Perokok Aktif Agar Waspadai Risiko Kanker Paru
26 November 2021 |
22:04 WIB
Pengendalian kejadian kanker paru masih menjadi tantangan di Indonesia. Apalagi jumlah perokok aktif di negeri ini masih sangat tinggi. Tentu ada kaitannya, rokok merupakan faktor risiko utama kanker paru sebagai penyebab nomor satu kematian akibat kanker.
Menurut data Global Burden of Cancer Study (Globocan) 2020, kanker paru menyumbang 11 persen atau 2.206.771 kasus kanker. Di Indonesia, kanker paru menyumbang 8,8 persen atau 34.783 kasus baru kanker. Menurut data Yayasan Kanker Indonesia (YKI), dari kejadian kanker paru tersebut, lebih dari 80 persen merupakan tipe kanker paru sel bukan kecil (non small cell lung cancer atau NSCLC). Sekitar 40 persen dari NSCLC terjadi mutasi reseptor pertumbuhan epidermal (EGFR).
Setelah ditemukan kanker paru, rata-rata kesintasan 5 tahunan atau prosentase pasien hidup sekurangnya lima tahun sebesar 21 persen. Rata-rata kesintasan 5 tahunan untuk laki-laki sebesar 17 persen, sedangkan untuk wanita sebesar 24 persen. Adapun kesintasan 5 tahunan untuk NSCLC sebesar 25 persen, dibandingkan dengan 7 persen untuk kanker paru sel kecil.
Sayangnya kata Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia dr. Aru Wisaksono Sudoyo sebanyak 80 persen pasien kanker paru datang sudah stadium lanjut, sehingga prosentase kesintasan menjadi lebih rendah.
Oleh sebab itu, menurutnya sangatlah penting untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan faktor risiko, gejala, dan mempertimbangan khusus pengobatan kanker paru.
“YKI berharap masyarakat melakukan pencegahan kanker dengan menerapkan pola hidup sehat, tidak merokok, dan melakukan deteksi dini kanker, sebab kanker yang ditemukan dalam stadium dini mudah diobati bahkan bisa sembuh,” ujarnya dalam diskusi virtual, Jumat (26/11/2021).
Managing Director MSD di Indonesia George Stylianou, mengatakan tantangan kanker paru tidak dapat dihadapi oleh hanya satu pemangku kepentingan saja.
“Itu sebabnya kami bekerja sama dengan pemerintah, organisasi pasien, tenaga kesehatan profesional, dan akademisi untuk menemukan solusi akses terhadap obat inovatif dan peluang untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit mengerikan ini,” tuturnya.
Di MSD, Goerge menyebut perusahaannya bekerja dengan urgensi untuk mengutamakan pasien dan memastikan obat kanker inovatif dapat diakses oleh pasien yang membutuhkan.
“Kita masing-masing didorong oleh visi bersama untuk memberi semua pasien kanker lebih banyak cara untuk mengobati kanker mereka, lebih banyak kualitas dalam hidup mereka, lebih banyak waktu,” sebutnya.
Editor: Fajar Sidik
Menurut data Global Burden of Cancer Study (Globocan) 2020, kanker paru menyumbang 11 persen atau 2.206.771 kasus kanker. Di Indonesia, kanker paru menyumbang 8,8 persen atau 34.783 kasus baru kanker. Menurut data Yayasan Kanker Indonesia (YKI), dari kejadian kanker paru tersebut, lebih dari 80 persen merupakan tipe kanker paru sel bukan kecil (non small cell lung cancer atau NSCLC). Sekitar 40 persen dari NSCLC terjadi mutasi reseptor pertumbuhan epidermal (EGFR).
Setelah ditemukan kanker paru, rata-rata kesintasan 5 tahunan atau prosentase pasien hidup sekurangnya lima tahun sebesar 21 persen. Rata-rata kesintasan 5 tahunan untuk laki-laki sebesar 17 persen, sedangkan untuk wanita sebesar 24 persen. Adapun kesintasan 5 tahunan untuk NSCLC sebesar 25 persen, dibandingkan dengan 7 persen untuk kanker paru sel kecil.
Sayangnya kata Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia dr. Aru Wisaksono Sudoyo sebanyak 80 persen pasien kanker paru datang sudah stadium lanjut, sehingga prosentase kesintasan menjadi lebih rendah.
Oleh sebab itu, menurutnya sangatlah penting untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan faktor risiko, gejala, dan mempertimbangan khusus pengobatan kanker paru.
“YKI berharap masyarakat melakukan pencegahan kanker dengan menerapkan pola hidup sehat, tidak merokok, dan melakukan deteksi dini kanker, sebab kanker yang ditemukan dalam stadium dini mudah diobati bahkan bisa sembuh,” ujarnya dalam diskusi virtual, Jumat (26/11/2021).
Managing Director MSD di Indonesia George Stylianou, mengatakan tantangan kanker paru tidak dapat dihadapi oleh hanya satu pemangku kepentingan saja.
“Itu sebabnya kami bekerja sama dengan pemerintah, organisasi pasien, tenaga kesehatan profesional, dan akademisi untuk menemukan solusi akses terhadap obat inovatif dan peluang untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit mengerikan ini,” tuturnya.
Di MSD, Goerge menyebut perusahaannya bekerja dengan urgensi untuk mengutamakan pasien dan memastikan obat kanker inovatif dapat diakses oleh pasien yang membutuhkan.
“Kita masing-masing didorong oleh visi bersama untuk memberi semua pasien kanker lebih banyak cara untuk mengobati kanker mereka, lebih banyak kualitas dalam hidup mereka, lebih banyak waktu,” sebutnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.