3 Dokumenter Britney Spears yang Angkat Perjuangannya Bebas dari Konservatori
29 September 2021 |
22:24 WIB
Selama hampir satu dekade, tampaknya tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya dialami oleh Britney Spears. Dia pergi keliling dunia untuk tampil pada puluhan konser, merilis album, hingga menyelenggarakan acara populer di Las Vegas. Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa saat selebriti tidak banyak muncul di tabloid atau berita adalah hal baik.
Baru pada tahun 2019, ketika munculnya serangkaian pengakuan yang mengkhawatirkan, dari residensi Vegas kedua yang dibatalkan hingga masuknya Britney ke fasilitas psikiatri, para penggemar kembali mengangkat isu atas konservatori yang telah penyanyi itu jalani sejak 2008.
Ayahnya, James Parnell Spears, memegang kuasa penuh atas hidup Britney mulai dari penanganan kesehatan, finansial, hingga dengan siapa dia boleh menjalin hubungan.
Menyusul pernyataan pengadilannya yang memilukan pada bulan Juni dan sebelum sidang lanjutan dilakukan pada 29 September, sejumlah perusahaan media merilis tiga program dokmenter baru yang menyoroti perjuangan Britney untuk mendapatkan keadilan dan hak atas dirinya sendiri.
Tiga film dokumenter Britney Spears tersebut antara lain Britney vs. Spears (Netflix), Controlling Britney Spears (FX dan New York Times) dan Toxic: Britney Spears' Battle for Freedom (CNN) yang telah membuka kebenaran dan tidak mungkin diabaikan.
Ironisnya, banyak orang tahu apa yang terjadi dengan Britney, tapi tidak ada yang berhasil menghentikan apa yang dia lalui selama sepuluh tahun terakhir.
Film dokumenter pertama dan dianggap paling fenomenal ini tayang pekan lalu sebagai kelanjutan dari program FX dan NY Times sebelumnya, Framing Britney Spears.
Framing Britney Spears menunjukkan kronologi yang jelas tentang kehidupan dan karier Britney yang berhasil membangkitkan gelombang empati kedua untuk penyanyi tersebut setelah dirilis pada bulan Februari.
Sutradara Samantha Stark dan produser Liz Day fokus untuk membuat orang dalam (insider) untuk merekam kesaksian mereka secara detil di balik layar tentang apa konsep konservatori yang kurang dipahami.
Dalam wawancara di depan kamera, Alex Vlasov, mantan wakil pendiri Black Box Security, Edan Yemini, yang firmanya dikontrak oleh Jamie Spears, menjelaskan bahwa konservatori memantau semua email dan pesan teks Britney melalui iPad yang disambungkan (mirrored) ke iPhone-nya.
Mungkin kejutan terbesar dari Controlling adalah tuduhan Vlasov, yang didukung oleh 180 jam rekaman audio yang dia berikan kepada Times, yang direkam Black Box dan Jamie di kamar Britney.
Sebuah laporan khusus CNN yang ditayangkan pada Minggu (26/9), mantan manajer tur promosi Britney, Dan George, menyampaikan tuduhan yang mungkin tidak signifikan namun cukup mengkhawatirkan bahwa Jamie melarang putrinya membaca buku apa pun yang tidak secara eksplisit mengajarkan ilmu agama Kristen.
Disutradarai oleh Alisyn Camerota dan Chloe Melas, Toxic berdurasi kurang dari 45 menit.
Laporan ini lebih merupakan penjelasan sepintas bagi mereka yang belum mendengar cerita Britney dari pada mengungkap fakta baru dari kasus yang menimpanya.
Digarap sejak tahun 2019 dan disutradarai oleh pembuat dokumenter terkenal Erin Lee Carr dengan bantuan dari tim mencakup Liz Garbus, Amy Herdy, dan jurnalis Jenny Eliscu, yang telah meliput Britney selama dua dekade, film ini menghasilkan sedikit hype dan mulai tayang di Netflix pada Selasa (28/9).
Bersama-sama, mereka menelusuri dokumen dan mendiskusikan elemen cerita yang tidak cocok. Carr menceritakan; terkadang kita melihat Britney berada pada sesi wawancara yang berbelit-belit.
Carr menyoroti tahun-tahun awal konservatori. Dia juga berupaya menjauh dari momen eksploitatif Britney — di mana dia mencukur kepalanya, atau diikat ke brankar—yang menjadi foto utama pada sampul tabloid di akhir tahun 00-an.
Editor: Avicenna
Baru pada tahun 2019, ketika munculnya serangkaian pengakuan yang mengkhawatirkan, dari residensi Vegas kedua yang dibatalkan hingga masuknya Britney ke fasilitas psikiatri, para penggemar kembali mengangkat isu atas konservatori yang telah penyanyi itu jalani sejak 2008.
Ayahnya, James Parnell Spears, memegang kuasa penuh atas hidup Britney mulai dari penanganan kesehatan, finansial, hingga dengan siapa dia boleh menjalin hubungan.
Menyusul pernyataan pengadilannya yang memilukan pada bulan Juni dan sebelum sidang lanjutan dilakukan pada 29 September, sejumlah perusahaan media merilis tiga program dokmenter baru yang menyoroti perjuangan Britney untuk mendapatkan keadilan dan hak atas dirinya sendiri.
Tiga film dokumenter Britney Spears tersebut antara lain Britney vs. Spears (Netflix), Controlling Britney Spears (FX dan New York Times) dan Toxic: Britney Spears' Battle for Freedom (CNN) yang telah membuka kebenaran dan tidak mungkin diabaikan.
Ironisnya, banyak orang tahu apa yang terjadi dengan Britney, tapi tidak ada yang berhasil menghentikan apa yang dia lalui selama sepuluh tahun terakhir.
Controlling Britney Spears
?? “‘Controlling Britney Spears’ reveals new details of her life under conservatorship” by @nytimes https://t.co/zhLGONFPXT
— Hulu (@hulu) September 24, 2021
Film dokumenter pertama dan dianggap paling fenomenal ini tayang pekan lalu sebagai kelanjutan dari program FX dan NY Times sebelumnya, Framing Britney Spears.
Framing Britney Spears menunjukkan kronologi yang jelas tentang kehidupan dan karier Britney yang berhasil membangkitkan gelombang empati kedua untuk penyanyi tersebut setelah dirilis pada bulan Februari.
Sutradara Samantha Stark dan produser Liz Day fokus untuk membuat orang dalam (insider) untuk merekam kesaksian mereka secara detil di balik layar tentang apa konsep konservatori yang kurang dipahami.
Dalam wawancara di depan kamera, Alex Vlasov, mantan wakil pendiri Black Box Security, Edan Yemini, yang firmanya dikontrak oleh Jamie Spears, menjelaskan bahwa konservatori memantau semua email dan pesan teks Britney melalui iPad yang disambungkan (mirrored) ke iPhone-nya.
Mungkin kejutan terbesar dari Controlling adalah tuduhan Vlasov, yang didukung oleh 180 jam rekaman audio yang dia berikan kepada Times, yang direkam Black Box dan Jamie di kamar Britney.
Toxic: Britney Spears' Battle for Freedom
Learn all about Britney Spears and her fight to win control of her own life. Watch CNN Special Report: Toxic – Britney Spears’ Battle For Freedom - Sunday at 8 p.m. ET pic.twitter.com/TJhivJMw5f
— CNN (@CNN) September 23, 2021
Sebuah laporan khusus CNN yang ditayangkan pada Minggu (26/9), mantan manajer tur promosi Britney, Dan George, menyampaikan tuduhan yang mungkin tidak signifikan namun cukup mengkhawatirkan bahwa Jamie melarang putrinya membaca buku apa pun yang tidak secara eksplisit mengajarkan ilmu agama Kristen.
Disutradarai oleh Alisyn Camerota dan Chloe Melas, Toxic berdurasi kurang dari 45 menit.
Laporan ini lebih merupakan penjelasan sepintas bagi mereka yang belum mendengar cerita Britney dari pada mengungkap fakta baru dari kasus yang menimpanya.
Britney vs. Spears
“No one really talks about the fact that there was another attempt to get a lawyer that somehow didn’t work out.”
— Netflix (@netflix) September 28, 2021
Britney vs Spears is now on Netflix pic.twitter.com/uFu1jRAJfP
Digarap sejak tahun 2019 dan disutradarai oleh pembuat dokumenter terkenal Erin Lee Carr dengan bantuan dari tim mencakup Liz Garbus, Amy Herdy, dan jurnalis Jenny Eliscu, yang telah meliput Britney selama dua dekade, film ini menghasilkan sedikit hype dan mulai tayang di Netflix pada Selasa (28/9).
Bersama-sama, mereka menelusuri dokumen dan mendiskusikan elemen cerita yang tidak cocok. Carr menceritakan; terkadang kita melihat Britney berada pada sesi wawancara yang berbelit-belit.
Carr menyoroti tahun-tahun awal konservatori. Dia juga berupaya menjauh dari momen eksploitatif Britney — di mana dia mencukur kepalanya, atau diikat ke brankar—yang menjadi foto utama pada sampul tabloid di akhir tahun 00-an.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.