Mengenal Arsitektur Jengki, Gaya Bangunan khas Indonesia Tahun 1950-an
02 October 2021 |
17:40 WIB
Genhype pernah mendengar tentang arsitektur jengki? Ya, sejarah perkembangan arsitektur di Indonesia pada era tahun 1950 sampai 1960-an diwarnai dengan hadirnya sebuah gaya yang dikenal dengan nama arsitektur jengki. Penampilannya yang unik menjadikannya berbeda dengan arsitektur kolonial Belanda sebelumnya.
Arsitek sekaligus Pengamat Tata Kota & Pemerhati Gaya Jengki MADcahyo mengungkapkan bahwa menurut Josef Prijotomo dalam tulisannya When West Meets East pada tahun 1996, jengki atau yankee digunakan untuk penyebutan ekspresi arsitektur yang berbeda yang melambangkan spirit kemerdekaan yang berbeda dengan arsitektur Belanda.
“Bentuknya geometris tetapi ada juga yang tidak beraturan. Atapnya berbentuk pelana dan komposisi tampak dan teksturnya itu cukup ngejreng dan itu tidak arsitektur Eropa atau Amerika,” katanya.
Istilah arsitektur jengki sendiri sebenarnya merujuk di luar istilah arsitektur yakni sebutan ‘jengki’ yang biasa dikenal untuk model celana perempuan yang sempit di bagian bawah pada era 50-an. Selain itu, dikenal juga istilah sepeda ‘jengki’ yaitu sepeda yang bersadel tinggi serta perabot jengki.
“Sebutan jengki ini dipakai karena corak langgam ini dianggap menyimpang dari kaidah arsitektur yang normal pada saat itu. Jadi sebutannya semacam anti-mainstream gitu” imbuh Cahyo.
Dia juga mengatakan bahwa bentuk arsitektur jengki terdiri dari dua corak yakni corak awal dan corak baru. Corak awal berupa wujud pentagonal yang terletak di atas sebuah kubus dalam posisi yang kritis (seakan dapat jatuh sewaktu-waktu), sehingga menimbulkan ketegangan serta masing-masing bagian atas diolah sebagai volume wujud pentagonal.
Bagian bawah diolah dengan teknik kontras, antara masif dan menerawang namun berdasarkan pola yang geometris, sedangkan bagian atas diolah sebagai volume wujud pentagonal. Dengan demikian ada bidang yang dibuat miring dan wujud pentagon, sedangkan komponen lain dibuat anti geometris (anti kubus dan anti tegak lurus).
Selain itu, jika bangunan tersebut hanya satu lantai, maka bentuk kubus tidak dipakai lagi, yang ada tinggal bentuk pentagonal yang menempel di atas permukaan tanah.
Sedikit berbeda, pada corak baru, arsitektur jengki memiliki bentuk mirip dengan rancangan rumah populer di Amerika Serikat namun diberi dalih yang berbeda, yaitu sebagai bentuk yang mengekspresikan pemanfaatan iklim tropis.
“Dalam perkembangannya, corak pertama menghilang karena terserap corak kedua,” kata Cahyo.
Editor: M R Purboyo
Arsitek sekaligus Pengamat Tata Kota & Pemerhati Gaya Jengki MADcahyo mengungkapkan bahwa menurut Josef Prijotomo dalam tulisannya When West Meets East pada tahun 1996, jengki atau yankee digunakan untuk penyebutan ekspresi arsitektur yang berbeda yang melambangkan spirit kemerdekaan yang berbeda dengan arsitektur Belanda.
“Bentuknya geometris tetapi ada juga yang tidak beraturan. Atapnya berbentuk pelana dan komposisi tampak dan teksturnya itu cukup ngejreng dan itu tidak arsitektur Eropa atau Amerika,” katanya.
Ilustrasi rumah jengki (Dok. Tatit Ujiani/Pinterest)
“Sebutan jengki ini dipakai karena corak langgam ini dianggap menyimpang dari kaidah arsitektur yang normal pada saat itu. Jadi sebutannya semacam anti-mainstream gitu” imbuh Cahyo.
Dia juga mengatakan bahwa bentuk arsitektur jengki terdiri dari dua corak yakni corak awal dan corak baru. Corak awal berupa wujud pentagonal yang terletak di atas sebuah kubus dalam posisi yang kritis (seakan dapat jatuh sewaktu-waktu), sehingga menimbulkan ketegangan serta masing-masing bagian atas diolah sebagai volume wujud pentagonal.
Bagian bawah diolah dengan teknik kontras, antara masif dan menerawang namun berdasarkan pola yang geometris, sedangkan bagian atas diolah sebagai volume wujud pentagonal. Dengan demikian ada bidang yang dibuat miring dan wujud pentagon, sedangkan komponen lain dibuat anti geometris (anti kubus dan anti tegak lurus).
Selain itu, jika bangunan tersebut hanya satu lantai, maka bentuk kubus tidak dipakai lagi, yang ada tinggal bentuk pentagonal yang menempel di atas permukaan tanah.
Sedikit berbeda, pada corak baru, arsitektur jengki memiliki bentuk mirip dengan rancangan rumah populer di Amerika Serikat namun diberi dalih yang berbeda, yaitu sebagai bentuk yang mengekspresikan pemanfaatan iklim tropis.
“Dalam perkembangannya, corak pertama menghilang karena terserap corak kedua,” kata Cahyo.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.