Kapan Vaksin Booster Dibutuhkan? Simak Penjelasan Ilmuwan WHO Ini
15 September 2021 |
09:48 WIB
Kelompok ilmuwan internasional menilai dosis vaksin ketiga atau booster kurang tepat diberikan kepada masyarakat umum. Selain karena dosis pertama dan kedua masih sangat efektif dalam menghadapi Covid-19, hal ini juga menimbang ketersediaan vaksin yang merata dan adil untuk semua negara.
Dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet, para ilmuwan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika S (FDA) meninjau bukti dosis booster untuk orang Amerika, dan banyak negara lain termasuk Israel, Italia, Prancis, dan Rusia.
Hasilnya, dosis vaksinasi lengkap yakni pertama dan kedua ternyata 95 persen efektif mencegah gejala buruk atau parah dari varian Delta Alpha, serta 80 persen manjur untuk melindungi terhadap infeksi dari varian tersebut.
Para ilmuwan menambahkan meskipun vaksin kurang efektif melawan penyakit tanpa gejala atau penularan dari gejala yang parah, minoritas yang tidak divaksinasi masih menjadi pendorong utama penularan.
“Secara keseluruhan, penelitian yang tersedia saat ini tidak memberikan bukti yang kredibel tentang penurunan perlindungan yang substansial terhadap penyakit parah, yang merupakan tujuan utama vaksinasi," kata penulis utama Ana-Maria dari WHO.
Pekan lalu, CEO AstraZeneca Pascal Soriot juga mengatakan bahwa dosis ketiga vaksin Covid-19 mungkin tidak diperlukan untuk semua orang. Kepada Telegraph, dia menyatakan bahwa keputusan untuk menyuntikkan booster pada masyarakat umumm harus didasarkan pada data efektivitas klinis, bukan hanya pengukuran antibodi.
Sementara itu, WHO telah menyerukan perpanjangan moratorium global pada dosis booster Covid-19, dengan tujuan untuk memungkinkan setiap negara memvaksinasi setidaknya 40 persen dari populasinya.
Menurut WHO, secara global 5,5 miliar dosis vaksin telah diberikan, tetapi 80 persen didistribusikan ke negara-negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan bahwa dosis ketiga mungkin diperlukan untuk populasi yang paling berisiko, tetapi untuk saat ini pihaknya tidak ingin melihat meluasnya penggunaan booster untuk orang sehat yang telah divaksinasi penuh.
"Vaksin yang tersedia saat ini aman, efektif, dan menyelamatkan nyawa,” tegasnya.
Editor: Fajar Sidik
Dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet, para ilmuwan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika S (FDA) meninjau bukti dosis booster untuk orang Amerika, dan banyak negara lain termasuk Israel, Italia, Prancis, dan Rusia.
Hasilnya, dosis vaksinasi lengkap yakni pertama dan kedua ternyata 95 persen efektif mencegah gejala buruk atau parah dari varian Delta Alpha, serta 80 persen manjur untuk melindungi terhadap infeksi dari varian tersebut.
Para ilmuwan menambahkan meskipun vaksin kurang efektif melawan penyakit tanpa gejala atau penularan dari gejala yang parah, minoritas yang tidak divaksinasi masih menjadi pendorong utama penularan.
“Secara keseluruhan, penelitian yang tersedia saat ini tidak memberikan bukti yang kredibel tentang penurunan perlindungan yang substansial terhadap penyakit parah, yang merupakan tujuan utama vaksinasi," kata penulis utama Ana-Maria dari WHO.
Pekan lalu, CEO AstraZeneca Pascal Soriot juga mengatakan bahwa dosis ketiga vaksin Covid-19 mungkin tidak diperlukan untuk semua orang. Kepada Telegraph, dia menyatakan bahwa keputusan untuk menyuntikkan booster pada masyarakat umumm harus didasarkan pada data efektivitas klinis, bukan hanya pengukuran antibodi.
Sementara itu, WHO telah menyerukan perpanjangan moratorium global pada dosis booster Covid-19, dengan tujuan untuk memungkinkan setiap negara memvaksinasi setidaknya 40 persen dari populasinya.
Menurut WHO, secara global 5,5 miliar dosis vaksin telah diberikan, tetapi 80 persen didistribusikan ke negara-negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan bahwa dosis ketiga mungkin diperlukan untuk populasi yang paling berisiko, tetapi untuk saat ini pihaknya tidak ingin melihat meluasnya penggunaan booster untuk orang sehat yang telah divaksinasi penuh.
"Vaksin yang tersedia saat ini aman, efektif, dan menyelamatkan nyawa,” tegasnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.