Indonesia Pindah Region WHO ke Pasifik Barat, Apa Dampaknya?
07 June 2025 |
06:43 WIB
Indonesia resmi berpindah kawasan keanggotaan dalam struktur Badan Kesehatan Dunia (WHO). Sebelumnya, Indonesia tergabung dalam kawasan Asia Tenggara atau South-East Asia Region (SEARO). Namun kini, Indonesia telah menjadi bagian dari kawasan Pasifik Barat atau Western Pacific Region (WPRO).
Keputusan ini disahkan secara konsensus dalam Sidang World Health Assembly (WHA) ke-78 yang digelar di Jenewa, Swiss, pada (23/5/2025). Namun kini, transisinya masih dilakukan secara bertahap.
Langkah strategis ini sejatinya telah diupayakan sejak Mei 2002 lalu. Namun akhirnya, Indonesia mendapatkan persetujuan penuh tahun ini. Perpindahan ini dilandasi oleh pertimbangan geografis dan kesamaan isu kesehatan.
Baca juga: Karakteristik dan Gejala Varian Baru Covid-19 NB.1.8.1 yang Dideteksi WHO
Dalam sidang tersebut, diputuskan bahwa Indonesia dinilai lebih dekat secara geografis dengan negara-negara di kawasan Pasifik Barat dibanding Asia Pasifik. Selain itu, Indonesia juga disebut memiliki tantangan dan prioritas kesehatan yang serupa.
Negara-negara yang tergabung dalam WPRO ini antara lain Malaysia, Singapura, China, Jepang, Australia, Korea Selatan, dan berbagai negara kepulauan di wilayah Pasifik. Dengan bergabung ke dalam kawasan ini, Indonesia membuka pintu untuk kolaborasi yang lebih erat baik dalam hal penguatan sistem kesehatan, pertukaran pengetahuan, hingga inovasi medis.
Melansir keterangan Kemenkes RI, perpindahan keanggotaan ini membawa sejumlah manfaat strategis bagi Indonesia. Pertama, kolaborasi kesehatan regional akan makin kuat dengan negara-negara di Pasifik Barat. Dengan menjadi bagian dari wilayah Pasifik Barat, Indonesia dapat membangun kerja sama yang lebih erat dengan negara-negara tetangga seperti Jepang, Korea Selatan, Australia, dan negara-negara Pasifik lainnya.
Kolaborasi ini mencakup pertukaran pengetahuan, teknologi, serta pelatihan tenaga kesehatan yang lebih intensif dan relevan dengan tantangan geografis serta epidemiologis yang mirip.
Kedua, Indonesia mendapatkan akses lebih luas terhadap inovasi dan sumber daya kesehatan global. Wilayah Pasifik Barat dikenal memiliki jaringan riset yang kuat serta investasi besar dalam teknologi kesehatan.
Dengan bergabung dalam kelompok ini, Indonesia bisa mengakses berbagai inovasi dalam sistem pelayanan kesehatan, vaksin, teknologi medis, dan strategi penanggulangan penyakit yang lebih mutakhir.
Ketiga, penguatan sistem surveilans dan respons terhadap penyakit lintas batas dapat dilakukan secara lebih efektif. Perpindahan ini memungkinkan Indonesia untuk lebih terintegrasi dalam sistem peringatan dini, pelaporan cepat, dan koordinasi lintas negara dalam merespons wabah dan penyakit menular lintas batas.
Ini mendorong wilayah Pasifik Barat memiliki mekanisme kerja sama yang mapan dalam mengatasi risiko kesehatan bersama, sehingga negara-negaranya dapat meningkatkan kapasitas mitigasi krisis kesehatan.
Baca juga: WHO Imbau Dunia Tetap Waspada Penyebaran Covid-19 dan Perkuat Vaksinasi
Keempat, penanganan penyakit menular dan tidak menular diharapkan makin solid dengan akses praktik dan panduan teknis yang dapat memperkuat pendekatan dalam menangani penyakit. Misalnya menular seperti TBC dan HIV, serta penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan kanker.
Kelima, langkah ini turut mendorong percepatan pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs) di bidang kesehatan. Salah satunya untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan yang baik.
Keputusan ini disahkan secara konsensus dalam Sidang World Health Assembly (WHA) ke-78 yang digelar di Jenewa, Swiss, pada (23/5/2025). Namun kini, transisinya masih dilakukan secara bertahap.
Langkah strategis ini sejatinya telah diupayakan sejak Mei 2002 lalu. Namun akhirnya, Indonesia mendapatkan persetujuan penuh tahun ini. Perpindahan ini dilandasi oleh pertimbangan geografis dan kesamaan isu kesehatan.
Baca juga: Karakteristik dan Gejala Varian Baru Covid-19 NB.1.8.1 yang Dideteksi WHO
Dalam sidang tersebut, diputuskan bahwa Indonesia dinilai lebih dekat secara geografis dengan negara-negara di kawasan Pasifik Barat dibanding Asia Pasifik. Selain itu, Indonesia juga disebut memiliki tantangan dan prioritas kesehatan yang serupa.
Negara-negara yang tergabung dalam WPRO ini antara lain Malaysia, Singapura, China, Jepang, Australia, Korea Selatan, dan berbagai negara kepulauan di wilayah Pasifik. Dengan bergabung ke dalam kawasan ini, Indonesia membuka pintu untuk kolaborasi yang lebih erat baik dalam hal penguatan sistem kesehatan, pertukaran pengetahuan, hingga inovasi medis.
Melansir keterangan Kemenkes RI, perpindahan keanggotaan ini membawa sejumlah manfaat strategis bagi Indonesia. Pertama, kolaborasi kesehatan regional akan makin kuat dengan negara-negara di Pasifik Barat. Dengan menjadi bagian dari wilayah Pasifik Barat, Indonesia dapat membangun kerja sama yang lebih erat dengan negara-negara tetangga seperti Jepang, Korea Selatan, Australia, dan negara-negara Pasifik lainnya.
Kolaborasi ini mencakup pertukaran pengetahuan, teknologi, serta pelatihan tenaga kesehatan yang lebih intensif dan relevan dengan tantangan geografis serta epidemiologis yang mirip.
Kedua, Indonesia mendapatkan akses lebih luas terhadap inovasi dan sumber daya kesehatan global. Wilayah Pasifik Barat dikenal memiliki jaringan riset yang kuat serta investasi besar dalam teknologi kesehatan.
Dengan bergabung dalam kelompok ini, Indonesia bisa mengakses berbagai inovasi dalam sistem pelayanan kesehatan, vaksin, teknologi medis, dan strategi penanggulangan penyakit yang lebih mutakhir.
Ketiga, penguatan sistem surveilans dan respons terhadap penyakit lintas batas dapat dilakukan secara lebih efektif. Perpindahan ini memungkinkan Indonesia untuk lebih terintegrasi dalam sistem peringatan dini, pelaporan cepat, dan koordinasi lintas negara dalam merespons wabah dan penyakit menular lintas batas.
Ini mendorong wilayah Pasifik Barat memiliki mekanisme kerja sama yang mapan dalam mengatasi risiko kesehatan bersama, sehingga negara-negaranya dapat meningkatkan kapasitas mitigasi krisis kesehatan.
Baca juga: WHO Imbau Dunia Tetap Waspada Penyebaran Covid-19 dan Perkuat Vaksinasi
Keempat, penanganan penyakit menular dan tidak menular diharapkan makin solid dengan akses praktik dan panduan teknis yang dapat memperkuat pendekatan dalam menangani penyakit. Misalnya menular seperti TBC dan HIV, serta penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan kanker.
Kelima, langkah ini turut mendorong percepatan pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs) di bidang kesehatan. Salah satunya untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan yang baik.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.