Ini Kata Kurator tentang Pameran RESTART Galeri Nasional Indonesia
12 November 2021 |
17:41 WIB
Yudi Supriyanto
Jurnalis Hypeabis.id
Galeri Nasional Indonesia resmi membuka pameran bertajuk RestArt: Berhenti Sejenak untuk Melompat Lebih Jauh Lagi pada Jumat (12/11/2021). Ini adalah sebuah pameran yang mengajak para perupa merespons nilai-nilai tradisi pada saat ini.
Dalam kuratorialnya, Teguh Martono, menuturkan tema RestArt mengajak para perupa untuk melihat secara kritis, memaknai, menilai, mengungkapkan ide, ekspresi, dan praktik seni dalam merespons konteks nilai-nilai kelokalan pada saat ini melalui berbagai sudut pandang.
“Sehingga memunculkan karya-karya yang kuat dalam pembacaan tema dan mampu menandai zamannya,” katanya.
Menilik kembali karya-karya dalam pameran ini, setidaknya tergambar dua kecenderungan. Pertama, para perupa yang melihat persoalan sesuai dengan realitas kebudayaan yang terjadi pada hari ini.
Kedua, melihat tema dengan segenap optimistisnya dengan disertai pandangan-pandangan kritis terhadap tema.
(Baca juga: Galeri Nasional Indonesia Tambah Kuota Kunjungan)
Dia mencontohkan I Wayan Suwarita dengan karya Arrange yang menggambarkan kehidupan masyarakat, aktivitas masyarakat yang berkaitan dengan tradisi dan religi.
Dalam karya itu terdapat 5 adegan kehidupan masyarakat yang disusun dengan komposisi 2 adegan di bagian atas, dan 3 adegan di bagian bawah tanpa perspektif komposisi. Karya ini terinspirasi dari seni lukis klasik Wayang Kamasan Bali.
Sementara itu, Kurator David menuturkan bahwa dari perbedaan sudut pandang perupa yang bersifat lokal justru akan muncul acuan sebagai bangsa dalam bentuk multibudaya.
Menurutnya, perbedaan-perbedaan yang ada akan melahirkan sebuah mozaik yang indah, unik, dan menarik.
Editor: Avicenna
Dalam kuratorialnya, Teguh Martono, menuturkan tema RestArt mengajak para perupa untuk melihat secara kritis, memaknai, menilai, mengungkapkan ide, ekspresi, dan praktik seni dalam merespons konteks nilai-nilai kelokalan pada saat ini melalui berbagai sudut pandang.
“Sehingga memunculkan karya-karya yang kuat dalam pembacaan tema dan mampu menandai zamannya,” katanya.
Menilik kembali karya-karya dalam pameran ini, setidaknya tergambar dua kecenderungan. Pertama, para perupa yang melihat persoalan sesuai dengan realitas kebudayaan yang terjadi pada hari ini.
Kedua, melihat tema dengan segenap optimistisnya dengan disertai pandangan-pandangan kritis terhadap tema.
(Baca juga: Galeri Nasional Indonesia Tambah Kuota Kunjungan)
Dia mencontohkan I Wayan Suwarita dengan karya Arrange yang menggambarkan kehidupan masyarakat, aktivitas masyarakat yang berkaitan dengan tradisi dan religi.
Dalam karya itu terdapat 5 adegan kehidupan masyarakat yang disusun dengan komposisi 2 adegan di bagian atas, dan 3 adegan di bagian bawah tanpa perspektif komposisi. Karya ini terinspirasi dari seni lukis klasik Wayang Kamasan Bali.
Sementara itu, Kurator David menuturkan bahwa dari perbedaan sudut pandang perupa yang bersifat lokal justru akan muncul acuan sebagai bangsa dalam bentuk multibudaya.
Menurutnya, perbedaan-perbedaan yang ada akan melahirkan sebuah mozaik yang indah, unik, dan menarik.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.