Suzuki Satria FU 150 "Obat Ganteng" Remaja pada Masanya
07 October 2021 |
15:17 WIB
Pamornya memang sudah meredup dan nyaris terlupakan, khususnya di kota-kota besar yang dari hari ke hari macetnya makin menggila. Akan tetapi motor yang satu ini punya kesan tersendiri bagi mereka yang menghabiskan masa remajanya 10—15 tahun lalu, baik laki-laki maupun perempuan.
Sepeda motor yang dimaksud adalah Suzuki Satria FU 150 atau populer disebut “Saef”. Sepeda motor berjenis hyperbone atau ayam jago ini pada masanya jadi idaman banyak remaja laki-laki di Tanah Air.
Sepeda motor ini pertama kali meluncur di Indonesia pada 2004 dengan skema impor utuh (completely built-up/CBU) dari Thailand. Mesin yang digunakan adalah mesin 4 tak dengan kapasitas 147,3 cc 4 DOHC bertenaga 16 dk / 9.500 rpm dan torsi 12,7 Nm / 8.500 rpm. Sama seperti sepeda motor kebanyakan pada masa itu, sepeda motor tersebut masih menggunakan karburator untuk sistem bahan bakarnya.
Pada 2007, barulah keluar versi rakitan lokal (completely knock down/CKD) dihardirkan PT Suzuki Indomobil Motor (d/h PT Indomobil Suzuki International) dengan penambahan fitur berupa starter kaki (kick starter). Sepeda motor ini sampai dengan saat ini masih dijual barunya untuk versi facelift dan injeksinya dengan harga Rp23,56 juta on the road Jakarta.
Suzuki Satria FU 150 dianggap sebagai “obat ganteng” para remaja laki-laki pada masanya. Menunggangi sepeda motor tersebut ke sekolah atau kampus diyakini mempermudah mereka menarik perhatian gebetan atau sekadar tebar pesona ke gadis-gadis di sekitarnya.
Hal itu diamini oleh Yudha, karyawan swasta yang sempat menunggangi Suzuki Satria FU 150 saat duduk di bangku SMA 13 tahun lalu di Surabaya, Jawa Timur. Dia mengaku sempat merengek-rengek kepada kedua orang tuanya agar dibelikan sepeda motor tersebut ketika masuk SMA.
“Aslinya sudah ada [sepeda motor] bebek, cuma kok enggak keren aja gitu. Setelah ospek, lihat teman di sekolah ada yang pakai [Suzuki Satria FU 150] setiap pulang kok ada aja cewek numpang jadi panas aku. Akhirnya minta ke Ibu sampai merengek-rengek. Kalau diingat-ingat lucu juga,” ujarnya.
Setelah berulang kali membujuk sang ibunda, Yudha akhirnya berhasil mendapatkan sepeda motor idamannya. Dia akhirnya menjadi salah satu dari tujuh siswa yang menunggangi Suzuki Satria FU 150 di sekolahnya.
Sebutan “obat ganteng” yang melekat pada Suzuki Satria FU 150, menurut Yudha, bukan isapan jempol belaka. Dia mengatakan, dapat dengan mudah mendekati siswi idola di sekolahnya dan mengajaknya pulang bersama.
“Enggak bohong itu motor disebut “obat ganteng”, aku gampang banget mepet cewek-cewek di sekolah. Pulang bareng tak antar sampai rumah, bensin habis banyak nomor sekian, toh tinggal minta uangnya dulu. “Ora FU kowe ora I love you” itu ya benar dulu begitu,” selorohnya.
Istilah “Ora FU kowe ora I love you” yang diucapkan Yudha merujuk pada lagu berjudul Kimcil Kepolen. Lagu yang dipopulerkan oleh pedangdut Via Vallen itu sedikit bercerita mengenai seorang perempuan yang melihat lelaki dari tunggangan mereka, salah satunya adalah Suzuki Satria FU 150.
Saat ini, Yudha sudah tidak lagi menggunakan Suzuki Satria FU 150 dengan beberapa alasan. Salah satunya adalah kepraktisannya. Menurutnya, sepeda motor berkopling manual bukan pilihan tepat untuk digunakan sebagai tunggangan sehari-hari di kota besar seperti Surabaya yang macetnya kini sudah seperti Jakarta pada pagi dan sore hari.
Tiga sepeda motor yang terparkir di garasi rumahnya saat ini adalah sepeda motor bertransmisi otomatis atau skuter matik (skutik). Alasannya tak jauh dari kepraktisan dan kenyamanan ketiga digunakan untuk menunjang aktivitas sehari-hari.
“Semua sudah ganti matik, bayangno macet-macetan naik FU [Suzuki Satria FU 150] berangkat sama pulang kerja. Keren juga enggak keren-keren amat sekarang, sekarang kan musimnya Vespa matik juga atau matik bongsor. Tetapi kalau ditanya mau punya lagi apa enggak, ya masih mau, buat disimpan kenang-kenangan zamanku 'nakal' dulu,” tuturnya.
Suzuki Satria FU 150 ternyata juga punya tempat tersendiri di hati para remaja perempuan pada masa itu. Salah satunya adalah Putri yang kini bekerja di salah satu bank swasta di Jakarta.
Sepeda motor yang dimaksud adalah Suzuki Satria FU 150 atau populer disebut “Saef”. Sepeda motor berjenis hyperbone atau ayam jago ini pada masanya jadi idaman banyak remaja laki-laki di Tanah Air.
Sepeda motor ini pertama kali meluncur di Indonesia pada 2004 dengan skema impor utuh (completely built-up/CBU) dari Thailand. Mesin yang digunakan adalah mesin 4 tak dengan kapasitas 147,3 cc 4 DOHC bertenaga 16 dk / 9.500 rpm dan torsi 12,7 Nm / 8.500 rpm. Sama seperti sepeda motor kebanyakan pada masa itu, sepeda motor tersebut masih menggunakan karburator untuk sistem bahan bakarnya.
Pada 2007, barulah keluar versi rakitan lokal (completely knock down/CKD) dihardirkan PT Suzuki Indomobil Motor (d/h PT Indomobil Suzuki International) dengan penambahan fitur berupa starter kaki (kick starter). Sepeda motor ini sampai dengan saat ini masih dijual barunya untuk versi facelift dan injeksinya dengan harga Rp23,56 juta on the road Jakarta.
Dok. Suzuki Indonesia
Suzuki Satria FU 150 dianggap sebagai “obat ganteng” para remaja laki-laki pada masanya. Menunggangi sepeda motor tersebut ke sekolah atau kampus diyakini mempermudah mereka menarik perhatian gebetan atau sekadar tebar pesona ke gadis-gadis di sekitarnya.
Hal itu diamini oleh Yudha, karyawan swasta yang sempat menunggangi Suzuki Satria FU 150 saat duduk di bangku SMA 13 tahun lalu di Surabaya, Jawa Timur. Dia mengaku sempat merengek-rengek kepada kedua orang tuanya agar dibelikan sepeda motor tersebut ketika masuk SMA.
“Aslinya sudah ada [sepeda motor] bebek, cuma kok enggak keren aja gitu. Setelah ospek, lihat teman di sekolah ada yang pakai [Suzuki Satria FU 150] setiap pulang kok ada aja cewek numpang jadi panas aku. Akhirnya minta ke Ibu sampai merengek-rengek. Kalau diingat-ingat lucu juga,” ujarnya.
Setelah berulang kali membujuk sang ibunda, Yudha akhirnya berhasil mendapatkan sepeda motor idamannya. Dia akhirnya menjadi salah satu dari tujuh siswa yang menunggangi Suzuki Satria FU 150 di sekolahnya.
Sebutan “obat ganteng” yang melekat pada Suzuki Satria FU 150, menurut Yudha, bukan isapan jempol belaka. Dia mengatakan, dapat dengan mudah mendekati siswi idola di sekolahnya dan mengajaknya pulang bersama.
“Enggak bohong itu motor disebut “obat ganteng”, aku gampang banget mepet cewek-cewek di sekolah. Pulang bareng tak antar sampai rumah, bensin habis banyak nomor sekian, toh tinggal minta uangnya dulu. “Ora FU kowe ora I love you” itu ya benar dulu begitu,” selorohnya.
Istilah “Ora FU kowe ora I love you” yang diucapkan Yudha merujuk pada lagu berjudul Kimcil Kepolen. Lagu yang dipopulerkan oleh pedangdut Via Vallen itu sedikit bercerita mengenai seorang perempuan yang melihat lelaki dari tunggangan mereka, salah satunya adalah Suzuki Satria FU 150.
Saat ini, Yudha sudah tidak lagi menggunakan Suzuki Satria FU 150 dengan beberapa alasan. Salah satunya adalah kepraktisannya. Menurutnya, sepeda motor berkopling manual bukan pilihan tepat untuk digunakan sebagai tunggangan sehari-hari di kota besar seperti Surabaya yang macetnya kini sudah seperti Jakarta pada pagi dan sore hari.
Tiga sepeda motor yang terparkir di garasi rumahnya saat ini adalah sepeda motor bertransmisi otomatis atau skuter matik (skutik). Alasannya tak jauh dari kepraktisan dan kenyamanan ketiga digunakan untuk menunjang aktivitas sehari-hari.
“Semua sudah ganti matik, bayangno macet-macetan naik FU [Suzuki Satria FU 150] berangkat sama pulang kerja. Keren juga enggak keren-keren amat sekarang, sekarang kan musimnya Vespa matik juga atau matik bongsor. Tetapi kalau ditanya mau punya lagi apa enggak, ya masih mau, buat disimpan kenang-kenangan zamanku 'nakal' dulu,” tuturnya.
Suzuki Satria FU 150 ternyata juga punya tempat tersendiri di hati para remaja perempuan pada masa itu. Salah satunya adalah Putri yang kini bekerja di salah satu bank swasta di Jakarta.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.