Sejarah ST 20, Pikap 2 Tak yang Pernah Diproduksi Suzuki di Indonesia
28 October 2021 |
17:47 WIB
Belakangan ini, pengguna kendaraan bermotor ramai membicarakan sanksi tilang bagi kendaraan bermotor di wilayah DKI Jakarta yang tidak lulus uji emisi mulai 13 November 2021. Tentu saja, mereka yang paling terancam dengan adanya penerapan sanksi ini adalah pengguna kendaraan bermesin 2-tak.
Mesin 2-tak selama ini dikenal sebagai mesin yang mengeluarkan asap cukup banyak dari knalpotnya.
Mengutip Autoexpose.org, mesin 2-tak hanya memiliki dua langkah dalam satu siklus pembakaran. Berbeda dengan mesin 4-tak yang memiliki empat langkah dalam satu siklus pembakaran.
Mesin 2-tak juga membutuhkan oli tambahan atau oli samping untuk melumasi silinder, piston, bearing pin piston, crankshaft, dan bearing crank pin pada mesin sebelum masuk ke ruang bakar. Oli samping ini nantinya akan ikut terbakar bersama bahan bakar dan menghasilkan asap pekat.
Keunggulan dari mesin 2-tak adalah akselerasi yang spontan dan tenaga yang dihasilkan jauh lebih besar dari mesin 4-tak dengan kapasitas mesin sama. Mesin tersebut lazimnya digunakan oleh sepeda motor yang keluar sebelum medio 2000-an.
Walaupun demikian, bukan berarti tidak ada mobil yang menggunakan mesin 2-tak. Tercatat ada beberapa pabrikan mobil yang pernah menggunakan mesin tersebut, salah satunya adalah Suzuki.
Suzuki tercatat pernah menghadirkan dua mobil bermesin 2-tak di Indonesia, keduanya masuk dalam kategori mobil niaga. Mobil yang dimaksud adalah Suzuki ST10 dan ST20 yang berbentuk mobil bak terbuka atau pikap.
Menurut Presiden Komisaris PT Indomobil Sukses Internasional Soebronto Laras, kedua mobil tersebut merupakan tonggak awal kesuksesan Suzuki di Indonesia yang dibawa oleh PT Suzuki Indomobil Motor (d/h PT Indomobil Suzuki Internasional).
Soebronto Laras atau akrab disapa Yonto merupakan tokoh penting dibalik kehadiran Suzuki di Indonesia. Setelah sukses dengan produk sepeda motor FR70 yang didatangkan oleh cikal bakal Indomobil Suzuki Internasional, PT Indohero Steel & Engineering, pada 1976 dia memutuskan untuk mendatangkan pikap ST10.
"[Tahun] 1976 didatangkan pikap ST10 dengan mesin 2-tak ke Indonesia. [Kapasitas] mesinnya hanya 350 cc dan kurang berhasil. Setelahnya, pada 1978 kita coba hadirkan ST20 yang kapasitas mesinnya dinaikkan jadi 550 cc dengan tiga silinder," katanya kepada Hypeabis.id, Rabu (28/10/2021).
ST 20 kemudian laku keras di banyak daerah. Mobil tersebut tidak hanya digunakan untuk mengangkut barang, tetapi juga dimodifikasi menjadi angkutan kota atau angkutan perdesaan.
Kesuksesan ST20 tak terlepas dari upaya Yonto mendemonstrasikan kemampuan mobil tersebut di hadapan calon konsumen secara langsung. Pria yang juga gemar mengikuti balap reli itu mengemudikan sendiri ST20 dengan muatan 1 ton di jalur pegunungan.
"Saya uji coba langsung dihadapan petani cengkeh di Manado. Membawa muatan 1 ton dan melibas tanjakan. Petani-petani itu kaget karena mobil sekecil itu kuat melibasnya, mereka akhirnya berminat membeli," tuturnya.
Setelah sukses di Manado, barulah kemudian ST20 dibawa ke Jawa. Permintaan terhadap mobil tersebut juga tak kalah tinggi, termasuk di daerah dataran tinggi.
ST20 punya "panggilan sayang" di Indonesia, yakni Suzuki Trungtung. Panggilan tersebut tak terlepas dari suaranya mesinnya yang berbunyi trungtungtung, khas mesin 2-tak pada umumnya.
Selain karena kemampuannya melibas medan berat, ST20 laris karena biaya perawatannya yang terbilang rendah. Mesin bertipe LJ50 yang mampu menghasilkan 30 tenaga kuda itu mudah dirawat dan harga suku cadangnya juga murah.
"Mesinnya 2-tak, tentu saja sederhana komponennya tidak seperti mesin 4-tak. Mudah dirawat, diperbaiki, termasuk oleh montir-montir pemula, atau pengguna yang memang mau mempelajari mesinnya. Itu juga yang membuatnya laris," paparnya.
Editor: Dika Irawan
Mesin 2-tak selama ini dikenal sebagai mesin yang mengeluarkan asap cukup banyak dari knalpotnya.
Mengutip Autoexpose.org, mesin 2-tak hanya memiliki dua langkah dalam satu siklus pembakaran. Berbeda dengan mesin 4-tak yang memiliki empat langkah dalam satu siklus pembakaran.
Mesin 2-tak juga membutuhkan oli tambahan atau oli samping untuk melumasi silinder, piston, bearing pin piston, crankshaft, dan bearing crank pin pada mesin sebelum masuk ke ruang bakar. Oli samping ini nantinya akan ikut terbakar bersama bahan bakar dan menghasilkan asap pekat.
Keunggulan dari mesin 2-tak adalah akselerasi yang spontan dan tenaga yang dihasilkan jauh lebih besar dari mesin 4-tak dengan kapasitas mesin sama. Mesin tersebut lazimnya digunakan oleh sepeda motor yang keluar sebelum medio 2000-an.
Walaupun demikian, bukan berarti tidak ada mobil yang menggunakan mesin 2-tak. Tercatat ada beberapa pabrikan mobil yang pernah menggunakan mesin tersebut, salah satunya adalah Suzuki.
Suzuki tercatat pernah menghadirkan dua mobil bermesin 2-tak di Indonesia, keduanya masuk dalam kategori mobil niaga. Mobil yang dimaksud adalah Suzuki ST10 dan ST20 yang berbentuk mobil bak terbuka atau pikap.
Menurut Presiden Komisaris PT Indomobil Sukses Internasional Soebronto Laras, kedua mobil tersebut merupakan tonggak awal kesuksesan Suzuki di Indonesia yang dibawa oleh PT Suzuki Indomobil Motor (d/h PT Indomobil Suzuki Internasional).
Soebronto Laras atau akrab disapa Yonto merupakan tokoh penting dibalik kehadiran Suzuki di Indonesia. Setelah sukses dengan produk sepeda motor FR70 yang didatangkan oleh cikal bakal Indomobil Suzuki Internasional, PT Indohero Steel & Engineering, pada 1976 dia memutuskan untuk mendatangkan pikap ST10.
"[Tahun] 1976 didatangkan pikap ST10 dengan mesin 2-tak ke Indonesia. [Kapasitas] mesinnya hanya 350 cc dan kurang berhasil. Setelahnya, pada 1978 kita coba hadirkan ST20 yang kapasitas mesinnya dinaikkan jadi 550 cc dengan tiga silinder," katanya kepada Hypeabis.id, Rabu (28/10/2021).
ST 20 kemudian laku keras di banyak daerah. Mobil tersebut tidak hanya digunakan untuk mengangkut barang, tetapi juga dimodifikasi menjadi angkutan kota atau angkutan perdesaan.
Kesuksesan ST20 tak terlepas dari upaya Yonto mendemonstrasikan kemampuan mobil tersebut di hadapan calon konsumen secara langsung. Pria yang juga gemar mengikuti balap reli itu mengemudikan sendiri ST20 dengan muatan 1 ton di jalur pegunungan.
"Saya uji coba langsung dihadapan petani cengkeh di Manado. Membawa muatan 1 ton dan melibas tanjakan. Petani-petani itu kaget karena mobil sekecil itu kuat melibasnya, mereka akhirnya berminat membeli," tuturnya.
Setelah sukses di Manado, barulah kemudian ST20 dibawa ke Jawa. Permintaan terhadap mobil tersebut juga tak kalah tinggi, termasuk di daerah dataran tinggi.
ST20 punya "panggilan sayang" di Indonesia, yakni Suzuki Trungtung. Panggilan tersebut tak terlepas dari suaranya mesinnya yang berbunyi trungtungtung, khas mesin 2-tak pada umumnya.
Selain karena kemampuannya melibas medan berat, ST20 laris karena biaya perawatannya yang terbilang rendah. Mesin bertipe LJ50 yang mampu menghasilkan 30 tenaga kuda itu mudah dirawat dan harga suku cadangnya juga murah.
"Mesinnya 2-tak, tentu saja sederhana komponennya tidak seperti mesin 4-tak. Mudah dirawat, diperbaiki, termasuk oleh montir-montir pemula, atau pengguna yang memang mau mempelajari mesinnya. Itu juga yang membuatnya laris," paparnya.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.