Dari 250, Kini Tinggal 3 Suku di Pesisir Papua yang Aktif Berkarya Seni Ukir
28 October 2021 |
06:13 WIB
Seni ukir dari Papua yang kerap kita lihat di media mainstream umumnya identik dengan karya masyarakat suku Asmat. Namun, di pesisir selatan Papua, tinggal suku Kamoro yang juga menjadikan seni ukir sebagai bagian dari budaya yang diwariskan secara turun temurun.
Masyarakat suku Kamoro hidup di wilayah sepanjang 300 kilometer di pesisir selatan, di antara Sungai Otakwa dan Teluk Etna. Tidak heran jika banyak ukiran mereka menunjukkan motif dan bentuk yang mengingatkan kita dengan alam perairan.
Ketua Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe, Luluk Intarti, mengutarakan, di pesisir Papua, ada lebih dari 250 suku yang sebelumnya berkarya dengan menghasilan seni ukiran.
Namun MWK mencatat kini hanya tinggal 3 suku yang masih aktif mengukir yakni suku Asmat, Kamoro, dan Sempan.
Menurut Luluk, jika kita tidak turun tangan untuk mendukung pelestariannya, warisan budaya ini hanya akan tersisa sebagai barang pameran atau data digital saja.
"Seni ukir dari pesisir Papua, khususnya suku Kamoro sangat unik. Tidak ada dua yang sama. Semua masih dikerjakan dengan tangan dan alat seadanya mulai dari pisau dapur, cutter, apa saja. Hampir setiap ukiran memiliki makna yang penuh dengan rasa syukur," ujarnya.
Salah satu ukiran yang banyak diproduksi antara lain Tifa dan Wemawe. Wemawe sendiri adalah patung orang dengan ukiran yang dipersembahkan kepada leluhur suku Kamoro.
Seniman suku Kamoro biasanya mengambil inspirasi dari alam, legenda rakyat hingga mimpi. Di samping itu, hanya lelaki dari suku Kamoro saja yang boleh mengerjakan seni ukir.
Mereka juga memiliki identitas khusus ketika mengukir sebuah bentuk pada kayu. Bentuk yang sering terlihat seperti buaya, ikan, dan ular.
Adapun, yang membedakan karakteristik ukiran suku Kamoro dengan suku Asmat adalah penggunaan motif ukiran. Suku Kamoro umumnya mengukir motif dengan garis lebih tegas sedangkan ukiran suku Asmat menunjukkan garis lengkung yang lebih halus.
Editor: Avicenna
Masyarakat suku Kamoro hidup di wilayah sepanjang 300 kilometer di pesisir selatan, di antara Sungai Otakwa dan Teluk Etna. Tidak heran jika banyak ukiran mereka menunjukkan motif dan bentuk yang mengingatkan kita dengan alam perairan.
Ketua Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe, Luluk Intarti, mengutarakan, di pesisir Papua, ada lebih dari 250 suku yang sebelumnya berkarya dengan menghasilan seni ukiran.
Ketua Yayasan MWK, Luluk Intarti, memberikan pemaparan dalam konferensi pers Kamoro Art Exhibition & Sale 2021 di Jakarta, Rabu (27/10). (Dok.Bisnis/Himawan L Nugraha)
Namun MWK mencatat kini hanya tinggal 3 suku yang masih aktif mengukir yakni suku Asmat, Kamoro, dan Sempan.
Menurut Luluk, jika kita tidak turun tangan untuk mendukung pelestariannya, warisan budaya ini hanya akan tersisa sebagai barang pameran atau data digital saja.
"Seni ukir dari pesisir Papua, khususnya suku Kamoro sangat unik. Tidak ada dua yang sama. Semua masih dikerjakan dengan tangan dan alat seadanya mulai dari pisau dapur, cutter, apa saja. Hampir setiap ukiran memiliki makna yang penuh dengan rasa syukur," ujarnya.
Beragam bentuk ukiran Wemawe karya seniman suku Kamoro. (dok. hypeabis/NAN)
Salah satu ukiran yang banyak diproduksi antara lain Tifa dan Wemawe. Wemawe sendiri adalah patung orang dengan ukiran yang dipersembahkan kepada leluhur suku Kamoro.
Seniman suku Kamoro biasanya mengambil inspirasi dari alam, legenda rakyat hingga mimpi. Di samping itu, hanya lelaki dari suku Kamoro saja yang boleh mengerjakan seni ukir.
Penari asal Papua melakukan tarian dalam acara Kamoro Art Exhibition & Sale 2021 di Jakarta, Rabu (27/10). (Dok. Bisnis/Himawan L Nugraha)
Mereka juga memiliki identitas khusus ketika mengukir sebuah bentuk pada kayu. Bentuk yang sering terlihat seperti buaya, ikan, dan ular.
Adapun, yang membedakan karakteristik ukiran suku Kamoro dengan suku Asmat adalah penggunaan motif ukiran. Suku Kamoro umumnya mengukir motif dengan garis lebih tegas sedangkan ukiran suku Asmat menunjukkan garis lengkung yang lebih halus.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.