Sinopsis Film Jodoh 3 Bujang yang Tayang 26 Juni 2025, Angkat Tradisi Nikah Kembar
15 June 2025 |
20:53 WIB
Menikah merupakan momen sakral bagi pasangan yang telah menjalin hubungan serius dan berkomitmen. Namun realitanya, prosesi pernikahan sering kali tidak semudah yang dibayangkan karena adanya tekanan adat dan tradisi, serta keinginan untuk memenuhi harapan keluarga besar.
Di Makassar, untuk menyiasati tingginya biaya pernikahan, orangtua calon pengantin kerap memilih konsep nikah kembar, yaitu menikah bersamaan dengan pasangan lain dalam satu acara demi efisiensi biaya. Lantas, bagaimana jika praktik nikah kembar ini diangkat menjadi sebuah film?
Baca juga: Festival Film Indonesia 2025 Umumkan Tema Baru Tanpa Logo BPI, Ada Apa?
Jawabannya hadir dalam film komedi romantis terbaru dari Starvision dan Rhaya Flicks berjudul Jodoh 3 Bujang. Tayang mulai 26 Juni 2025 di bioskop Indonesia, film arahan sutradara Arfan Sabran itu mengisahkan perjalanan tiga bujang bersaudara dalam menghadapi tuntutan menikah kembar yang diminta oleh sang ayah.
Berkisah tentang Fadly (Jourdy Pranata), Kifly (Christoffer Nelwan), dan Ahmad (Rey Bong), tiga saudara laki-laki yang diminta orangtua mereka untuk melangsungkan nikah kembar karena keterbatasan dana demi memenuhi tuntutan adat.
Namun, menjelang hari pernikahan, calon istri Fadly tiba-tiba dijodohkan dengan pria lain yang lebih mapan oleh orang tuanya. Fadly pun harus segera mencari pengganti sebelum waktu habis, atau rencana nikah kembar mereka terancam gagal!
Cerita dalam film ini diangkat dari kejadian nyata. Sutradara sekaligus penulis skenario, Arfan Sabran, yang bekerja sama dengan Erwin Wu dan Alwi Shihab, menjelaskan bahwa tokoh tiga bujang dalam cerita benar-benar ada. Awalnya, proyek ini berasal dari pitching forum bernama Akatara pada 2019.
“Saat di Akatara, kami membawa proyek dokumenter. Kami merekam karakter tiga bujang yang juga namanya sama seperti di film, Fadly, Kifly, dan Ahmad,” ujar Arfan Sabran, penulis sekaligus sutradara film Jodoh 3 Bujang.
Lebih lanjut dia memaparkan, Starvision kemudian menawarkan untuk membuatnya menjadi film. Pak Chand Parwez memberinya dukungan untuk menyutradarai film ini.
"Di film Jodoh 3 Bujang, di credit title nanti juga ada sosok asli dari tiga bujang yang menginspirasi film ini,” lanjut Arfan.
Adapun dalam karya filmnya, Arfan menyampaikan isu-isu serius melalui pendekatan komedi. Salah satu hal yang diangkat adalah uang panai, yang merupakan syarat penting dalam pernikahan adat Bugis-Makassar, namun kini telah mengalami pergeseran makna.
“Di era flexing ini, uang panai kini bergeser maknanya. Nikah kembar menjadi solusi tekanan ekonomi yang ada di Makassar. Semoga hasilnya bisa memuaskan semua penonton dan menjadi kekayaan dari film nasional,” lanjut Arfan.
Sementara itu, Chand Parwez Servia selaku produser Jodoh 3 Bujang menambahkan, bahwa cerita ini sudah membuatnya tertarik sejak 2019. Ada hal yang ingin dia suguhkan ke seluruh masyarakat Indonesia dalam medium film, mengenai nikah kembar yang bukan hanya tradisi tapi makna dan hal-hal terkait di baliknya.
"Bukan saja karena nikah kembarnya yang menarik. Tapi juga ada muatan esensial yang perlu dibawa ke sinema Indonesia, bagaimana perjodohan dipertaruhkan sebagai nama baik keluarga, dan mempertanyakan esensi jodoh pilihan sekali seumur hidup,” pungkasnya.
Baca juga: Jadwal Lengkap Pemutaran Film di Europe on Screen 2025
Di Makassar, untuk menyiasati tingginya biaya pernikahan, orangtua calon pengantin kerap memilih konsep nikah kembar, yaitu menikah bersamaan dengan pasangan lain dalam satu acara demi efisiensi biaya. Lantas, bagaimana jika praktik nikah kembar ini diangkat menjadi sebuah film?
Baca juga: Festival Film Indonesia 2025 Umumkan Tema Baru Tanpa Logo BPI, Ada Apa?
Jawabannya hadir dalam film komedi romantis terbaru dari Starvision dan Rhaya Flicks berjudul Jodoh 3 Bujang. Tayang mulai 26 Juni 2025 di bioskop Indonesia, film arahan sutradara Arfan Sabran itu mengisahkan perjalanan tiga bujang bersaudara dalam menghadapi tuntutan menikah kembar yang diminta oleh sang ayah.
Berkisah tentang Fadly (Jourdy Pranata), Kifly (Christoffer Nelwan), dan Ahmad (Rey Bong), tiga saudara laki-laki yang diminta orangtua mereka untuk melangsungkan nikah kembar karena keterbatasan dana demi memenuhi tuntutan adat.
Namun, menjelang hari pernikahan, calon istri Fadly tiba-tiba dijodohkan dengan pria lain yang lebih mapan oleh orang tuanya. Fadly pun harus segera mencari pengganti sebelum waktu habis, atau rencana nikah kembar mereka terancam gagal!
Cerita dalam film ini diangkat dari kejadian nyata. Sutradara sekaligus penulis skenario, Arfan Sabran, yang bekerja sama dengan Erwin Wu dan Alwi Shihab, menjelaskan bahwa tokoh tiga bujang dalam cerita benar-benar ada. Awalnya, proyek ini berasal dari pitching forum bernama Akatara pada 2019.
“Saat di Akatara, kami membawa proyek dokumenter. Kami merekam karakter tiga bujang yang juga namanya sama seperti di film, Fadly, Kifly, dan Ahmad,” ujar Arfan Sabran, penulis sekaligus sutradara film Jodoh 3 Bujang.
Lebih lanjut dia memaparkan, Starvision kemudian menawarkan untuk membuatnya menjadi film. Pak Chand Parwez memberinya dukungan untuk menyutradarai film ini.
"Di film Jodoh 3 Bujang, di credit title nanti juga ada sosok asli dari tiga bujang yang menginspirasi film ini,” lanjut Arfan.
Adapun dalam karya filmnya, Arfan menyampaikan isu-isu serius melalui pendekatan komedi. Salah satu hal yang diangkat adalah uang panai, yang merupakan syarat penting dalam pernikahan adat Bugis-Makassar, namun kini telah mengalami pergeseran makna.
“Di era flexing ini, uang panai kini bergeser maknanya. Nikah kembar menjadi solusi tekanan ekonomi yang ada di Makassar. Semoga hasilnya bisa memuaskan semua penonton dan menjadi kekayaan dari film nasional,” lanjut Arfan.
Sementara itu, Chand Parwez Servia selaku produser Jodoh 3 Bujang menambahkan, bahwa cerita ini sudah membuatnya tertarik sejak 2019. Ada hal yang ingin dia suguhkan ke seluruh masyarakat Indonesia dalam medium film, mengenai nikah kembar yang bukan hanya tradisi tapi makna dan hal-hal terkait di baliknya.
"Bukan saja karena nikah kembarnya yang menarik. Tapi juga ada muatan esensial yang perlu dibawa ke sinema Indonesia, bagaimana perjodohan dipertaruhkan sebagai nama baik keluarga, dan mempertanyakan esensi jodoh pilihan sekali seumur hidup,” pungkasnya.
Baca juga: Jadwal Lengkap Pemutaran Film di Europe on Screen 2025
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.