Review Film: Potret Pahit Cinta dan Luka Diaspora di Sampai Jumpa, Selamat Tinggal
04 June 2025 |
14:59 WIB
Dengan kemasan kisah cinta antarmanusia, film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal mengungkap alasan seseorang memilih tinggal di negara orang dan melepas masa lalu yang dimiliki, terjebak dalam kondisi yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Mereka rela menjalani berbagai hal yang jauh dari kata aman dan nyaman.
Berbicara tentang Korea Selatan, ingatan banyak orang tentu akan langsung tertuju ke kisah drama atau film percintaan yang manis dengan sisi romantis yang begitu cerah. Memori kolektif banyak orang tersebut akan langsung terpatahkan ketika menyaksikan film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal.
Film ini mampu menyajikan sisi lain dari Korea Selatan yang jauh dari yang digambarkan selama ini karena membawa bagian gelap dan sunyi dari negara tersebut. Romantisme dan sisi manis yang diungkap dalam film ini tersaji dalam cara yang berbeda.
Baca juga: Ini Alasan Warna Hitam Dominan Dalam Film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal
Cerita yang disampaikan oleh para sineas Sampai Jumpa, Selamat Tinggal cukup sederhana sehingga tidak perlu berpikir keras untuk memahaminya. Namun, di balik kesederhanaan cerita itu, ada pesan yang tidak begitu sederhana tentang banyak hal.
Seorang wanita bernama Wyn (Putri Marino) pergi ke Korea Selatan mencari kekasihnya yang menghilang begitu saja. Tidak ada ucapan putus atau selamat tinggal dari sang kekasih. Keadaan ini membuat sang wanita ingin mencari kejelasan. Dia nekat dan bertekad kuat mencari sang pacar ke negara yang jauh dan hanya bermodal sedikit informasi.
Dalam prosesnya, dia bertemu pekerja yang juga berasal dari negara yang sama. Keduanya berinteraksi lantaran sang wanita perlu bantuan. Interaksi yang terjadi menimbulkan benih rasa di dalam hati sang pria, mengobati luka yang sudah lama menganga.
Namun, semua tidak berjalan baik, sehingga konflik tercipta. Di sisi lain, sang wanita yang menemukan pasangan juga mengalami konflik. Di titik ini, alur cerita memasuki puncak sampai akhirnya semua selesai.
Kekasih yang dicari tetap pergi dan menghilang. Sementara itu, pria yang ditemui di tengah jalan pun tidak bisa bersama. Sang wanita harus kembali dengan tangan hampa dan berharap bertemu kembali dengan pria baru yang ditemui di negara orang.
Di balik proses pencarian dan kisah percintaan tersebut, Genhype akan diajak untuk memahami kerasnya kehidupan di negara orang dan alasan yang mungkin tidak pernah terpikirkan di balik kepergian individu dari tempat kelahirannya.
Selama ini, kita akan selalu berpikir bahwa alasan utama banyak orang ke luar negeri adalah untuk mencari uang demi keluarga atau menempuh pendidikan. Dalam film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal, ternyata ada alasan lain – yakni menghilang dan melupakan masa lalu.
Lewat karakter Rey (Jerome Kurnia) dan Dani (Jourdy Pranata), kita akan memahami bahwa ada orang yang memilih pergi dan menghilang untuk mengobati luka. Karakter Dani sampai mengganti identitas, sehingga bernama Reno. Dia membuang banyak hal tentang dirinya yang datang dari masa lalu.
Dani berada di Korea Selatan untuk sementara waktu sambil menunggu penempatan di negara lain – secara ilegal. Adapun Rey, pergi ke Korea Selatan untuk mengobati luka hati setelah sang istri pergi untuk selama-lamanya. Keduanya memiliki kesamaan bekerja dengan cara ilegal di Korea Selatan.
Tidak hanya itu, kita juga dapat menemukan bahwa ada orang-orang yang hangat dan bersahabat lewat karakter bernama Anto (Kiki Narendra). Karakter ini akan selalu siap membantu dan mengingatkan individu yang senegara ketika datang ke negeri orang.
Dia tidak ingin orang yang berasal dari negara yang sama mengalami kejadian tidak mengenakan ketika berada di negara lain. Ketulusan seorang sahabat dapat dirasakan oleh penonton lewat karakter ini.
Di film ini, Genhype juga dapat mengetahui bahwa ada orang-orang dari negara sama yang menjadi bos mafia lewat karakter Vanya (Lutesha). Mereka menyalurkan tenaga kerja yang berasal dari Indonesia ke sejumlah pencari tenaga kerja secara ilegal.
Dalam ceritanya, karakter Wyn yang diperankan oleh Putri Marino menjadi pengantar ke banyak hal tentang kehidupan masyarakat Indonesia yang pergi jauh dari rumah hingga ke Korea Selatan dan harus mengalami banyak hal.
Alur cerita dalam film ini cukup datar dengan ritme yang lambat. Riak yang ada hanya sesekali dan lebih banyak dalam bentuk dialog. Ya, film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal menitikberatkan keunggulannya lewat percakapan antara pemeran.
Selain itu, dialog yang tercipta juga begitu kuat dalam bentuk ekspresi para pemerannya. Kita akan diajak untuk menangkap percakapan dalam tatapan emosi diam para karakter utama. Selain bahasa Korea Selatan dan Indonesia, percakapan dengan bahasa daerah juga menjadikan film ini begitu kaya.
Di antara semua yang ada, visual Sampai Jumpa, Selamat Tinggal adalah yang paling menonjol. Film ini menyajikan gambar yang apik, baik dalam komposisi maupun sudut pengambilan. Penonton akan mendapatkan suguhan menarik gambar suasana kota yang dark, sunyi, dan begitu kesepian.
Gambar-gambar kota itu seolah berbicara tentang kesedihan dan kesendiran yang ingin disampaikan dalam film. Emosi dalam sajian visual suasana kota itu juga didukung oleh kostum yang digunakan oleh para pemain yang dominan berwarna gelap.
Di sisi lain, film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal memiliki beberapa catatan. Pertama adalah tentang latar belakang masalah setiap karakter yang begitu kurang detail. Tidak ada alasan yang jelas hingga akhirnya Dani pergi. Keduanya memang pernah memiliki adegan pertengkaran yang mengungkap alasan sang pria berada di Korea Selatan. Namun, itu terasa kurang.
Latar belakang ini menjadi penting karena cerita bermula dari pencarian Dani oleh Wyn. Penonton juga tidak pernah tahu siapa Wyn dan juga Dani. Apakah keduanya berasal dari keluarga biasa atau justru dari keluarga yang tidak biasa.
Tidak hanya itu, ada banyak pertanyaan yang belum terjawab terkait dengan karakter Rey meskipun film ini jelas menunjukkan salah satu luka yang membuatnya pergi ke Korea Selatan adalah kepergian sang istri untuk selama-lamanya.
Eksplorasi tentang Rey yang begitu minim dan terbatas juga membuat cerita terasa kurang menggigit. Isu tentang pekerja imigran yang diangkat dalam film ini begitu menarik. Namun, sayangnya, baru sebatas permukaan.
Padahal, pada bagian-bagian awal, penonton dapat mendengar bagaimana kekejaman Vanya terhadap para pekerja migran yang tidak manusiawi. Dia menganggap para pekerja hanya barang dengan ketiadaan kontrak kerja yang jelas.
Konflik yang ada terkait Vanya dalam film lebih kepada percintaan. Rasa cemburu Vanya terhadap kedekatan Rey dan Wyn yang membuat Dani marah. Selain itu, keputusan Rey yang akhirnya menerima pekerjaan yang ditawarkan oleh Vanya.
Film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal tayang di bioskop mulai 5 Juni 2025.
Baca juga: Produser Sampai Jumpa, Selamat Tinggal Ungkap Alasan Memilih Syuting di Korea Selatan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Berbicara tentang Korea Selatan, ingatan banyak orang tentu akan langsung tertuju ke kisah drama atau film percintaan yang manis dengan sisi romantis yang begitu cerah. Memori kolektif banyak orang tersebut akan langsung terpatahkan ketika menyaksikan film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal.
Film ini mampu menyajikan sisi lain dari Korea Selatan yang jauh dari yang digambarkan selama ini karena membawa bagian gelap dan sunyi dari negara tersebut. Romantisme dan sisi manis yang diungkap dalam film ini tersaji dalam cara yang berbeda.
Baca juga: Ini Alasan Warna Hitam Dominan Dalam Film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal
Cerita yang disampaikan oleh para sineas Sampai Jumpa, Selamat Tinggal cukup sederhana sehingga tidak perlu berpikir keras untuk memahaminya. Namun, di balik kesederhanaan cerita itu, ada pesan yang tidak begitu sederhana tentang banyak hal.
Sampai Jumpa, Selamat Tinggal (Sumber gambar: Adhya Pictures & Relate Films)
Dalam prosesnya, dia bertemu pekerja yang juga berasal dari negara yang sama. Keduanya berinteraksi lantaran sang wanita perlu bantuan. Interaksi yang terjadi menimbulkan benih rasa di dalam hati sang pria, mengobati luka yang sudah lama menganga.
Namun, semua tidak berjalan baik, sehingga konflik tercipta. Di sisi lain, sang wanita yang menemukan pasangan juga mengalami konflik. Di titik ini, alur cerita memasuki puncak sampai akhirnya semua selesai.
Kekasih yang dicari tetap pergi dan menghilang. Sementara itu, pria yang ditemui di tengah jalan pun tidak bisa bersama. Sang wanita harus kembali dengan tangan hampa dan berharap bertemu kembali dengan pria baru yang ditemui di negara orang.
Di balik proses pencarian dan kisah percintaan tersebut, Genhype akan diajak untuk memahami kerasnya kehidupan di negara orang dan alasan yang mungkin tidak pernah terpikirkan di balik kepergian individu dari tempat kelahirannya.
Selama ini, kita akan selalu berpikir bahwa alasan utama banyak orang ke luar negeri adalah untuk mencari uang demi keluarga atau menempuh pendidikan. Dalam film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal, ternyata ada alasan lain – yakni menghilang dan melupakan masa lalu.
Lewat karakter Rey (Jerome Kurnia) dan Dani (Jourdy Pranata), kita akan memahami bahwa ada orang yang memilih pergi dan menghilang untuk mengobati luka. Karakter Dani sampai mengganti identitas, sehingga bernama Reno. Dia membuang banyak hal tentang dirinya yang datang dari masa lalu.
Dani berada di Korea Selatan untuk sementara waktu sambil menunggu penempatan di negara lain – secara ilegal. Adapun Rey, pergi ke Korea Selatan untuk mengobati luka hati setelah sang istri pergi untuk selama-lamanya. Keduanya memiliki kesamaan bekerja dengan cara ilegal di Korea Selatan.
Tidak hanya itu, kita juga dapat menemukan bahwa ada orang-orang yang hangat dan bersahabat lewat karakter bernama Anto (Kiki Narendra). Karakter ini akan selalu siap membantu dan mengingatkan individu yang senegara ketika datang ke negeri orang.
Dia tidak ingin orang yang berasal dari negara yang sama mengalami kejadian tidak mengenakan ketika berada di negara lain. Ketulusan seorang sahabat dapat dirasakan oleh penonton lewat karakter ini.
Lutesha di film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal. (Sumber foto: Adhya Pictures & Relate Films)
Dalam ceritanya, karakter Wyn yang diperankan oleh Putri Marino menjadi pengantar ke banyak hal tentang kehidupan masyarakat Indonesia yang pergi jauh dari rumah hingga ke Korea Selatan dan harus mengalami banyak hal.
Alur cerita dalam film ini cukup datar dengan ritme yang lambat. Riak yang ada hanya sesekali dan lebih banyak dalam bentuk dialog. Ya, film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal menitikberatkan keunggulannya lewat percakapan antara pemeran.
Selain itu, dialog yang tercipta juga begitu kuat dalam bentuk ekspresi para pemerannya. Kita akan diajak untuk menangkap percakapan dalam tatapan emosi diam para karakter utama. Selain bahasa Korea Selatan dan Indonesia, percakapan dengan bahasa daerah juga menjadikan film ini begitu kaya.
Di antara semua yang ada, visual Sampai Jumpa, Selamat Tinggal adalah yang paling menonjol. Film ini menyajikan gambar yang apik, baik dalam komposisi maupun sudut pengambilan. Penonton akan mendapatkan suguhan menarik gambar suasana kota yang dark, sunyi, dan begitu kesepian.
Gambar-gambar kota itu seolah berbicara tentang kesedihan dan kesendiran yang ingin disampaikan dalam film. Emosi dalam sajian visual suasana kota itu juga didukung oleh kostum yang digunakan oleh para pemain yang dominan berwarna gelap.
Di sisi lain, film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal memiliki beberapa catatan. Pertama adalah tentang latar belakang masalah setiap karakter yang begitu kurang detail. Tidak ada alasan yang jelas hingga akhirnya Dani pergi. Keduanya memang pernah memiliki adegan pertengkaran yang mengungkap alasan sang pria berada di Korea Selatan. Namun, itu terasa kurang.
Latar belakang ini menjadi penting karena cerita bermula dari pencarian Dani oleh Wyn. Penonton juga tidak pernah tahu siapa Wyn dan juga Dani. Apakah keduanya berasal dari keluarga biasa atau justru dari keluarga yang tidak biasa.
Tidak hanya itu, ada banyak pertanyaan yang belum terjawab terkait dengan karakter Rey meskipun film ini jelas menunjukkan salah satu luka yang membuatnya pergi ke Korea Selatan adalah kepergian sang istri untuk selama-lamanya.
Eksplorasi tentang Rey yang begitu minim dan terbatas juga membuat cerita terasa kurang menggigit. Isu tentang pekerja imigran yang diangkat dalam film ini begitu menarik. Namun, sayangnya, baru sebatas permukaan.
Padahal, pada bagian-bagian awal, penonton dapat mendengar bagaimana kekejaman Vanya terhadap para pekerja migran yang tidak manusiawi. Dia menganggap para pekerja hanya barang dengan ketiadaan kontrak kerja yang jelas.
Konflik yang ada terkait Vanya dalam film lebih kepada percintaan. Rasa cemburu Vanya terhadap kedekatan Rey dan Wyn yang membuat Dani marah. Selain itu, keputusan Rey yang akhirnya menerima pekerjaan yang ditawarkan oleh Vanya.
Film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal tayang di bioskop mulai 5 Juni 2025.
Baca juga: Produser Sampai Jumpa, Selamat Tinggal Ungkap Alasan Memilih Syuting di Korea Selatan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.