FIFA Hukum PSSI Imbas Perilaku Diskriminatif di Laga Jamuan Melawan Bahrain
12 May 2025 |
16:10 WIB
Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) memberi sanksi pada Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) setelah perilaku diskriminatif yang dilakukan suporter saat Indonesia menjamu Bahrain pada pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026, zona Asia putaran ketiga di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Maret.
Buntut dari sanksi ini bakal membuat Timnas Indonesia mengalami kerugian dalam laga lanjutan kualifikasi Piala Dunia Zona Asia 2026. Pasca laga tersebut Timnas Indonesia akan menjamu Timnas China, pada 5 Juni 2025, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).
Baca juga: Jadwal Sudirman Cup 2025 & Daftar Timnas Badminton Indonesia
Anggota Exco, PSSI, Arya Sinulingga menjelaskan, akibat insiden ini PSSI juga harus menerima hukuman denda sekitar Rp400 juta lebih. Lain dari itu PSSI, juga diperintahkan FIFA dalam berikutnya untuk mengurangi jumlah penonton, sekitar 15 persen dari kursi yang tersedia.
Menurut Arya pengurangan jumlah kursi ini akan diterapkan di belakang gawang bagian utara dan selatan. Namun, FIFA juga menawarkan alternatif lain agar jumlah tersebut dapat diisi dengan elemen suporter lain agar nantinya kursi dapat penuh, sehingga menambah euforia pertandingan.
"FIFA juga berikan ruang alternatif boleh saja 15 persen itu diberikan kepada komunitas anti diskriminasi, atau komunitas khusus seperti keluarga, mungkin pelajar atau perempuan. Dan mereka harus memasang spanduk anti diskriminasi," katanya dalam rilis pada awak media.
Berdasarkan insiden ini, FIFA, lanjut Arya, juga meminta PSSI untuk membuat rencana komprehensif melawan diskriminasi di sepak bola. Menurutnya sanksi ini juga menjadi pembelajaran, sehingga ke depannya diperlukan literasi bagi suporter agar tidak melakukan kegiatan diskriminatif.
"Jelas ini merugikan kita semua. Tapi harus ditanggung bersama-sama," jelasnya.
Diketahui, pada saat pertandingan antara Timnas Indonesia Vs Timnas Bahrain sejumlah suporter Indonesia meneriakkan slogan xenophobia pada pemain Bahrain. Berdasarkan sistem monitoring FIFA, mereka berada di tribun utara dan selatan, dan melakukan tindakan ini pada menit ke-80.
Xenophobia adalah rasa takut atau kebencian terhadap orang asing atau yang berbeda dari dirinya sendiri. Hal yang menyangkut xenophobia bisa berasal dari ras, kebangsaan, agama, dan karakteristik pembeda lainnya. Dalam kasus laga Indonesia vs Bahrain, tindakan tersebut diteriakkan sebagai sebuah yel-yel.
Baca juga: Karier Pelatih Nova Arianto, Sukses Bawa Timnas Indonesia U-17 ke Piala Dunia Qatar
Dalam olahraga, xenohobia dianggap mencoreng semangat fair play dan persaudaraan dalam sepak bola, sehingga terus menjadi perhatian serius bagi badan sepak bola dunia. FIFA juga telah melakukan berbagai langkah untuk mencegah motif tersebut, salah satunya dengan pertandingan sementara jika ada insiden xenophobia.
Namun, isu rasial ini sepertinya masih harus menjadi perhatian serius. Sebab sejak satu dekade terakhir kasus xenophobia dalam pertandingan sepak bola juga terus muncul. Pada 2013, misal, pemain Manchester City, Yaya Touré (asal Pantai Gading), mendapat ejekan rasial dan xenophobia dari suporter CSKA Moscow saat pertandingan Liga Champions.
Pada 2019, suporter Lazio juga mendapat sanksi dari FIGC (federasi sepak bola Italia) dan UEFA, karena sering melakukan tindakan rasis dan xenofobia, termasuk ejekan terhadap pemain lawan dari etnis atau kewarganegaraan berbeda. Imbasnya, Lazio pun beberapa kali mendapat sanksi menggelar pertandingan tanpa penonton.
Buntut dari sanksi ini bakal membuat Timnas Indonesia mengalami kerugian dalam laga lanjutan kualifikasi Piala Dunia Zona Asia 2026. Pasca laga tersebut Timnas Indonesia akan menjamu Timnas China, pada 5 Juni 2025, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).
Baca juga: Jadwal Sudirman Cup 2025 & Daftar Timnas Badminton Indonesia
Anggota Exco, PSSI, Arya Sinulingga menjelaskan, akibat insiden ini PSSI juga harus menerima hukuman denda sekitar Rp400 juta lebih. Lain dari itu PSSI, juga diperintahkan FIFA dalam berikutnya untuk mengurangi jumlah penonton, sekitar 15 persen dari kursi yang tersedia.
Menurut Arya pengurangan jumlah kursi ini akan diterapkan di belakang gawang bagian utara dan selatan. Namun, FIFA juga menawarkan alternatif lain agar jumlah tersebut dapat diisi dengan elemen suporter lain agar nantinya kursi dapat penuh, sehingga menambah euforia pertandingan.
"FIFA juga berikan ruang alternatif boleh saja 15 persen itu diberikan kepada komunitas anti diskriminasi, atau komunitas khusus seperti keluarga, mungkin pelajar atau perempuan. Dan mereka harus memasang spanduk anti diskriminasi," katanya dalam rilis pada awak media.
Berdasarkan insiden ini, FIFA, lanjut Arya, juga meminta PSSI untuk membuat rencana komprehensif melawan diskriminasi di sepak bola. Menurutnya sanksi ini juga menjadi pembelajaran, sehingga ke depannya diperlukan literasi bagi suporter agar tidak melakukan kegiatan diskriminatif.
"Jelas ini merugikan kita semua. Tapi harus ditanggung bersama-sama," jelasnya.
FIFA Sanctions Indonesia for Discriminatory Behavior in Bahrain Match
— ASEAN FOOTBALL (@theaseanball) May 11, 2025
PSSI received an official letter from FIFA regarding sanctions for Indonesia after the discriminatory behavior exhibited by fans during the match against Bahrain. #FIFA #Indonesia #PSSI pic.twitter.com/huF8yTDQhf
Diketahui, pada saat pertandingan antara Timnas Indonesia Vs Timnas Bahrain sejumlah suporter Indonesia meneriakkan slogan xenophobia pada pemain Bahrain. Berdasarkan sistem monitoring FIFA, mereka berada di tribun utara dan selatan, dan melakukan tindakan ini pada menit ke-80.
Xenophobia adalah rasa takut atau kebencian terhadap orang asing atau yang berbeda dari dirinya sendiri. Hal yang menyangkut xenophobia bisa berasal dari ras, kebangsaan, agama, dan karakteristik pembeda lainnya. Dalam kasus laga Indonesia vs Bahrain, tindakan tersebut diteriakkan sebagai sebuah yel-yel.
Baca juga: Karier Pelatih Nova Arianto, Sukses Bawa Timnas Indonesia U-17 ke Piala Dunia Qatar
Dalam olahraga, xenohobia dianggap mencoreng semangat fair play dan persaudaraan dalam sepak bola, sehingga terus menjadi perhatian serius bagi badan sepak bola dunia. FIFA juga telah melakukan berbagai langkah untuk mencegah motif tersebut, salah satunya dengan pertandingan sementara jika ada insiden xenophobia.
Namun, isu rasial ini sepertinya masih harus menjadi perhatian serius. Sebab sejak satu dekade terakhir kasus xenophobia dalam pertandingan sepak bola juga terus muncul. Pada 2013, misal, pemain Manchester City, Yaya Touré (asal Pantai Gading), mendapat ejekan rasial dan xenophobia dari suporter CSKA Moscow saat pertandingan Liga Champions.
Pada 2019, suporter Lazio juga mendapat sanksi dari FIGC (federasi sepak bola Italia) dan UEFA, karena sering melakukan tindakan rasis dan xenofobia, termasuk ejekan terhadap pemain lawan dari etnis atau kewarganegaraan berbeda. Imbasnya, Lazio pun beberapa kali mendapat sanksi menggelar pertandingan tanpa penonton.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.