Lama Dibatasi, Berikut Perubahan Tren Wisata setelah Pandemi
18 September 2021 |
12:50 WIB
Saat ini sejumlah negara sudah mulai membuka kunjungan bagi wisatawan, tak terkecuali Indonesia. Hal itu akhirnya membuat banyak masyarakat Indonesia berencana kembali berwisata setelah sempat terhenti beberapa waktu lalu. Meskipun demikian, kondisi pandemi secara tidak langsung telah mengubah tren pariwisata beberapa waktu belakangan ini.
Setidaknya hal itu yang dibahas dalam suatu panel diskusi virtual yang melibatkan lebih dari 1.100 profesional industri wisata seluruh Asia Pasifik bertajuk The Path Forward for Travel and Events belum lama ini.
Para panelis mengungkapkan beberapa tren dan permintaan untuk kegiatan rapat dan acara, perubahan kebijakan perjalanan bisnis, wisata mewah, serta perilaku konsumen di era pasca-pandemi seperti berikut ini.
1. Kebersihan jadi prioritas pelanggan
Selama berwisata atau melakukan perjalanan bisnis di masa pandemi, kebersihan menjadi prioritas utama bagi banyak orang. Harapan terhadap keselamatan dan kebersihan telah meningkat secara drastis sebagai bagian dari pengalaman para pelanggan seperti penerapan social distancing, pemakaian masker dan hand sanitizer.
“Seiring dengan upaya peningkatan pengalaman tamu yang terus kami lakukan, kami paham bahwa kebersihan masih menjadi perhatian utama bagi banyak orang. Kami berkomitmen untuk menjaga keamanan para tamu melalui perubahan aturan kebersihan yang ditingkatkan dengan pemanfaatan teknologi,” ujar Bart Buiring, Chief Sales & Marketing Officer, Marriott International Asia Pacific dalam keterangan resminya yang diterima Hypeabis.id, Sabtu (18/9).
Menurutnya, saat perbatasan internasional kembali dibuka, pelanggan akan mencari acara-acara yang lebih intim dan koneksi yang muncul dari acara tersebut diharapkan bisa menjadi prioritas untuk menyatukan kembali koneksi yang hilang saat pandemi.
2. Interaksi sosial secara langsung akan lebih masif dari sebelumnya
Pandemi telah menimbulkan proses adopsi teknologi dan digitalisasi yang cepat di seluruh industri Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE).
Meskipun acara virtual telah menjadi standar penyelenggaraan acara di masa pandemi, sebuah riset mengungkapkan sebanyak 47% responden yang disurvei mengatakan bahwa lebih dari setengah acara mereka tahun depan akan berlangsung offline. Acara hybrid, yang menggabungkan interaksi langsung dengan kenyamanan digital, diharapkan menjadi format utama.
“Kita perlu mencapai keseimbangan antara teknologi, jangkauan, dan hubungan. Saat menyelenggarakan acara hybrid, platform bukanlah yang terpenting, melainkan hasil yang diinginkan dan nilai yang dibawa oleh hubungan manusia lah yang paling penting,” ujar Ramesh Daryanani, Vice President & Global Sales, Marriott International Asia Pacific.
3. Kesehatan adalah kemewahan baru
Pandemi memberi para wisatawan kesempatan untuk berpikir tentang wisata yang lebih baik. Wellness travel (pariwisata kesehatan), yang terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan individu, meningkatkan permintaan perjalanan anti-stres di akhir pekan, penginapan resort all-inclusive yang tersembunyi, retret spiritual, serta destinasi baru yang belum pernah ada sebelumnya. Pada tahun 2022, riset global web index (GWI) memperkirakan pendapatan pariwisata kesehatan global akan mencapai US$919 miliar.
Selain itu, menurut survei yang dilakukan oleh Marriott International, 3 dari 4 wisatawan yang disurvei menunjukkan keinginan bepergian untuk menghilangkan stres.
Ada juga permintaan yang lebih tinggi untuk slow travel, di mana orang melambat dengan hanya mengunjungi satu tempat saja untuk dapat meluangkan waktu, dan mengenal lokasi tujuan, lingkungan serta budayanya, daripada perjalanan singkat.
Dengan kondisi tersebut, para pemimpin industri harus beradaptasi dengan tren yang meningkat ini dan terus mengumpulkan pengalaman yang memenuhi permintaan pasar yang terus berubah.
Editor: Avicenna
Setidaknya hal itu yang dibahas dalam suatu panel diskusi virtual yang melibatkan lebih dari 1.100 profesional industri wisata seluruh Asia Pasifik bertajuk The Path Forward for Travel and Events belum lama ini.
Para panelis mengungkapkan beberapa tren dan permintaan untuk kegiatan rapat dan acara, perubahan kebijakan perjalanan bisnis, wisata mewah, serta perilaku konsumen di era pasca-pandemi seperti berikut ini.
1. Kebersihan jadi prioritas pelanggan
Selama berwisata atau melakukan perjalanan bisnis di masa pandemi, kebersihan menjadi prioritas utama bagi banyak orang. Harapan terhadap keselamatan dan kebersihan telah meningkat secara drastis sebagai bagian dari pengalaman para pelanggan seperti penerapan social distancing, pemakaian masker dan hand sanitizer.
“Seiring dengan upaya peningkatan pengalaman tamu yang terus kami lakukan, kami paham bahwa kebersihan masih menjadi perhatian utama bagi banyak orang. Kami berkomitmen untuk menjaga keamanan para tamu melalui perubahan aturan kebersihan yang ditingkatkan dengan pemanfaatan teknologi,” ujar Bart Buiring, Chief Sales & Marketing Officer, Marriott International Asia Pacific dalam keterangan resminya yang diterima Hypeabis.id, Sabtu (18/9).
Menurutnya, saat perbatasan internasional kembali dibuka, pelanggan akan mencari acara-acara yang lebih intim dan koneksi yang muncul dari acara tersebut diharapkan bisa menjadi prioritas untuk menyatukan kembali koneksi yang hilang saat pandemi.
Cuplikan diskusi The Path Forward for Travel and Events (Dok. Marriott International Asia Pacific)
Pandemi telah menimbulkan proses adopsi teknologi dan digitalisasi yang cepat di seluruh industri Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE).
Meskipun acara virtual telah menjadi standar penyelenggaraan acara di masa pandemi, sebuah riset mengungkapkan sebanyak 47% responden yang disurvei mengatakan bahwa lebih dari setengah acara mereka tahun depan akan berlangsung offline. Acara hybrid, yang menggabungkan interaksi langsung dengan kenyamanan digital, diharapkan menjadi format utama.
“Kita perlu mencapai keseimbangan antara teknologi, jangkauan, dan hubungan. Saat menyelenggarakan acara hybrid, platform bukanlah yang terpenting, melainkan hasil yang diinginkan dan nilai yang dibawa oleh hubungan manusia lah yang paling penting,” ujar Ramesh Daryanani, Vice President & Global Sales, Marriott International Asia Pacific.
3. Kesehatan adalah kemewahan baru
Pandemi memberi para wisatawan kesempatan untuk berpikir tentang wisata yang lebih baik. Wellness travel (pariwisata kesehatan), yang terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan individu, meningkatkan permintaan perjalanan anti-stres di akhir pekan, penginapan resort all-inclusive yang tersembunyi, retret spiritual, serta destinasi baru yang belum pernah ada sebelumnya. Pada tahun 2022, riset global web index (GWI) memperkirakan pendapatan pariwisata kesehatan global akan mencapai US$919 miliar.
Selain itu, menurut survei yang dilakukan oleh Marriott International, 3 dari 4 wisatawan yang disurvei menunjukkan keinginan bepergian untuk menghilangkan stres.
Ada juga permintaan yang lebih tinggi untuk slow travel, di mana orang melambat dengan hanya mengunjungi satu tempat saja untuk dapat meluangkan waktu, dan mengenal lokasi tujuan, lingkungan serta budayanya, daripada perjalanan singkat.
Dengan kondisi tersebut, para pemimpin industri harus beradaptasi dengan tren yang meningkat ini dan terus mengumpulkan pengalaman yang memenuhi permintaan pasar yang terus berubah.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.