Meliantha, Pemenang UOB Painting of the Year Wanita Pertama di Indonesia
30 October 2021 |
20:17 WIB
Melianta Muliawan menjadi wanita pertama yang meraih penghargaan UOB Painting of the Year di Indonesia. Wanita perupa berusia 29 tahun ini menjadi pemenang dengan karya berjudul Even After Death, The Departed Lives Life.
Dalam siaran pers yang diterima oleh Hypeabis.id, Melianta menuturkan karya seni yang diikutsertakan dalam ajang UOB Painting of the Year terinspirasi dari pecahan porselen Dinasti Ming pada abad ke-15 yang ditemukan di Laut Jawa.
"Dan saya terima dari seorang teman," katanya.
Karya seni wanita yang berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat ini mengingatkan masyarakat Indonesia akan ritual budaya China membakar kertas joss.
Tradisi yang makin terlupakan ini menjadi simbol penghormatan kepada para leluhur dan menjadi penanda akan kehidupan dan kematian. Menurutnya, budaya China yang diwariskan secara turun-temurun kini semakin jarang dipraktikkan.
Dalam karya seninya, Dia menciptakan replika porselen dan menggunakan bahan yang menyerupai kertas, seolah mengembalikan benda-benda yang pernah dimiliki nenek moyangnya sebagai upaya melestarikan tradisi budaya.
"Saya pribadi mempraktikkan tradisi pembakaran kertas joss ini sebagai upaya mengirim barang-barang material kepada kerabat saya yang telah meninggal dunia dengan harapan mereka akan mendapat manfaat dari kehidupan akhirat yang bahagia dan sejahtera," katanya.
Sebagai perupa profesional, dia mengungkapkan berharap dapat memahami dan mengingatkan orang lain mengenai akar sejarah.
Melalui seni, dia mengungkapkan individu mewariskan tradisi dan membantu melestarikan warisan budaya sebagai upaya untuk menghormati leluhur.
Editor: M R Purboyo
Dalam siaran pers yang diterima oleh Hypeabis.id, Melianta menuturkan karya seni yang diikutsertakan dalam ajang UOB Painting of the Year terinspirasi dari pecahan porselen Dinasti Ming pada abad ke-15 yang ditemukan di Laut Jawa.
"Dan saya terima dari seorang teman," katanya.
Karya seni wanita yang berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat ini mengingatkan masyarakat Indonesia akan ritual budaya China membakar kertas joss.
Tradisi yang makin terlupakan ini menjadi simbol penghormatan kepada para leluhur dan menjadi penanda akan kehidupan dan kematian. Menurutnya, budaya China yang diwariskan secara turun-temurun kini semakin jarang dipraktikkan.
Dalam karya seninya, Dia menciptakan replika porselen dan menggunakan bahan yang menyerupai kertas, seolah mengembalikan benda-benda yang pernah dimiliki nenek moyangnya sebagai upaya melestarikan tradisi budaya.
"Saya pribadi mempraktikkan tradisi pembakaran kertas joss ini sebagai upaya mengirim barang-barang material kepada kerabat saya yang telah meninggal dunia dengan harapan mereka akan mendapat manfaat dari kehidupan akhirat yang bahagia dan sejahtera," katanya.
Sebagai perupa profesional, dia mengungkapkan berharap dapat memahami dan mengingatkan orang lain mengenai akar sejarah.
Melalui seni, dia mengungkapkan individu mewariskan tradisi dan membantu melestarikan warisan budaya sebagai upaya untuk menghormati leluhur.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.