Bahaya, Polusi Air Ini Sebabkan Kerusakan Saraf dan Paru-paru
11 November 2021 |
09:35 WIB
Sungai Yamuna, anak Sungai Gangga yang suci di India penuh dengan buih berwarna putih seperti awan. Kondisi serupa juga terjadi di Kampung Pelaukan Desa Karangsetia, Kecamatan Karangbahagia, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat beberapa waktu lalu. Buih yang mengandung zat kimia itu berpengaruh buruk bagi kesehatan loh.
Buih putih atau busa yang ditemukan di sungai atau tempat pembuangan akhir di pantai. Biasanya zat ini dihasilkan dari aktivitas pabrik maupun rumah tangga. Misal dari proses pembuatan proses pembuatan plastik, kain tekstil, pewarna rambut, produksi kertas, obat-obatan, industri makanan, pupuk, hingga pembersih rumah tangga.
Buih tersebut mengandung amonia, zat kimia yang cenderung tidak berwarna dan berbau tajam serta memiliki sifat yang membuatnya sangat mudah larut ketika bersentuhan dengan air. Meskipun senyawa bioaktif, amonia dapat dilepaskan ke aliran dan sumber air sebagai polutan melalui limbah atau pembuangan industri.
Amonia juga diproduksi ketika tumbuhan, hewan, dan kotoran hewan membusuk. Bersama fosfor, amonia dianggap sebagai tanda meningkatnya tingkat polusi, dan dapat menyebabkan pembentukan buih berbahaya di atas permukaan air.
Konsultan Penyakit Dalam Rumah Sakit Artemis Gurgaon, India, Dr Seema Dhir mengatakan kadar amonia yang tinggi tidak hanya mengganggu pasokan air, tetapi juga menimbulkan kerusakan serius bagi kesehatan kita jika dikonsumsi.
Kadar amonia dapat bertindak sebagai ancaman ganda karena merupakan neurotoksin dan menjadi racun bagi paru-paru. “Artinya, jika terpapar dapat menyebabkan kerusakan serius pada sistem saraf dan fungsi kognitif di otak,” ujarnya seperti dikutip dari Times of India, Kamis (11/11/2021).
Setelah tertelan atau dikonsumsi melalui sumber air yang tidak murni atau air yang tidak diolah, zat kimia ini dapat menembus membran sel, melewati aliran darah, dan memengaruhi fungsi saraf pada tingkat inti.
Dhir menyebut bagi orang yang menderita polusi amonia yang ekstrem, mungkin saja mengalami gejala seperti kesemutan, pusing, rasa terbakar di mata atau mulut, sering kelupaan, penurunan memori, perhatian serta koordinasi, dan radang atau iritasi pada tenggorokan.
Dia menambahkan bahwa kadar amonia dalam air dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru dan menyebabkan kesulitan bernapas. Bahkan sejumlah kecil amonia di udara dapat menyebabkan masalah pernapasan bagian atas seperti pilek, batuk, konjungtivitis.
Sementara itu, apabila kadar amonia yang tinggi dalam air, jika dikonsumsi dapat membahayakan paru-paru, fungsi pembuluh darah dan dalam beberapa kasus, juga menyebabkan kematian. Jika tingkat polusi terlalu tinggi, bisa menyebabkan cedera paru-paru bagi dan toksisitas berlipat ganda bagi mereka yang memiliki penyakit paru-paru sebelumnya, seperti terinfeksi Covid-19 atau komplikasi pernapasan lainnya.
Editor: Dika Irawan
Buih putih atau busa yang ditemukan di sungai atau tempat pembuangan akhir di pantai. Biasanya zat ini dihasilkan dari aktivitas pabrik maupun rumah tangga. Misal dari proses pembuatan proses pembuatan plastik, kain tekstil, pewarna rambut, produksi kertas, obat-obatan, industri makanan, pupuk, hingga pembersih rumah tangga.
Buih tersebut mengandung amonia, zat kimia yang cenderung tidak berwarna dan berbau tajam serta memiliki sifat yang membuatnya sangat mudah larut ketika bersentuhan dengan air. Meskipun senyawa bioaktif, amonia dapat dilepaskan ke aliran dan sumber air sebagai polutan melalui limbah atau pembuangan industri.
Amonia juga diproduksi ketika tumbuhan, hewan, dan kotoran hewan membusuk. Bersama fosfor, amonia dianggap sebagai tanda meningkatnya tingkat polusi, dan dapat menyebabkan pembentukan buih berbahaya di atas permukaan air.
Konsultan Penyakit Dalam Rumah Sakit Artemis Gurgaon, India, Dr Seema Dhir mengatakan kadar amonia yang tinggi tidak hanya mengganggu pasokan air, tetapi juga menimbulkan kerusakan serius bagi kesehatan kita jika dikonsumsi.
Kadar amonia dapat bertindak sebagai ancaman ganda karena merupakan neurotoksin dan menjadi racun bagi paru-paru. “Artinya, jika terpapar dapat menyebabkan kerusakan serius pada sistem saraf dan fungsi kognitif di otak,” ujarnya seperti dikutip dari Times of India, Kamis (11/11/2021).
Setelah tertelan atau dikonsumsi melalui sumber air yang tidak murni atau air yang tidak diolah, zat kimia ini dapat menembus membran sel, melewati aliran darah, dan memengaruhi fungsi saraf pada tingkat inti.
Dhir menyebut bagi orang yang menderita polusi amonia yang ekstrem, mungkin saja mengalami gejala seperti kesemutan, pusing, rasa terbakar di mata atau mulut, sering kelupaan, penurunan memori, perhatian serta koordinasi, dan radang atau iritasi pada tenggorokan.
Dia menambahkan bahwa kadar amonia dalam air dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru dan menyebabkan kesulitan bernapas. Bahkan sejumlah kecil amonia di udara dapat menyebabkan masalah pernapasan bagian atas seperti pilek, batuk, konjungtivitis.
Sementara itu, apabila kadar amonia yang tinggi dalam air, jika dikonsumsi dapat membahayakan paru-paru, fungsi pembuluh darah dan dalam beberapa kasus, juga menyebabkan kematian. Jika tingkat polusi terlalu tinggi, bisa menyebabkan cedera paru-paru bagi dan toksisitas berlipat ganda bagi mereka yang memiliki penyakit paru-paru sebelumnya, seperti terinfeksi Covid-19 atau komplikasi pernapasan lainnya.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.