Ini Berbagai Risiko Penyakit pada Anak yang Lahir Prematur
17 November 2021 |
16:40 WIB
Kelahiran prematur masih menjadi tantangan bagi para ibu hamil. Menurut riset Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 1 dari 10 anak terlahir prematur. Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa 84 persen kematian pada anak yang baru lahir disebabkan oleh kelahiran prematur.
Ya, makin pendek masa kehamilan, makin besar risiko kematian dan morbiditas. Anak yang lahir secara prematur pun memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan serius.
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal Rima Irwinda menerangkan bahwa masalah kesehatan dalam jangka pendek yang bisa dialami bayi prematur antara lain gangguan pernapasan seperti sindrom distress pernapasan, apnea of prematurity, dan dislapsia bronkopulmoner alias cidera pada paru-paru akibat terapi oksigen konsentrasi tinggi dan pemakaian ventilator.
Kemudian bayi juga mengalami masalah dalam minum yang menyebabkan perut kembung, pendarahan di kepala, aliran darah jantung abnormal, dan risiko infeksi besar.
“Ini jangka pendek. bayi-bayi ini akan dirawat di NICU. Ada yang survive, artinya bisa sembuh dan pulang, tapi banyak yang meninggal,” ujarnya dalam Bicara Gizi bertajuk Tantangan dan Penanganan Kesehatan bagi Ibu dan Anak Kelahiran Prematur yang digelar Danone Nutrition Indonesia, Rabu (17/11/2021).
Rima menambahkan kalaupun bisa survive dan pulang, bukan berarti bayi tersebut bisa terhindar dari komplikasi, terutama buat mereka yang mengalami masalah pernapasan pada saat lahir.
Pada efek jangka panjang, bayi yang lahir prematur menderita cerebral palsy atau lumpuh otak, gangguan tumbuh kembang, masalah penglihatan, masalah pendengaran, dan gangguan belajar.
Anak-anak atau remaja yang sebelumnya dilahirkan kurang dari 28 minggu usia kehamilan, juga berisiko 17 kali lebih besar mengalami gagal jantung. Bagi yang lahir 28-31 minggu, risiko menderita gagal jantung 3,5 kali lebih besar.
“Masalah anak dengan prematur tidak selesai setelah keluar dari NICU. Beban orang tua, biaya untuk membesarkan anak ini tidak sedikit,” imbuhnya.
Selain jantung, anak dan remaja yang terlahir prematur berisiko mengalami kanker dan penyakit paru-paru. Begitu pula dengan penyakit sindrom metabolik seperti diabetes melitus.
“Usia kurang dari 34 minggu, risiko diabetes tipe 1 dan tipe 2 semakin lama meningkat. Anak yang lahir preterm di kemudian hari, meningkatkan risiko diabetes melitus,” ungkap Rima.
Tidak henti di situ, terlahir prematur juga harus siap mengalami risiko alergi lebih besar. Ini terjadi karena adanya zat peradangan atau inflamasi pada saat kehamilan. “Inflamasi ini menyebabkan disregulasi respon imun bayi hingga akhirnya sebabkan alergi sepreti asma maupun alergi makanan,” jelas Rima.
Editor: Fajar Sidik
Ya, makin pendek masa kehamilan, makin besar risiko kematian dan morbiditas. Anak yang lahir secara prematur pun memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan serius.
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal Rima Irwinda menerangkan bahwa masalah kesehatan dalam jangka pendek yang bisa dialami bayi prematur antara lain gangguan pernapasan seperti sindrom distress pernapasan, apnea of prematurity, dan dislapsia bronkopulmoner alias cidera pada paru-paru akibat terapi oksigen konsentrasi tinggi dan pemakaian ventilator.
Kemudian bayi juga mengalami masalah dalam minum yang menyebabkan perut kembung, pendarahan di kepala, aliran darah jantung abnormal, dan risiko infeksi besar.
“Ini jangka pendek. bayi-bayi ini akan dirawat di NICU. Ada yang survive, artinya bisa sembuh dan pulang, tapi banyak yang meninggal,” ujarnya dalam Bicara Gizi bertajuk Tantangan dan Penanganan Kesehatan bagi Ibu dan Anak Kelahiran Prematur yang digelar Danone Nutrition Indonesia, Rabu (17/11/2021).
Rima menambahkan kalaupun bisa survive dan pulang, bukan berarti bayi tersebut bisa terhindar dari komplikasi, terutama buat mereka yang mengalami masalah pernapasan pada saat lahir.
Pada efek jangka panjang, bayi yang lahir prematur menderita cerebral palsy atau lumpuh otak, gangguan tumbuh kembang, masalah penglihatan, masalah pendengaran, dan gangguan belajar.
Anak-anak atau remaja yang sebelumnya dilahirkan kurang dari 28 minggu usia kehamilan, juga berisiko 17 kali lebih besar mengalami gagal jantung. Bagi yang lahir 28-31 minggu, risiko menderita gagal jantung 3,5 kali lebih besar.
“Masalah anak dengan prematur tidak selesai setelah keluar dari NICU. Beban orang tua, biaya untuk membesarkan anak ini tidak sedikit,” imbuhnya.
Selain jantung, anak dan remaja yang terlahir prematur berisiko mengalami kanker dan penyakit paru-paru. Begitu pula dengan penyakit sindrom metabolik seperti diabetes melitus.
“Usia kurang dari 34 minggu, risiko diabetes tipe 1 dan tipe 2 semakin lama meningkat. Anak yang lahir preterm di kemudian hari, meningkatkan risiko diabetes melitus,” ungkap Rima.
Tidak henti di situ, terlahir prematur juga harus siap mengalami risiko alergi lebih besar. Ini terjadi karena adanya zat peradangan atau inflamasi pada saat kehamilan. “Inflamasi ini menyebabkan disregulasi respon imun bayi hingga akhirnya sebabkan alergi sepreti asma maupun alergi makanan,” jelas Rima.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.