Dunia Digital: Privasi, Data Pribadi & Literasi
15 November 2021 |
12:25 WIB
1
Like
Like
Like
Digitalisasi telah membawa kita pada kehidupan yang serba virtual. Ragam aktivitas mulai dari hiburan, perekonomian, hingga pendidikan dilakukan secara daring melaui internet. Isu yang selau muncul dalam kaitannya tentang hal ini adalah data pribadi dan privasi.
Figur publik Nicholas Saputra berpandangan bahwa masyarakat Indonesia masih banyak yang tidak mengetahui dan memahami isu privasi di dunia maya, termasuk di media sosial.
Dia sendiri mengaku tidak pernah mengalami persoalan privasi di dunia maya lantaran tidak banyak membagikan informasi pribadi ke media sosial. Kendati begitu, dia menyebut banyak di antara teman dan orang terdekatnya yang merasa terganggu di ruang digital.
Nicholas yang juga merupakan Duta Belajar Ruangguru mengatakan untuk dapat mencegah gangguan ruang privasi di ranah digital, masyarakat harus bijaksana dalam segala sesuatu yang menyangkut dirinya di dunia maya.
"Kita yang punya kontrol terhadap jaringan media sosial dan kita juga yang mengetahui jangkauan postingannya. Semua sangat tergantung dari diri sendiri dalam mengukur apa saja informasi yang akan dibagikan," ujarnya.
Dia juga meminta kepada masyarakat untuk tidak hanya menjaga privasi dirinya sendiri, tapi juga orang-orang terdekatnya termasuk keluarga. Pasalnya, disadari atau tidak, banyak orang yang justru membagikan informasi secara gamblang tentang orang lain di berbagai platform media sosial.
(Baca juga: TikTok Tingkatkan Fitur Keamanan dan Privasi untuk Pengguna Usia Remaja)
Dosen Universitas Multimedia Nusantara dan anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi), Sari Monik Agustin, mengatakan bahwa privasi erat kaitannya dengan data pribadi yang sangat berharga pada era digital ini.
Pasalnya, data pribadi merupakan identitas diri dan menjadi pintu masuk seseorang ke berbagai layanan daring yang digunakan. Tak ayal, ada banyak kasus pencurian yang nantinya akan memanfaatkan data pribadi pengguna dalam konteks negatif.
"Potensi kejahatan dengan data pribadi misalnya pesan singkat berisi penipuan atau scam, penawaran kartu kredit atau asuransi atau spam, juga pasrah dengan data pribadi yang dikumpulkan tiap bertransaksi dengan aplikasi atau laman digital atau phsihing dan hacking," katanya.
Lebih parah, pemanfaatan data pribadi yang bocor bisa berdampak pada kerugian finansial maupun non-material. Sudah banyak kasus yang terjadi melibatkan data pribadi yang bocor dengan kehilangan atau kerugian ekonomi.
Selain itu, jenis lain kasus data pribadi yakni melibatkan pencemaran nama baik atau hal-hal yang mengarah pada perundungan dan pelecehan daring. Ini juga bisa berakibat fatal kepada pengguna atau pemilik data dan berdampak pada sisi psikologis dengan munculnya ketakutan dan trauma.
Sari menyebut bahwa tak jarang hal-hal tersebut terjadi di dunia maya bukan karena adanya serangan dari luar, tapi akibat perilaku penggunanya sendiri yang secara terang-terangan membagikan informasi mereka sendiri.
"Kadang kita sendiri tidak paham bahwa data itu berharga dan secara tidak sadar telah membocorkan data pribadi kita dengan sukarela," ujarnya.
(Baca juga: Instagram Luncurkan Fitur Keamanan Ini untuk Akun Pengguna yang Diretas)
Pemahaman berinternet atau literasi digital merupakan salah satu langkah strategis yang perlu terus didorong, mengingat Survei Indeks Literasi Digital Nasional 2020 mencatat bahwa Indonesia memiliki nilai indeks 3,47 yang berarti kategori literasi masyarakat berada pada tingkat sedang dan belum mencapai status yang baik.
Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Bonifasius W. Pudjianto mengamini hal tersebut. Menurutnya, literasi digital menjadi kunci utama untuk mempercepat pengembangan sumber daya manusia yang cakap memanfaatkan internet.
Dalam rangka mempercepat proses literasi digital masyarakat, pemerintah melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak termasuk dengan platform pembelajaran Ruangguru dengan menghadirkan Ruang Literasi Digital.
Kepala Kebijakan Publik Ruangguru Amri Ilmma mengatakan bahwa Ruang Literasi Digital dihadirkan sebagai upaya mendukung percepatan pemahaman literasi digital. "Platform belajar daring ini memberi panduan belajar dalam mengoperasikan teknologi digital untuk meningkatkan kecakapan bermedia di ruang digital," katanya.
Dia menuturkan dalam mengembangkan dan memproduksi konten di platform itu, Ruangguru berpegang pada empat modul literasi digital yakni Modul Cakap Bermedia Digital, Modul Aman Bermedia Digital, Modul Etis Bermedia Digital, dan Modul Berbudaya dalam Bermedia Digital.
Sebagai hasilnya, platform menyediakan 50 video edukatif yang dapat diakses secara gratis oleh masyarakat. Amri mengatakan pihaknya berupaya mengedukasi lebih dari 1 juta siswa, guru, dan masyarakat umum melalui program ini.
Editor: Avicenna
Figur publik Nicholas Saputra berpandangan bahwa masyarakat Indonesia masih banyak yang tidak mengetahui dan memahami isu privasi di dunia maya, termasuk di media sosial.
Dia sendiri mengaku tidak pernah mengalami persoalan privasi di dunia maya lantaran tidak banyak membagikan informasi pribadi ke media sosial. Kendati begitu, dia menyebut banyak di antara teman dan orang terdekatnya yang merasa terganggu di ruang digital.
Nicholas yang juga merupakan Duta Belajar Ruangguru mengatakan untuk dapat mencegah gangguan ruang privasi di ranah digital, masyarakat harus bijaksana dalam segala sesuatu yang menyangkut dirinya di dunia maya.
"Kita yang punya kontrol terhadap jaringan media sosial dan kita juga yang mengetahui jangkauan postingannya. Semua sangat tergantung dari diri sendiri dalam mengukur apa saja informasi yang akan dibagikan," ujarnya.
Dia juga meminta kepada masyarakat untuk tidak hanya menjaga privasi dirinya sendiri, tapi juga orang-orang terdekatnya termasuk keluarga. Pasalnya, disadari atau tidak, banyak orang yang justru membagikan informasi secara gamblang tentang orang lain di berbagai platform media sosial.
(Baca juga: TikTok Tingkatkan Fitur Keamanan dan Privasi untuk Pengguna Usia Remaja)
Dosen Universitas Multimedia Nusantara dan anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi), Sari Monik Agustin, mengatakan bahwa privasi erat kaitannya dengan data pribadi yang sangat berharga pada era digital ini.
Pasalnya, data pribadi merupakan identitas diri dan menjadi pintu masuk seseorang ke berbagai layanan daring yang digunakan. Tak ayal, ada banyak kasus pencurian yang nantinya akan memanfaatkan data pribadi pengguna dalam konteks negatif.
"Potensi kejahatan dengan data pribadi misalnya pesan singkat berisi penipuan atau scam, penawaran kartu kredit atau asuransi atau spam, juga pasrah dengan data pribadi yang dikumpulkan tiap bertransaksi dengan aplikasi atau laman digital atau phsihing dan hacking," katanya.
Lebih parah, pemanfaatan data pribadi yang bocor bisa berdampak pada kerugian finansial maupun non-material. Sudah banyak kasus yang terjadi melibatkan data pribadi yang bocor dengan kehilangan atau kerugian ekonomi.
Selain itu, jenis lain kasus data pribadi yakni melibatkan pencemaran nama baik atau hal-hal yang mengarah pada perundungan dan pelecehan daring. Ini juga bisa berakibat fatal kepada pengguna atau pemilik data dan berdampak pada sisi psikologis dengan munculnya ketakutan dan trauma.
Sari menyebut bahwa tak jarang hal-hal tersebut terjadi di dunia maya bukan karena adanya serangan dari luar, tapi akibat perilaku penggunanya sendiri yang secara terang-terangan membagikan informasi mereka sendiri.
"Kadang kita sendiri tidak paham bahwa data itu berharga dan secara tidak sadar telah membocorkan data pribadi kita dengan sukarela," ujarnya.
(Baca juga: Instagram Luncurkan Fitur Keamanan Ini untuk Akun Pengguna yang Diretas)
Pemahaman berinternet atau literasi digital merupakan salah satu langkah strategis yang perlu terus didorong, mengingat Survei Indeks Literasi Digital Nasional 2020 mencatat bahwa Indonesia memiliki nilai indeks 3,47 yang berarti kategori literasi masyarakat berada pada tingkat sedang dan belum mencapai status yang baik.
Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Bonifasius W. Pudjianto mengamini hal tersebut. Menurutnya, literasi digital menjadi kunci utama untuk mempercepat pengembangan sumber daya manusia yang cakap memanfaatkan internet.
Dalam rangka mempercepat proses literasi digital masyarakat, pemerintah melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak termasuk dengan platform pembelajaran Ruangguru dengan menghadirkan Ruang Literasi Digital.
Kepala Kebijakan Publik Ruangguru Amri Ilmma mengatakan bahwa Ruang Literasi Digital dihadirkan sebagai upaya mendukung percepatan pemahaman literasi digital. "Platform belajar daring ini memberi panduan belajar dalam mengoperasikan teknologi digital untuk meningkatkan kecakapan bermedia di ruang digital," katanya.
Dia menuturkan dalam mengembangkan dan memproduksi konten di platform itu, Ruangguru berpegang pada empat modul literasi digital yakni Modul Cakap Bermedia Digital, Modul Aman Bermedia Digital, Modul Etis Bermedia Digital, dan Modul Berbudaya dalam Bermedia Digital.
Sebagai hasilnya, platform menyediakan 50 video edukatif yang dapat diakses secara gratis oleh masyarakat. Amri mengatakan pihaknya berupaya mengedukasi lebih dari 1 juta siswa, guru, dan masyarakat umum melalui program ini.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.