Sejarawan JJ Rizal (Paling kanan) (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

JJ Rizal: Menyongsong 500 Tahun Jakarta dengan Memahami Sejarah untuk Modal Masa Depan

15 June 2025   |   10:30 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Sejarawan JJ Rizal menekankan pentingnya memahami sejarah Jakarta sebagai bekal utama menyongsung usia 500 tahun kota ini. Dalam paparannya di Jakarta Future Festival, dia menegaskan bahwa sejarah bukan sekadar masa lalu, melainkan fondasi membangun masa depan.

Memasuki fase penting perkembangan kota, JJ Rizal mengajak seluruh publik dan pemangku kebijakan untuk kembali ke akar identitas kota. Tidak hanya dari segi administratis atau simbolis, melainkan dari lapisan-lapisan historis yang membentuk kota ini.

“Kalau kita runut, Jakarta itu berawal dari masyarakat sungai,” ungkap JJ Rizal di Taman Ismail Marzuki, Sabtu (15/6/2025).

Baca juga: JJ Rizal Soroti Upaya Penghilangan Sebagian Peristiwa 1998 dari Buku Sejarah Nasional Indonesia

Dia menjelaskan bahwa situs-situs tertua di Jakarta banyak ditemukan di sepanjang aliran sungai. Sungai-sungai ini kemudian membentuk kehidupan sosial dan budaya masyarakat Betawi pada masa lalu.

Ciri identitas itu, lanjutnya, masih terlihat sampai saat ini. Menurutnya, tradisi membawa rati biaya dalam upacara pernikahan Betawi merupakan simbol bahwa ada hubungan luhur antara mereka dengan sungai.

“Di kuliner, kita juga kenal gabung pucung, yang merefleksikan kedekatan masyarakat dengan ekosistem air. Ya, walau lebih mudah menemukan kuntilanak sekarang daripada gabus, karena muara makin habis,” imbuhnya.

Dari masyarakat sungai, Jakarta terus berkembang menjadi masyarakat bandar atau dagang. Kota ini kemudian mulai dikenal sebgaia Jayakarta, meski sebenarnya ada nama yang lebih dulu, yakni Yen Cen atau Kelapa, oleh pendatang dari China.

Namun, setelah itu, datang pula Portugis. Mereka kemudian menyebutnya Sunda Kelapa. Dalam konteks ini, Rizal ingin menunjukkan bahwa Jakarta bukan sekadar kota bisnis belaka, melainkan kota bisnis internasional.

Hubungan dagang dengan bangsa Portugis bahkan memicu keterlibatan dari Kesultanan Demak yang dipimpin Prabu Trenggono. Di sinilah, menurut Rizal, Jakarta mengalami peristiwa penting sebagai tempat lahirnya salah satu perjanjian internasional pertama di wilayah Nusantara.

Perubahan besar kembali di Jakarta setelah VOC datang dan menjadikannya kota Batavia. Menurut Rizal, VOC pada mulanya ingin menjadikan kota ini sebagai ‘kota kulit putih’. Namun, karena satu dan lain hal, hal itu tak terjadi.

Karena berbagai kendala, mereka justru membuka kota ini bagi berbagai etnis Nusantara untuk sama-sama menjalankan kota. Dari sinilah, kemudian muncul kampung-kampung etnik, dari Kampung Bugis, Kampung Ambon, Kampung Banda, Kampung Makassar, dan banyak lainnya.

Hal menariknya, kata Rizal, meski kampung-kampung ini secara spesifik menunjukkan identitas, ketika dibedah sebenarnya tidak demikian. Justru, di dalam kampung-kampung etnik ini terjadi kawin-mawin budaya yang intens.

Jakarta pun tumbuh bukan hanya sebagai kota multikultural, tetapi interkultural. Berbagai kelompok menyumbang budaya terbaiknya dan membentuk budaya baru bersama.

“Misalnya, di sini kan ada Tanjidor. Kesenian ini banyak terinspirasi dari musik Eropa, terutama dalam penggunaan alat musik tiup. Kemudian, di sini juga ada gambang kromong sampai keroncong,” jelasnya.

Rizal kemudian menambahkan satu sejarah lain dari Jakarta. Kota ini, katanya, juga pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan. Dia menyinggung tokoh Georg Eberhard Rumphius, ilmuwan asal Jerman yang menghasilkan Herbarium Amboinense, salah satu karya ilmiah paling penting dari masa kolonial.

Meski mengalami berbagai musibah, termasuk gempa dan banjir, naskah Rumphius berhasil diselamatkan oleh komunitas intelektual yang peduli pada sains, termasuk tokoh-tokoh seperti Cornelis Chastelein dan Gubernur Jenderal Camphuys.

Dia menyebut peristiwa ini menjadi bukti bahwa dukungan dan kesadaran kepedulian terhadap ilmu pengetahuan di kota ini sudah ada sejak abad ke-17. Jakarta, katanya, telah memiliki simpul-simpul aktivitas keilmuan yang signifikan.

Kemudian, di kota ini juga berdiri Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, sebuah lembaga yang didirikan untuk mendorong kemajuan penelitian di bidang seni dan ilmu pengetahuan, sekaligus berperan dalam menghimpun serta merawat berbagai artefak budaya dan temuan ilmiah.

JJ Rizal menggarisbawahi bahwa menyongsong 500 tahun Jakarta tidak bisa hanya dilakukan dengan pembangunan fisik atau selebrasi semata. Menurtunya, perlu ada kesadaran dan penghormatan terhadap warisan sejarah Jakarta yang kompleks, yakni sebagai kota sungai dan kota biru-hijau, kota dagang, serta kota sains yang membuka ruang bagi pengetahuan.

“Enggak mungkin kita ke masa depan kalau kita tidak menghormati dan memberi ruang pada sains,” tegasnya.

Dengan menjadikan sejarah sebagai modal besar, Jakarta punya peluang untuk tidak hanya merayakan usia ke-500 tahun sebagai peringatan, tetapi juga momentum strategis untuk membangun kota yang lebih manusiawi, berakar, dan berdaya saing global.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

SEBELUMNYA

Sutradara Pasha Prakasa Cerita Soal Kejutan & Persiapan Musikal Keluarga Cemara 2025

BERIKUTNYA

Musisi Muda Gustiwiw Meninggal Dunia, Rekan Sejawat Kenang Sosok Jenius dan Tulus

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: