Hati-hati Gunakan Antibiotik Agar Tak Terjadi Resistensi Membahayakan
07 October 2021 |
16:57 WIB
Tentu saja kalian sudah tidak asing lagi dengan istilah antibiotik yang biasa digunakan untuk mengatasi dan mencegah infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan bakteri berkembang biak di dalam tubuh. Antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengatasi infeksi akibat virus, seperti flu.
Saat ini, antibiotik dimanfaatkan untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri seperti demam tifoid atau tipes yang disebabkan bakteri Salmonella typhii, diferi akibat infeksi Corynebacterium diphteriae yang menyerang selaput lendir pada hidung tenggorokan, tetanus akibat infeksi bakteri Clostridium tetani hingga infeksi saluran kemih.
Menurut Guru Besar dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), MTropPaed, antibiotik termasuk salah satu penemuan penting dalam dunia medis yang bisa menyelamatkan nyawa manusia. Tentunya, dengan catatan penggunaannya sesuai dengan indikasi.
"Antibiotik penemuan penting dalam dunia kesehatan karena bila digunakan atas indikasi bisa menyelamatkan nyawa," katanya dalam sebuah virtual media briefing terkait resistensi antimikroba, Kamis.
Hindra mengungkapkan antibiotik saat ini berperan melindungi nyawa sekitar 200.000 orang setiap hari dan meningkatkan kemungkinan hidup 5-10 tahun pada bayi baru lahir yang terkena infeksi bakteri di Amerika Serikat (AS).
Di sisi lain, Hindra juga mengingatkan semua orang, tak terkecuali tenaga kesehatan untuk bijaksana memanfaatkan antibiotik. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya resistensi antibiotik.
Menurutnya, resistensi antibiotik lebih sulit ditangani dibandingkan penyakit yang dialami oleh pasien. Resistensi antibiotik berpotensi memunculkan masalah lain yakni kesakitan bertambah, risiko kematian pasien meningkat, rawat inap yang lebih panjang di rumah sakit dan biaya perawatan bisa menjadi berlipat ganda.
Sebagai catatan, organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2020 menyatakan, masyarakat dunia saat ini sangat perlu mengubah cara mereka meresepkan dan menggunakan antibiotik, termasuk mengurangi penyebaran infeksi melalui vaksinasi, mencuci tangan, mempraktikkan kebersihan makanan yang baik.
Pasalnya, resistensi antibiotik meningkat ke tingkat yang sangat tinggi di semua bagian dunia. Mekanisme resistensi baru muncul dan menyebar secara global dan mengancam kemampuan untuk mengobati penyakit menular umum.
Akibatnya, daftar infeksi terus bertambah seperti pneumonia, TBC, dan penyakit akibat makanan menjadi lebih sulit, dan terkadang tidak mungkin untuk diobati karena antibiotik menjadi kurang efektif atau tidak responsif terhadap pengobatan yang saat ini tersedia.
Editor: M R Purboyo
Saat ini, antibiotik dimanfaatkan untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri seperti demam tifoid atau tipes yang disebabkan bakteri Salmonella typhii, diferi akibat infeksi Corynebacterium diphteriae yang menyerang selaput lendir pada hidung tenggorokan, tetanus akibat infeksi bakteri Clostridium tetani hingga infeksi saluran kemih.
Menurut Guru Besar dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), MTropPaed, antibiotik termasuk salah satu penemuan penting dalam dunia medis yang bisa menyelamatkan nyawa manusia. Tentunya, dengan catatan penggunaannya sesuai dengan indikasi.
"Antibiotik penemuan penting dalam dunia kesehatan karena bila digunakan atas indikasi bisa menyelamatkan nyawa," katanya dalam sebuah virtual media briefing terkait resistensi antimikroba, Kamis.
Hindra mengungkapkan antibiotik saat ini berperan melindungi nyawa sekitar 200.000 orang setiap hari dan meningkatkan kemungkinan hidup 5-10 tahun pada bayi baru lahir yang terkena infeksi bakteri di Amerika Serikat (AS).
Di sisi lain, Hindra juga mengingatkan semua orang, tak terkecuali tenaga kesehatan untuk bijaksana memanfaatkan antibiotik. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya resistensi antibiotik.
Menurutnya, resistensi antibiotik lebih sulit ditangani dibandingkan penyakit yang dialami oleh pasien. Resistensi antibiotik berpotensi memunculkan masalah lain yakni kesakitan bertambah, risiko kematian pasien meningkat, rawat inap yang lebih panjang di rumah sakit dan biaya perawatan bisa menjadi berlipat ganda.
Sebagai catatan, organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2020 menyatakan, masyarakat dunia saat ini sangat perlu mengubah cara mereka meresepkan dan menggunakan antibiotik, termasuk mengurangi penyebaran infeksi melalui vaksinasi, mencuci tangan, mempraktikkan kebersihan makanan yang baik.
Pasalnya, resistensi antibiotik meningkat ke tingkat yang sangat tinggi di semua bagian dunia. Mekanisme resistensi baru muncul dan menyebar secara global dan mengancam kemampuan untuk mengobati penyakit menular umum.
Akibatnya, daftar infeksi terus bertambah seperti pneumonia, TBC, dan penyakit akibat makanan menjadi lebih sulit, dan terkadang tidak mungkin untuk diobati karena antibiotik menjadi kurang efektif atau tidak responsif terhadap pengobatan yang saat ini tersedia.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.