lapisan hidung bereaksi terhadap virus SARS-CoV-2 dan respons imun yang ditimbulkan dapat menentukan derajat keparahan apabila terinfeksi.
Dalam studi yang diterbitkan di Nature Communications, para ilmuwan menggunakan model lapisan hidung yang tumbuh dari bahan biopsi hidung pasien dan menggunakan teknik canggih untuk membuat profil infeksi, serta respons imun pada tingkat sel tunggal.
Tim spesialis imunologi, genomik, proteomik, dan biologi saluran pernapasan, mengukur semua protein yang diproduksi dalam kultur sel yang terinfeksi. Mereka menemukan bahwa sel-sel hidung merespons infeksi dengan menghasilkan respons imun yang kuat, didominasi oleh zat antivirus yang dikenal sebagai interferon.
Respons interferon sebelumnya dianggap bertugas sebagai faktor penting pelindung pasien terhadap Covid-19 yang parah atau mengancam jiwa. Temuan penelitian menunjukkan bahwa respons interferon dimulai di mukosa hidung pada tahap awal infeksi.
"Menariknya, kami melihat bahwa respons interferon membutuhkan waktu lebih lama untuk memulai daripada di sel hidung yang terinfeksi virus pernapasan lainnya, seperti flu. Ini menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 memiliki cara untuk menumbangkan respons ini pada tahap awal,” ujar Christopher Duncan dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Newcastle yang memimpin penelitian ini, dikutip dari Medical Xpress, Rabu (8/12/2021).
Namun begitu terbentuk, kata Duncan, respons interferon mulai menghambat replikasi virus. Ketika menambahkan interferon sebelum infeksi, Duncan dan timnya menemukan bahwa respon ini secara potensial memblokir replikasi virus.
Temuan ini katanya membuka kemungkinan bahwa interferon dapat digunakan kembali untuk mengembangkan intervensi, seperti semprotan hidung untuk mencegah Covid-19. “Ini termasuk membantu melindungi orang yang tidak merespon vaksin dengan baik, atau setelah paparan berisiko tinggi,” sebut Duncan.
Kendati demikian, para ahli masih belum memahami apa yang menentukan hasil infeksi dan mengapa beberapa pasien menjadi sangat tidak sehat saat terinfeksi Covid-19, sedangkan yang lain terinfeksi tanpa mengembangkan gejala. Untuk itu, Duncan menyebut penelitian lebih lanjut akan fokus pada peran sel imun yang ada di hidung dalam memperkuat respons interferon.
Namun yang pasti, dia menerangkan bahwa temuan ini dapat membantu menginformasikan pengembangan perawatan di masa depan untuk mencegah infeksi. "Ada kemungkinan bahwa hasil pertempuran antara sistem kekebalan bawaan dan virus di mukosa hidung bisa menjadi penentu penting penyakit dan jika ditargetkan dengan cepat dapat membantu membatasi infeksi," tegasnya.
Sementara itu, dia menilai adanya temuan ini memperkuat pentingnya memakai masker untuk mengurangi penularan SARS-CoV-2.
Editor: Fajar Sidik
Dengan membuat profil respons imun sel hidung, mereka menemukan cara lapisan hidung bereaksi terhadap virus SARS-CoV-2 dan respons imun yang ditimbulkan dapat menentukan derajat keparahan apabila terinfeksi.
Dalam studi yang diterbitkan di Nature Communications, para ilmuwan menggunakan model lapisan hidung yang tumbuh dari bahan biopsi hidung pasien dan menggunakan teknik canggih untuk membuat profil infeksi, serta respons imun pada tingkat sel tunggal.
Tim spesialis imunologi, genomik, proteomik, dan biologi saluran pernapasan, mengukur semua protein yang diproduksi dalam kultur sel yang terinfeksi. Mereka menemukan bahwa sel-sel hidung merespons infeksi dengan menghasilkan respons imun yang kuat, didominasi oleh zat antivirus yang dikenal sebagai interferon.
Respons interferon sebelumnya dianggap bertugas sebagai faktor penting pelindung pasien terhadap Covid-19 yang parah atau mengancam jiwa. Temuan penelitian menunjukkan bahwa respons interferon dimulai di mukosa hidung pada tahap awal infeksi.
"Menariknya, kami melihat bahwa respons interferon membutuhkan waktu lebih lama untuk memulai daripada di sel hidung yang terinfeksi virus pernapasan lainnya, seperti flu. Ini menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 memiliki cara untuk menumbangkan respons ini pada tahap awal,” ujar Christopher Duncan dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Newcastle yang memimpin penelitian ini, dikutip dari Medical Xpress, Rabu (8/12/2021).
Namun begitu terbentuk, kata Duncan, respons interferon mulai menghambat replikasi virus. Ketika menambahkan interferon sebelum infeksi, Duncan dan timnya menemukan bahwa respon ini secara potensial memblokir replikasi virus.
Temuan ini katanya membuka kemungkinan bahwa interferon dapat digunakan kembali untuk mengembangkan intervensi, seperti semprotan hidung untuk mencegah Covid-19. “Ini termasuk membantu melindungi orang yang tidak merespon vaksin dengan baik, atau setelah paparan berisiko tinggi,” sebut Duncan.
Kendati demikian, para ahli masih belum memahami apa yang menentukan hasil infeksi dan mengapa beberapa pasien menjadi sangat tidak sehat saat terinfeksi Covid-19, sedangkan yang lain terinfeksi tanpa mengembangkan gejala. Untuk itu, Duncan menyebut penelitian lebih lanjut akan fokus pada peran sel imun yang ada di hidung dalam memperkuat respons interferon.
Namun yang pasti, dia menerangkan bahwa temuan ini dapat membantu menginformasikan pengembangan perawatan di masa depan untuk mencegah infeksi. "Ada kemungkinan bahwa hasil pertempuran antara sistem kekebalan bawaan dan virus di mukosa hidung bisa menjadi penentu penting penyakit dan jika ditargetkan dengan cepat dapat membantu membatasi infeksi," tegasnya.
Sementara itu, dia menilai adanya temuan ini memperkuat pentingnya memakai masker untuk mengurangi penularan SARS-CoV-2.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.