Yuk Kenalan dengan Kerben, Beri Asli Indonesia
17 October 2021 |
06:05 WIB
Seperti tak ada habisnya, selalu ada yang baru dari kekayaan alam Indonesia. Di antara banyaknya ragam buah lokal Indonesia, ternyata ada satu buah sejenis beri yang belum banyak dikenal orang. Namanya kerben. Buah ini tidak langka, hanya saja tidak terlalu mudah ditemukan.
Kerben banyak didapatkan di Desa Suko Pangkat, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, Jambi. Buah ini tumbuh sangat subur di sana, terutama di ladang penduduk yang sebagian besar berada di kawasan hutan.
“Masyarakat Desa Suko Pangkat mengelola hutan tersebut dengan menerapkan kearifan lokal, yaitu menggunakan sistem agroforestry. Dengan sistem agroforestry, masyarakat tidak membuka hutan sebagai lahan terbuka. Mereka menanam kopi dan kayu manis, yang masuk dalam tanaman kehutanan,” kata Reni.
Kerben juga merupakan salah satu komoditas lokal Desa Suko Pangkat yang tidak hanya memiliki rasa yang manis namun juga serba guna.
Tak perlu perawatan khusus, tanaman kerben tumbuh secara liar di kawasan pegunungan, tepatnya di ketinggian lebih dari 1.300 meter di atas permukaan laut (mdpl). Reni menyebutkan, sebenarnya kerben tak hanya bisa didapatkan di Jambi.
Di Lembang, Bandung, pun tanaman kerben banyak ditemukan dan biasanya dipasarkan bersama dengan stroberi.
Tanamannya berupa perdu dengan banyak duri di bagian batangnya, berbeda dari tanaman stroberi yang tidak memiliki batang kokoh. Karena memang tumbuh liar, tanaman ini tidak memerlukan perawatan khusus. Sering kali kerben ditemukan di pekarangan rumah warga.
Ketika buahnya tidak dimakan karena begitu berlimpah, maka saat buahnya jatuh dari pohon, bijinya akan tumbuh menjadi bibit baru, sehingga kebun belukar kerben menjadi rimbun. Menariknya, buah ini tidak mengenal musim. Tanamannya bisa berbuah sepanjang tahun.
Untuk dibuat selai, awalnya buah-buah kerben ini diambil dari tanaman liar. Namun, ketika kapasitas produksi selai mulai meningkat, tanaman kerben ini mulai dibudidayakan di lahan-lahan telantar.
Dari segi warna dan bentuk memang buah kerben sekilas tampak seperti stroberi atau raspberi. Hanya saja, teksturnya lebih lembut dan ukuran buahnya lebih kecil.
Buah yang sudah matang sempurna dengan warna merah menyala rasanya manis dengan sedikit asam. Ada bagian lembut berwarna putih di bagian tengah buah. Ini yang tidak ditemukan pada stroberi,” kata Reni.
Kerben mulai banyak dimanfaatkan oleh penduduk desa sebagai bahan pembuatan selai. Ini pun melewati masa percobaan dahulu, sebelum dapat menghasilkan selai yang enak sekaligus menarik dipandang.
Produsen selai kerben hanya menggunakan tambahan gula, garam, dan perasan lemon sebagai penguat rasa. Bahan-bahan ini juga berperan sebagai pengawet alami.
Sebagai buah serba guna, kerben tidak hanya bisa disantap langsung atau diolah menjadi selai. Fifin Leifang, finalis Masterchef Indonesia musim keenam, menyebutkan, selain disantap segar begitu saja, beri umumnya juga cocok dibuat jus dan berbagai dessert.
Misalnya, dijadikan compote untuk melapisi bagian dalam layer cake atau dijadikan topping untuk sejumlah makanan seperti pancake dan waffle.
Di samping itu, kerben juga memiliki nilai ekonomi dan ekologi bagi masyarakat sekitar.
Produksi selai di Desa Suko Pangkat digawangi oleh ibu-ibu muda yang tergabung dalam KUPS Suko Suka, mampu memberi sumber pendapatan alternatif serta mengurangi tekanan terhadap kawasan hutan.
Suko selai kini banyak dipasarkan di sekitar Jambi atau pameran produk kehutanan. Sayangnya, mereka belum memasarkan produk ini secara online.
Karena kita sudah mengenal kerben lebih dekat, berikut ini dua resep olahan buah kerben yang dari Fifin Leifang yang mungkin bisa Genhype coba:
Saus Kerben
- Hancurkan buah kerben.
- Tambahkan gula, garam, lada hitam, serta rempah seperti cengkeh, bunga lawang dan kapulaga.
- Panaskan campuran ini di atas kompor tanpa perlu ditambahkan air hingga teksturnya menjadi kental.
Nila Bakar Bumbu Kerben
- Haluskan buah kerben dengan cabai lalu tambahkan gula, garam, lada hitam, serta rempah seperti cengkeh, bunga lawang dan kapulaga.
- Campuran kerben dan bumbu tersebut kemudian dilumurkan pada ikan segar, lalu dibakar.
- Atau, untuk mendapatkan tekstur krispi, ikan segar digoreng dahulu setelah dilumuri bumbu, baru kemudian dibakar.
Editor: Indyah Sutriningrum
Kerben banyak didapatkan di Desa Suko Pangkat, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, Jambi. Buah ini tumbuh sangat subur di sana, terutama di ladang penduduk yang sebagian besar berada di kawasan hutan.
“Masyarakat Desa Suko Pangkat mengelola hutan tersebut dengan menerapkan kearifan lokal, yaitu menggunakan sistem agroforestry. Dengan sistem agroforestry, masyarakat tidak membuka hutan sebagai lahan terbuka. Mereka menanam kopi dan kayu manis, yang masuk dalam tanaman kehutanan,” kata Reni.
Kerben juga merupakan salah satu komoditas lokal Desa Suko Pangkat yang tidak hanya memiliki rasa yang manis namun juga serba guna.
Tak perlu perawatan khusus, tanaman kerben tumbuh secara liar di kawasan pegunungan, tepatnya di ketinggian lebih dari 1.300 meter di atas permukaan laut (mdpl). Reni menyebutkan, sebenarnya kerben tak hanya bisa didapatkan di Jambi.
Di Lembang, Bandung, pun tanaman kerben banyak ditemukan dan biasanya dipasarkan bersama dengan stroberi.
Tanamannya berupa perdu dengan banyak duri di bagian batangnya, berbeda dari tanaman stroberi yang tidak memiliki batang kokoh. Karena memang tumbuh liar, tanaman ini tidak memerlukan perawatan khusus. Sering kali kerben ditemukan di pekarangan rumah warga.
Buah kerben. (Dok. KKI Warsi)
Untuk dibuat selai, awalnya buah-buah kerben ini diambil dari tanaman liar. Namun, ketika kapasitas produksi selai mulai meningkat, tanaman kerben ini mulai dibudidayakan di lahan-lahan telantar.
Dari segi warna dan bentuk memang buah kerben sekilas tampak seperti stroberi atau raspberi. Hanya saja, teksturnya lebih lembut dan ukuran buahnya lebih kecil.
Buah yang sudah matang sempurna dengan warna merah menyala rasanya manis dengan sedikit asam. Ada bagian lembut berwarna putih di bagian tengah buah. Ini yang tidak ditemukan pada stroberi,” kata Reni.
Kerben mulai banyak dimanfaatkan oleh penduduk desa sebagai bahan pembuatan selai. Ini pun melewati masa percobaan dahulu, sebelum dapat menghasilkan selai yang enak sekaligus menarik dipandang.
Produsen selai kerben hanya menggunakan tambahan gula, garam, dan perasan lemon sebagai penguat rasa. Bahan-bahan ini juga berperan sebagai pengawet alami.
Olahan buah kerben, Suko Selai. (Dok. KKI Warsi)
Misalnya, dijadikan compote untuk melapisi bagian dalam layer cake atau dijadikan topping untuk sejumlah makanan seperti pancake dan waffle.
Di samping itu, kerben juga memiliki nilai ekonomi dan ekologi bagi masyarakat sekitar.
Produksi selai di Desa Suko Pangkat digawangi oleh ibu-ibu muda yang tergabung dalam KUPS Suko Suka, mampu memberi sumber pendapatan alternatif serta mengurangi tekanan terhadap kawasan hutan.
Suko selai kini banyak dipasarkan di sekitar Jambi atau pameran produk kehutanan. Sayangnya, mereka belum memasarkan produk ini secara online.
Karena kita sudah mengenal kerben lebih dekat, berikut ini dua resep olahan buah kerben yang dari Fifin Leifang yang mungkin bisa Genhype coba:
Saus Kerben
- Hancurkan buah kerben.
- Tambahkan gula, garam, lada hitam, serta rempah seperti cengkeh, bunga lawang dan kapulaga.
- Panaskan campuran ini di atas kompor tanpa perlu ditambahkan air hingga teksturnya menjadi kental.
Nila Bakar Bumbu Kerben
- Haluskan buah kerben dengan cabai lalu tambahkan gula, garam, lada hitam, serta rempah seperti cengkeh, bunga lawang dan kapulaga.
- Campuran kerben dan bumbu tersebut kemudian dilumurkan pada ikan segar, lalu dibakar.
- Atau, untuk mendapatkan tekstur krispi, ikan segar digoreng dahulu setelah dilumuri bumbu, baru kemudian dibakar.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.