Tanggapan LPDP Soal Kampus Top Dunia Tolak Penerima Beasiswa RI
11 July 2025 |
08:46 WIB
Beredar kabar bahwa beberapa kampus top dunia di luar negeri mulai menolak calon mahasiswa penerima beasiswa LPDP. Hal ini menjadi perbincangan setelah dosen sekaligus akademisi Anggun Gunawan membeberkan bahwa dirinya ditolak untuk studi doktoral di University of Amsterdam.
Baca juga: Simak 4 Hal yang Bikin Gagal Lolos Seleksi Administrasi LPDP 2025
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Dalam sebuah artikel opini yang ditulisnya di salah satu media online, dia mengungkap bahwa alasan kampus tujuannya menghentikan penerimaan mahasiswa S3 yang dibiayai oleh skema beasiswa dari luar negeri termasuk LPDP lantaran dinilai memberikan living allowance tidak memenuhi standar minimum biaya hidup di Belanda.
Dia juga menyebut bahwa penolakan tak hanya terjadi di University of Amsterdam, tetapi juga beberapa kampus ternama di Finlandia. Kampus-kampus tersebut memiliki kebijakan untuk memastikan bahwa para mahasiswa mereka punya pendanaan yang cukup untuk merampungkan studi, guna menghindari risiko di kemudian hari.
Baca juga: Cek Persyaratan Beasiswa LPDP 2025
Baca juga: Cek Persyaratan Beasiswa LPDP 2025
Merespons hal tersebut, Kepala Divisi Hukum dan Komunikasi LPDP M Lukmanul Hakim mengatakan pihaknya selalu memberikan perhatian pada kecukupan biaya studi mahasiswa penerima LPDP. Besaran living allowance yang diberikan kepada penerima beasiswa, paparnya, ditentukan berdasarkan kajian menyeluruh terhadap standar biaya hidup di masing-masing negara tujuan studi.
Dia memastikan, besaran living allowance yang diberikan LPDP selama ini cukup memadai. Berdasarkan catatannya, terdapat 799 mahasiswa LPDP yang sedang studi di Belanda, dan 105 orang lainnya segera berangkat ke negara tersebut. Adapun, di University of Amsterdam, terdapat 29 mahasiswa LPDP yang sedang studi, dan 2 orang yang akan segera memulai studi.
"LPDP beroperasi dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas tinggi. Setiap kebijakan yang kami ambil, termasuk penetapan besaran biaya hidup, didasarkan pada data dan kajian yang dapat dipertanggungjawabkan," katanya kepada Hypeabis.id, Jumat (10/7/2025).
Lukman menyampaikan pihaknya telah dan akan terus menjalin komunikasi aktif dengan berbagai institusi pendidikan tinggi di luar negeri, untuk memastikan bahwa skema pembiayaan yang ditawarkan LPDP dapat diterima dan sesuai dengan standar kampus-kampus tersebut.
"Kami terbuka terhadap masukan dan siap melakukan penyesuaian yang diperlukan, selama hal tersebut sejalan dengan prinsip akuntabilitas dan keberlanjutan dana pendidikan," imbuhnya.
Dia juga mengatakan jika terdapat kasus-kasus tertentu di mana terdapat ketidaksesuaian antara kebutuhan kampus tujuan dan skema pembiayaan LPDP, pihaknya mendorong penerima beasiswa untuk mengajukan permohonan penyesuaian atau mencari alternatif kampus yang tetap mendukung kerja sama dengan LPDP.
"Kami juga menyediakan mekanisme konsultasi dan pendampingan bagi calon penerima beasiswa agar mereka dapat merencanakan studi dengan lebih matang dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku," ujarnya.
Dia menambahkan pihaknya menyampaikan apresiasi atas perhatian dan masukan dari berbagai pihak terkait dinamika penerimaan mahasiswa Indonesia di kampus-kampus internasional, khususnya yang dibiayai melalui skema beasiswa LPDP.
"Kami memahami bahwa isu ini menyentuh harapan besar masyarakat terhadap keberlanjutan pendidikan tinggi yang berkualitas dan inklusif bagi putra-putri terbaik bangsa," katanya.
Kolaborasi Global
Lukman memaparkan bahwa LPDP terus melakukan upaya kemitraan dan berkolaborasi dengan kampus di luar negeri demi menciptakan ekosistem pendidikan global yang inklusif dan berkelanjutan. Ada beberapa kebijakan LPDP yang telah dilakukan dalam memperluas kesempatan studi dengan pembiayaan lebih efisien.
Pertama, mendorong diversifikasi atau pengalihan dari universitas/negara tujuan yang sudah banyak alumninya ke universitas/negara lain terutama dengan biaya yang lebih rendah, tapi tetap dengan kualitas dunia seperti negara-negara Eropa Daratan, Korea, Jepang, China, New Zealand, dan sebagainya.
Kedua, pengembangan Beasiswa Prioritas/Cofunding yakni secara rata-rata LPDP hanya membayar 50 persen dari total biaya kuliah mahasiswa. Sementara sisanya dibayar oleh mitra, baik pihak universitas maupun negara lain.
Ketiga, mendorong Beasiswa Parsial dimana pendaftar sudah menyatakan akan membiayai tuition fees atau living allowance-nya. Adapun, yang keempat ialah mendorong program Beasiswa Joint/Dual Degree sehingga lebih efektif dan efisien dalam penggunaan dana. Termasuk, melakukan kajian baruan universitas tujuan dalam dan luar negeri.
"LPDP memahami bahwa tantangan dalam dunia pendidikan tinggi global terus berkembang. Namun, kami tetap optimis bahwa dengan semangat kolaborasi, transparansi, dan komitmen terhadap kualitas, LPDP akan terus menjadi mitra strategis dalam mencetak generasi unggul Indonesia," kata Lukman.
Hingga saat ini, LPDP telah memberikan beasiswa kepada 55.435 orang dengan jenjang S2, S3 dan dokter spesialis baik di kampus dalam maupun luar negeri dimana 20.915 orang dalam status sedang menempuh studi.
Dari jumlah tersebut, terdapat 1.994 penerima beasiswa yang sedang menjalani studi di berbagai jenjang pada institusi pendidikan peringkat terbaik di seluruh dunia (top 25 universities). Selain itu, sebanyak 554 penerima beasiswa telah dinyatakan lolos seleksi dan akan segera memulai studi mereka di kampus-kampus top dunia dalam waktu dekat.
"Sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dana pendidikan dari pemerintah Indonesia, LPDP senantiasa berkomitmen untuk mendukung keberhasilan studi para penerima beasiswa, baik di dalam maupun luar negeri," kata Lukman.
Baca juga: Simak 4 Hal yang Bikin Gagal Lolos Seleksi Administrasi LPDP 2025
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.