Ilustrasi antibiotik (dok. Freepik)

Waduh, Resisten Antibiotik Bisa Jadi Pandemi Baru

10 June 2021   |   18:04 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Kamu tahu enggak Genhype kalau kita tidak boleh sembarang minum antibiotik? Lagi pula tidak semua penyakit dalam pengobatannya harus menggunakan antibiotik, loh.

Dokter spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi RSUD Dr. Soetomo, Erwin Astha Triyono mengakui saat ini masih terdapat persepsi bahwa setiap penyakit harus menggunakan obat atau antibiotik. 

Padahal nih, banyak penyakit infeksi khususnya yang disebakan oleh virus bersifat self-limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh sendiri sehingga cukup dengan lebih banyak istirahat dan nutrisi yang baik. 

Dia juga menyebut banyak pasien berusaha mengobati penyakitnya sendiri dan membeli obat termasuk antibiotik di apotek. Terkadang itu dilakukan setelah penyakitnya memburuk, baru mereka berkonsultasi ke dokter atau layanan kesehatan. 

Hal inilah yang sering menyebabkan kuman menjadi resisten dan menimbulkan beban biaya menjadi lebih besar. Jadi, Erwin mengimbau agar masyarakat perlu menggunakan antibiotik secara bijak, rasional, dan tuntas.

"Ini supaya angka kesembuhan meningkat serta mengurangi lama rawat inap, angka kesakitan dan kematian, pembiayaan, penularan kepada orang lain dan mencegah resistensi," tuturnya dalam diskusi virtual, Kamis (10/6/2021).

Vida Parady dari Yayasan Orangtua Peduli (YOP) mengatakan masih sering ditemukan tenaga kesehatan yang meresepkan antibiotik pada penyakit karena infeksi virus. Nyatanya antibiotik hanya digunakan untuk mengatasi bakteri. 

Di sisi lain, masyarakat berpikir antibiotik dapat mencegah sakit menjadi lebih berat. Untuk itu, semua pihak menurutnya bertanggung jawab untuk menekan laju resistensi antimikroba.

"Kami berharap pemerintah menerapkan peraturan dengan lebih tegas, misalnya melarang toko obat atau apotek menjual antibiotik tanpa resep," tegasnya.

Vida menyebut jika tidak ada penggunaan antibiotik dengan bijak, bisa-bisa akan lebih banyak orang yang resisten terhadap antibiotik.

"Resistensi antibiotik merupakan krisis kesehatan dunia, bahkan disebut sebagai silent pandemic. Namun, banyak pihak belum peduli akan dampak resistensi antibiotik," jelasnya.

Medical Director Pfizer Indonesia Handoko Santoso menjelaskan bahwa pihaknya mendukung uaya mengatasi resistensi antimikroba melalui dukungan terhadap tatalaksana pemberian antibiotik yang tepat bagi para tenaga kesehatan profesional dan manajemen rumah sakit melalui program-program penguatan kapasitas dan aktivitas edukasi yang bersifat ilmiah dan non-promosional.

Category Lead Pfizer Indonesia Hendra Wijaya mengatakan tahun ini pihaknya menginisiasi peluncuran program bantuan pasien bagi sejumlah rumah sakit  dan secara intensif akan melaksanakan program kerjasama penguatan tata laksana Antibiotic Stewardship Program (ASP) di Indonesia. 

Pfizer Indonesia pun menginisisasi program Victory: Menang itu Tuntas, melalui Gerakan 2T: Tuntas Menentukan bagi para tenaga kesehatan profesional dan fasilitas kesehatan.

Hal ini dilakukan untuk menuntaskan penilaian penggunaan serta implementasi ASP dan tuntas menggunakan bagi para pasien agar mengonsumsi antibiotik secara tuntas sesuai dengan anjuran dokter.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

ASUS Rilis Laptop ExpertBook BR1100, Cocok Buat Pelajar

BERIKUTNYA

Siap Tayang 17 Juni, Sutradara Hospital Playlist 2 Beberkan Tiga Kata Kunci

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: