Ilustrasi (Photo by cottonbro from Pexels)

Evolusi Perilaku Manusia Pengaruhi Kebiasaan dalam Memilah Sampah Loh!

16 November 2021   |   22:18 WIB
Image
Nirmala Aninda Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Permasalahan sampah di Indonesia sangat pelik dan untuk menyelesaikannya perlu waktu yang tidak sebentar. Data yang dihimpun oleh Katadata dan Kementerian Lingkungan Hidup menunjukkan timbunan sampah di negara kita pada tahun 2020 telah mencapai 67,8 juta ton per tahun dan diperkirakan akan meningkat 5 persen setiap tahunnya. 

Dari total timbunan sampah tersebut, 15 persennya adalah sampah plastik. Di pulau Jawa, tercatat 88,17 persen sampah plastik masih diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) atau berserakan di lingkungan tanpa ada proses pemilahan yang tepat.

Untuk itu, pemerintah menargetkan angka pengurangan sampah hingga 30 persen pada tahun 2025 yang diikuti dengan dicanangkannya berbagai ergulasi dan gerakan yang menegaskan pentingnya keterlibatan seluruh pihak untuk mengurai permasalahan sampah.

Dalam diskusi virtual bertema Plastik dan Evolusi Manusia yang diadakan Selasa (16/11), Perencana Madya Direktorat Lingkungan Hidup Bappenas Erik Armundito menyampaikan bahwa ada lima perilaku kunci terkait penanganan dan pengelolaan sampah di lingkungan sekitar.
  1. Penegakan aturan perundangan dan turunannya yang mengatur tentang pengelolaan serta pengolahan sampah.
  2. Peningkatan pemahaman di kalangan masyarakat khususnya sosialisasi di lingkungan sekolah.
  3. Berkolaborasi dengan tokoh panutan di lingkungan masyarakat untuk menunjukkan contoh konkrit dari kebiasaan mengelola sampah rumahan.
  4. Penyediaan fasilitas pengelolaan sampah.
  5. Penindakan pelanggaran.
Masyarakat memiliki peran yang sangat penting. Berdasarkan data, 37,3 persen dari sampah yang terkumpul pada 2020 berasal dari sampah rumah tangga. Bahkan dari 175.000 ton sampah yang dihasilkan Indonesia per harinya, didominasi hingga 60 persen oleh sampah rumah tangga.

Pada kesempatan yang sama, antropolog dan pengajar LPEM FEB UI Yosefina Anggraini menuturkan bahwa perilaku masyarakat terhadap sampah dapat dipahami melalui pendekatan materialisme budaya dari Marvin Harris.

Berdasarkan pendekatan ini, untuk membangun sebuah kebudayaan bijak sampah dibutuhkan komponen yang saling berkaitan, yakni infrastruktur, suprastruktur dan struktur.

"Ketiga komponen tersebut memiliki keterkaitan yang erat dengan industri. Pada tahap perkembangan masyarakat saat ini, industri merupakan kunci perekonomian namun di sisi lain juga menghasilkan sampah yang jika tidak dikelola dengan bijak akan mengganggu ekologi lingkungan," ujarnya.

Sementara dari sisi sosiologi pemahaman kesadaran kolektif untuk bijak sampah plastik sebenarnya dapat dilakukan melalui banyak pendekatan seperti regulatif, insentif dan lainnya. Namun langkah ini harus diawali dengan membangun budaya bijak sampah plastik lewat kesadaran individual.

“Kemampuan mengelola sampah dan menjaga kelestarian lingkungan adalah penanda peradaban, dan inilah yang menjadi tantangan kita bersama. Masyarakat harus terlebih dahulu mengubah persepsi mengenai lingkungan, bahwa lingkungan harus dijaga agar kualitas kehidupan tetap baik untuk masa kini dan masa mendatang," kata sosiolog dan pengajar FISIPOL UGM Arie Sujito.

Pandangan ini sejalan dengan kajian perilaku seseorang dalam ilmu psikologis. 

Mereka yang masih tidak memiliki kepedulian terhadap sampah umumnya kurang memiliki empati atau apatis, akibat rasa denial dan ketidaknyamanan untuk mengakui bahwa permasalahan sampah adalah hal yang nyata dan mengancam kehidupan mereka.

Dan ketika manusia modern masih buang sampah sembarangan, berarti manusia mengalami kemunduran perilaku yang mirip dengan manusia purba yang membuang sampah mereka ke sungai agar mengalir ke laut.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Mnet Asian Music Awards Terus Sebarkan Virus K-pop

BERIKUTNYA

Bintang Serial Hellbound Kasih Spoiler Sebelum Tayang di Netflix

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: