Membanggakan! Dua Tim dari Indonesia Menangkan Kompetisi Teknologi Perubahan Iklim
07 June 2021 |
18:25 WIB
Kiprah generasi muda Indonesi di ranah digital dan industri kreatif memang sudah tidak diragukan lagi. Kini dua tim dari Indonesia, Not Samsan Tech dan Gold Digger berhasil memenangi Climate Hack 2021, sebuah kompetisi pengembangan aplikasi yang memanfaatkan teknologi dan jaringan internasional untuk mengatasi perubahan iklim.
Climate Hack 2021 perdana ini diselenggarakan oleh Singapore International Foundation (SIF), bekerja sama dengan perusahaan sosial Code For Asia (CFA).
Not Samsan Tech dengan e-CO2mmuz berhasil menjadi juara pertama. Tim ini menghadirkan ekstensi browser yang menginformasikan pengguna tentang konsumsi karbon dioksida saat berbelanja di platform ecommerce.
Adapun Gold Digger (Indonesia) untuk Agrow yang merupakan aplikasi seluler untuk memprediksi permintaan dan harga tanaman menjadi pemenang Judges Mention.
Dharmawan Santosa dari Not Samsan Tech tentu saja sangat bangga bisa berhasil menjadi salah satu pemenang Climate Hack 2021. Program ini pun telah memberikan pengalaman yang berharga bagi tim mereka.
“Peralatan digital serta bimbingan pelatih dan mentor memungkinkan kami untuk melihat kebutuhan yang ingin kami penuhi dalam sudut pandang yang baru dan berbeda,” tuturnya.
Sementara itu, Muhammad Dzaki Razaan Faza dari Gold Digger mengaku telah memperoleh keterampilan dan wawasan digital yang tak ternilai melalui workshop dan bimbingan dari mentor.
“Kami juga senang mendengar dari tim lain tentang bagaimana mereka menangani berbagai masalah lingkungan di berbagai negara. Hal tersebut memberi kami perspektif baru,” ujarnya.
Selain dari Indonesia, tim lain yang menang dalam kompetisi ini berasal dari Malaysia yakni MarhaEnergy Team (Malaysia) untuk MarhaEnergy, platform yang berisi komunitas pengumpul sumber daya energi surya sebagai juara kedua.
Selanjutnya, juara ketiga juga disabet oleh tim dari Malaysia, WasteBuster untuk Raccoonia, aplikasi seluler yang mendorong dan membantu pengguna untuk mendaur ulang dan mengelola sampah melalui berbagi sumber daya dan pengembangan komunitas.
Adapun pemenang yang mendapatkan suara terbanyak dari komunitas online atau People Choice ialah WasteBuster dari Malaysia.
Jean Tan, SIF’s Executive Director mengatakan bahwa pandemi COVID-19 telah mempercepat adopsi global teknologi digital. Dalam masa ini, orang-orang mencari jalan di tengah penutupan pembatasan dan kondisi yang mengharuskan mereka untuk menjaga jarak aman agar tetap terhubung.
“Pada saat yang sama, perubahan iklim - serupa dengan pengendalian penyakit menular seperti COVID-19 dan masalah lain yang menyebar lintas batas dengan konsekuensi global - hanya dapat ditangani secara efektif melalui kerja sama internasional,” tuturnya.
Editor: M R Purboyo
Climate Hack 2021 perdana ini diselenggarakan oleh Singapore International Foundation (SIF), bekerja sama dengan perusahaan sosial Code For Asia (CFA).
Not Samsan Tech dengan e-CO2mmuz berhasil menjadi juara pertama. Tim ini menghadirkan ekstensi browser yang menginformasikan pengguna tentang konsumsi karbon dioksida saat berbelanja di platform ecommerce.
Adapun Gold Digger (Indonesia) untuk Agrow yang merupakan aplikasi seluler untuk memprediksi permintaan dan harga tanaman menjadi pemenang Judges Mention.
Dharmawan Santosa dari Not Samsan Tech tentu saja sangat bangga bisa berhasil menjadi salah satu pemenang Climate Hack 2021. Program ini pun telah memberikan pengalaman yang berharga bagi tim mereka.
“Peralatan digital serta bimbingan pelatih dan mentor memungkinkan kami untuk melihat kebutuhan yang ingin kami penuhi dalam sudut pandang yang baru dan berbeda,” tuturnya.
Sementara itu, Muhammad Dzaki Razaan Faza dari Gold Digger mengaku telah memperoleh keterampilan dan wawasan digital yang tak ternilai melalui workshop dan bimbingan dari mentor.
“Kami juga senang mendengar dari tim lain tentang bagaimana mereka menangani berbagai masalah lingkungan di berbagai negara. Hal tersebut memberi kami perspektif baru,” ujarnya.
Selain dari Indonesia, tim lain yang menang dalam kompetisi ini berasal dari Malaysia yakni MarhaEnergy Team (Malaysia) untuk MarhaEnergy, platform yang berisi komunitas pengumpul sumber daya energi surya sebagai juara kedua.
Selanjutnya, juara ketiga juga disabet oleh tim dari Malaysia, WasteBuster untuk Raccoonia, aplikasi seluler yang mendorong dan membantu pengguna untuk mendaur ulang dan mengelola sampah melalui berbagi sumber daya dan pengembangan komunitas.
Adapun pemenang yang mendapatkan suara terbanyak dari komunitas online atau People Choice ialah WasteBuster dari Malaysia.
Jean Tan, SIF’s Executive Director mengatakan bahwa pandemi COVID-19 telah mempercepat adopsi global teknologi digital. Dalam masa ini, orang-orang mencari jalan di tengah penutupan pembatasan dan kondisi yang mengharuskan mereka untuk menjaga jarak aman agar tetap terhubung.
“Pada saat yang sama, perubahan iklim - serupa dengan pengendalian penyakit menular seperti COVID-19 dan masalah lain yang menyebar lintas batas dengan konsekuensi global - hanya dapat ditangani secara efektif melalui kerja sama internasional,” tuturnya.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.