Lebih Enak Kopi Merek Terkenal atau Pinggiran? Berikut Risetnya di Korea!
17 September 2021 |
11:15 WIB
Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan rasa kopi yang dijual di franchise kopi besar tidak selalu lebih enak daripada kopi yang dijual di kedai kecil atau kopi yang dijual dalam jumlah besar. Hasil tersebut didapat setelah tim peneliti di Departemen Ilmu Pangan Universitas Gyeongsang menganalisis karakteristik rasa dan aroma dari 10 sampel kopi.
Penelitian yang diterbitkan oleh Journal of the Korean Society of Food Service itu dilakukan menggunakan perangkat lidah dan hidung elektronik untuk mendapatkan hasil yang objektif. Lidah elektronik menganalisis rasa asam, gurih, pahit, asin, dan manis, sedangkan hidung elektronik menganalisis senyawa volatil yang terkandung pada kopi.
Kesepuluh sampel itu berasal dari tiga kedai kopi franchise besar, empat kedai kopi kecil, serta tiga kedai lainnya yang memasok kopi dalam jumlah besar.
Hasil analisis rasa dari lidah elektronik memberikan poin lebih tinggi pada kedai kopi kecil dan independen daripada kedai kopi franchise besar. Selain itu, hidung elektronik juga mendeteksi lebih banyak senyawa volatil (yang membentuk aroma) dalam kopi yang berasal dari kedai-kedai kopi kecil yang independen.
“Kopi dari kedai franchise yang disukai banyak konsumen Korea tidak terlalu baik dalam hal rasa atau aroma dibandingkan dengan kopi dari kedai non-franchise atau toko kopi curah. Mereka lebih dipengaruhi oleh citra dan preferensi merek, bukan dengan rasa atau aroma,” kata Ketua Tim Peneliti Profesor Shin Eui-cheol dikutip dari Korea Times, Jumat (17/9).
Hal itu juga didukung oleh beberapa hasil pencicipan kopi baik di Korea maupun luar negeri yang mengungkapkan bahwa kopi dengan harga tinggi tidak selalu menjamin rasa yang lebih baik.
Adapun, menurut survei tahun 2019 terhadap 1.031 konsumen oleh Korea Consumer Agency, para konsumen lebih mengutamakan aksesibilitas kedai kopi dengan hasil 49 persen yang mengatakan bahwa akses mudah adalah alasan mereka memilih kedai kopi tertentu.
Mereka yang mengutamakan rasa mencapai 24,7 persen, sedangkan sebanyak 8,2 persen mengatakan memilih kedai kopi tertentu karena alasan suasana tempatnya.
Editor: Avicenna
Penelitian yang diterbitkan oleh Journal of the Korean Society of Food Service itu dilakukan menggunakan perangkat lidah dan hidung elektronik untuk mendapatkan hasil yang objektif. Lidah elektronik menganalisis rasa asam, gurih, pahit, asin, dan manis, sedangkan hidung elektronik menganalisis senyawa volatil yang terkandung pada kopi.
Kesepuluh sampel itu berasal dari tiga kedai kopi franchise besar, empat kedai kopi kecil, serta tiga kedai lainnya yang memasok kopi dalam jumlah besar.
Ilustrasi orang meracik kopi (Dok. Tyler Nix/Unsplash)
“Kopi dari kedai franchise yang disukai banyak konsumen Korea tidak terlalu baik dalam hal rasa atau aroma dibandingkan dengan kopi dari kedai non-franchise atau toko kopi curah. Mereka lebih dipengaruhi oleh citra dan preferensi merek, bukan dengan rasa atau aroma,” kata Ketua Tim Peneliti Profesor Shin Eui-cheol dikutip dari Korea Times, Jumat (17/9).
Hal itu juga didukung oleh beberapa hasil pencicipan kopi baik di Korea maupun luar negeri yang mengungkapkan bahwa kopi dengan harga tinggi tidak selalu menjamin rasa yang lebih baik.
Adapun, menurut survei tahun 2019 terhadap 1.031 konsumen oleh Korea Consumer Agency, para konsumen lebih mengutamakan aksesibilitas kedai kopi dengan hasil 49 persen yang mengatakan bahwa akses mudah adalah alasan mereka memilih kedai kopi tertentu.
Mereka yang mengutamakan rasa mencapai 24,7 persen, sedangkan sebanyak 8,2 persen mengatakan memilih kedai kopi tertentu karena alasan suasana tempatnya.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.