Penderita Bipolar & Skizofrenia Butuh Booster Vaksin Covid-19
01 November 2021 |
19:38 WIB
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) baru-baru ini merekomendasikan agar orang dengan kesehatan mental termasuk depresi dan skizofrenia, bisa mendapatkan dosis ketiga vaksin Covid-19. Keputusan ini diambil lantaran mereka berisiko mengembangkan kondisi parah apabila terinfeksi Covid-19.
“Penelitian selama satu setengah tahun terakhir menemukan bahwa di luar usia, skizofrenia adalah salah satu faktor risiko terbesar untuk kematian terkait Covid-19,” ujar Benjamin Miller, pakar kesehatan mental dan presiden Well Being Trust, dikutip dari Healthline, Senin (1/11/2021).
Pada kenyataannya, Covid-19 juga memicu masalah neurologis, berpotensi membuat peradangan yang dapat berdampak pada otak.
“Kami juga melihat penelitian menunjukkan bahwa pasien Covid-19 mengalami peningkatan depresi, kecemasan, dan bahkan demensia dalam waktu 3 bulan setelah diagnosis,” sebutnya.
Meskipun tidak jelas mengapa gangguan mood membuat seseorang lebih rentan terhadap gejala Covid-19 yang parah, para ilmuwan percaya ada banyak faktor yang berkontribusi.
“Kemungkinan memang mencakup beberapa efek pada sistem kekebalan tubuh, dan dampak dari stres kronis yang ditempatkan pada tubuh oleh penyakit kejiwaan,” kata Dr. Gail Saltz, profesor psikiatri klinis di New York-Presbyterian Hospital.
Untuk itu, menurutnya penting orang dengan depresi berat, gangguan bipolar atau skizofrenia mendapatkan suntikan booster. Suntikan bisa diberikan 6 bulan atau lebih setelah dosis terakhir mereka,” tutur Saltz.
Sementara itu, Menurut Dr. Kristin Francis, seorang psikiater rawat inap anak dan remaja di Institut Kesehatan Mental Huntsman di Universitas Utah, ada juga banyak ketidakadilan kesehatan yang terlihat pada orang dengan masalah kesehatan mental yang serius.
Individu dengan gangguan mood yang parah sering menghadapi hambatan mengakses perawatan kesehatan dan mengalami kesulitan membeli obat yang dapat memperbaiki kondisi mereka.
Selain itu, lingkungan tempat tinggal mereka juga kurang mendukung, adanya ketidakadilan rasial, keamanan finansial rendah, dan mengalami kerawanan pangan, pada akhirnya dapat mengurangi respons kekebalan tubuh mereka.
Kristin menambahkan gejala yang terkait dengan gangguan kesehatan mental tertentu dapat mengurangi keinginan merek untuk divaksinasi. Risiko terpapar Covid-19 juga tinggi karena banyak dari mereka tidak menjalani protokol kesehatan dengan ketat.
Editor: Fajar Sidik
“Penelitian selama satu setengah tahun terakhir menemukan bahwa di luar usia, skizofrenia adalah salah satu faktor risiko terbesar untuk kematian terkait Covid-19,” ujar Benjamin Miller, pakar kesehatan mental dan presiden Well Being Trust, dikutip dari Healthline, Senin (1/11/2021).
Pada kenyataannya, Covid-19 juga memicu masalah neurologis, berpotensi membuat peradangan yang dapat berdampak pada otak.
“Kami juga melihat penelitian menunjukkan bahwa pasien Covid-19 mengalami peningkatan depresi, kecemasan, dan bahkan demensia dalam waktu 3 bulan setelah diagnosis,” sebutnya.
Meskipun tidak jelas mengapa gangguan mood membuat seseorang lebih rentan terhadap gejala Covid-19 yang parah, para ilmuwan percaya ada banyak faktor yang berkontribusi.
“Kemungkinan memang mencakup beberapa efek pada sistem kekebalan tubuh, dan dampak dari stres kronis yang ditempatkan pada tubuh oleh penyakit kejiwaan,” kata Dr. Gail Saltz, profesor psikiatri klinis di New York-Presbyterian Hospital.
Untuk itu, menurutnya penting orang dengan depresi berat, gangguan bipolar atau skizofrenia mendapatkan suntikan booster. Suntikan bisa diberikan 6 bulan atau lebih setelah dosis terakhir mereka,” tutur Saltz.
Sementara itu, Menurut Dr. Kristin Francis, seorang psikiater rawat inap anak dan remaja di Institut Kesehatan Mental Huntsman di Universitas Utah, ada juga banyak ketidakadilan kesehatan yang terlihat pada orang dengan masalah kesehatan mental yang serius.
Individu dengan gangguan mood yang parah sering menghadapi hambatan mengakses perawatan kesehatan dan mengalami kesulitan membeli obat yang dapat memperbaiki kondisi mereka.
Selain itu, lingkungan tempat tinggal mereka juga kurang mendukung, adanya ketidakadilan rasial, keamanan finansial rendah, dan mengalami kerawanan pangan, pada akhirnya dapat mengurangi respons kekebalan tubuh mereka.
Kristin menambahkan gejala yang terkait dengan gangguan kesehatan mental tertentu dapat mengurangi keinginan merek untuk divaksinasi. Risiko terpapar Covid-19 juga tinggi karena banyak dari mereka tidak menjalani protokol kesehatan dengan ketat.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.