Hari Raya Waisak 2025: Simak Tema, Makna & Rangkaian Acaranya
10 May 2025 |
16:01 WIB
Umat Buddha di Indonesia akan merayakan peringatan Hari Raya Tri Suci Waisak 2569 Buddhis Era (BE) pada 12 Mei 2025. Setiap tahunnya, perayaan Waisak membawa pesan kedamaian, pengendalian diri, dan kebijaksanaan yang relevan untuk semua kalangan.
Tahun ini, perayaan Waisak di Indonesia mengusung tema "Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan Mewujudkan Perdamaian Dunia", sebagaimana dikutip dari laman Ditjen Bimas Buddha Kementerian Agama. Sementara sub tema tahun ini adalah “Bersatu Mewujudkan Damai Waisak untuk Kebahagiaan Semua Makhluk”.
Tema tersebut mengandung makna mendalam yang mengajak umat Buddha untuk memperkuat nilai-nilai pengendalian diri dan kebijaksanaan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai jalan menuju terciptanya kedamaian tidak hanya di lingkungan sekitar, namun juga di dunia secara luas.
Baca Juga: Daftar Diskon dan Promo Menarik saat Libur Panjang Hari Waisak
Pengendalian diri dan kebijaksanaan adalah dua pilar utama dalam ajaran Buddha yang membantu mengatasi konflik batin dan eksternal. Dengan mengamalkan nilai-nilai ini, umat Buddha diharapkan mampu menjadi agen perdamaian di tengah tantangan global yang semakin kompleks.
Penyuluh Agama Buddha Kankemenag Deli Serdang, Amat, menjelaskan Waisak berasal dari dua bahasa yaitu Vaisakha (Sansekerta) dan Vesakha (Pali), yang berarti nama bulan dalam kalender Buddhis. Pada kalender Masehi, Waisak umumnya jatuh pada akhir April, Mei, atau awal Juni.
Kalangan umat Buddha menyebut Waisak sebagai Hari Raya Trisuci Waisak, karena untuk memperingati tiga peristiwa penting, yaitu kelahiran Bodhisattva (calon Buddha) Siddharta Gautama di Taman Lumbini pada tahun 623 SM, Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna di Bodh pada tahun 588 SM, serta wafatnya Buddha Gotama (Maha Parinibbana) di Kusinara.
Untuk menyambut perayaan Waisak, umat Buddha biasanya mengadakan kegiatan bersih vihara, ziarah ke makan leluhur, serta membersihkan makam pahlawan. Sementara pada Hari Waisak, umat Buddha akan melaksanakan puja pada detik-detik bulan purnama, termasuk kegiatan lomba atau pentas kesenian semakin memeriahkan perayaannya.
Amat menjelaskan pencapaian "Penerangan Sempurna” merupakan salah satu peristiwa yang diperingati pada hari Waisak. Pencapaian Buddha ini, katanya, hendaknya menjadi inspirasi dan motivasi umat Buddha untuk senantiasa berbuat kebajikan.
"Perayaan Waisak, tidak hanya melaksanakan tradisi puja, tetapi lebih dari itu, yakni umat Buddha dapat meneladani tekad, semangat, pantang menyerah, dan sifat-sifat luhur Buddha serta senantiasa melaksanakan dhamma," katanya dilansir dari situs Kementerian Agama RI.
Amat menjelaskan tekad dan semangat Buddha Gautama itu ditunjukkan ketika beliau terlahir sebagai Petapa Sumedha, pada masa kehidupan Buddha Dipankara. Petapa Sumedha, jelas dia, bertekad untuk menjadi Buddha pada masa selanjutnya.
Ketika waktunya telah tiba, Siddharta Gautama pun terlahir di Bumi untuk terakhir kalinya demi menyempurnakan parami. Setelah Penerangan Sempurna terealisasikan, Buddha mendedikasikan hidupnya untuk menyebarkan dhamma dan membentuk Sangha.
"Saat menjelang wafat, beliau berpesan, oh para Bhikkhu, segala sesuatu tidak kekal adanya, berjuanglah dengan kewaspadaan [Maha Parinibbana Sutta]. Sudahkah melaksanakan pesan beliau," katanya.
Amat menambahkan kisah hidup Buddha Gautama mengajarkan umatnya tentang perlunya perjuangan. Umat Buddha, lanjutnya, yang menyambut Waisak dengan penuh kesadaran dan meneladani sifat-sifat luhur Buddha diharapkan mampu memaknai arti Waisak yang sesungguhnya.
"Penghormatan atau puja tertinggi pada Buddha adalah dengan melaksanakan Dhamma dalam berbagai segi kehidupan, baik kehidupan sehari-hari, beragama, berbangsa dan bernegara," terangnya.
Tahun ini, perayaan Waisak di Indonesia mengusung tema "Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan Mewujudkan Perdamaian Dunia", sebagaimana dikutip dari laman Ditjen Bimas Buddha Kementerian Agama. Sementara sub tema tahun ini adalah “Bersatu Mewujudkan Damai Waisak untuk Kebahagiaan Semua Makhluk”.
Tema tersebut mengandung makna mendalam yang mengajak umat Buddha untuk memperkuat nilai-nilai pengendalian diri dan kebijaksanaan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai jalan menuju terciptanya kedamaian tidak hanya di lingkungan sekitar, namun juga di dunia secara luas.
Baca Juga: Daftar Diskon dan Promo Menarik saat Libur Panjang Hari Waisak
Pengendalian diri dan kebijaksanaan adalah dua pilar utama dalam ajaran Buddha yang membantu mengatasi konflik batin dan eksternal. Dengan mengamalkan nilai-nilai ini, umat Buddha diharapkan mampu menjadi agen perdamaian di tengah tantangan global yang semakin kompleks.
Makna Perayaan Waisak
Penyuluh Agama Buddha Kankemenag Deli Serdang, Amat, menjelaskan Waisak berasal dari dua bahasa yaitu Vaisakha (Sansekerta) dan Vesakha (Pali), yang berarti nama bulan dalam kalender Buddhis. Pada kalender Masehi, Waisak umumnya jatuh pada akhir April, Mei, atau awal Juni.
Kalangan umat Buddha menyebut Waisak sebagai Hari Raya Trisuci Waisak, karena untuk memperingati tiga peristiwa penting, yaitu kelahiran Bodhisattva (calon Buddha) Siddharta Gautama di Taman Lumbini pada tahun 623 SM, Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna di Bodh pada tahun 588 SM, serta wafatnya Buddha Gotama (Maha Parinibbana) di Kusinara.
Untuk menyambut perayaan Waisak, umat Buddha biasanya mengadakan kegiatan bersih vihara, ziarah ke makan leluhur, serta membersihkan makam pahlawan. Sementara pada Hari Waisak, umat Buddha akan melaksanakan puja pada detik-detik bulan purnama, termasuk kegiatan lomba atau pentas kesenian semakin memeriahkan perayaannya.
Amat menjelaskan pencapaian "Penerangan Sempurna” merupakan salah satu peristiwa yang diperingati pada hari Waisak. Pencapaian Buddha ini, katanya, hendaknya menjadi inspirasi dan motivasi umat Buddha untuk senantiasa berbuat kebajikan.
"Perayaan Waisak, tidak hanya melaksanakan tradisi puja, tetapi lebih dari itu, yakni umat Buddha dapat meneladani tekad, semangat, pantang menyerah, dan sifat-sifat luhur Buddha serta senantiasa melaksanakan dhamma," katanya dilansir dari situs Kementerian Agama RI.
Amat menjelaskan tekad dan semangat Buddha Gautama itu ditunjukkan ketika beliau terlahir sebagai Petapa Sumedha, pada masa kehidupan Buddha Dipankara. Petapa Sumedha, jelas dia, bertekad untuk menjadi Buddha pada masa selanjutnya.
Ketika waktunya telah tiba, Siddharta Gautama pun terlahir di Bumi untuk terakhir kalinya demi menyempurnakan parami. Setelah Penerangan Sempurna terealisasikan, Buddha mendedikasikan hidupnya untuk menyebarkan dhamma dan membentuk Sangha.
"Saat menjelang wafat, beliau berpesan, oh para Bhikkhu, segala sesuatu tidak kekal adanya, berjuanglah dengan kewaspadaan [Maha Parinibbana Sutta]. Sudahkah melaksanakan pesan beliau," katanya.
Amat menambahkan kisah hidup Buddha Gautama mengajarkan umatnya tentang perlunya perjuangan. Umat Buddha, lanjutnya, yang menyambut Waisak dengan penuh kesadaran dan meneladani sifat-sifat luhur Buddha diharapkan mampu memaknai arti Waisak yang sesungguhnya.
"Penghormatan atau puja tertinggi pada Buddha adalah dengan melaksanakan Dhamma dalam berbagai segi kehidupan, baik kehidupan sehari-hari, beragama, berbangsa dan bernegara," terangnya.
Rangkaian Perayaan Waisak Nasional 2025
Tahun ini, perayaan Hari Waisak Nasional akan kembali dilaksanakan di Candi Borobudur dengan acara puncak pada 12 Mei 2025. Melansir laman Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI), berikut adalah rangkaian acara Hari Raya Waisak 2025.
- 4 Mei 2025: Karya Bakti Taman Makam Pahlawan di Seluruh Indonesia
- 10-11 Mei 2025: Bakti Sosial Pengobatan Gratis di Zona 2 Candi Borobudur
- 10 Mei 2025: Api Dharma di Mrapen, Grobogan dan Ritual Pensakralan di Candi Mendut
- 11 Mei 2025: Air Berkah Umbul Jumprit, Temanggung dan Ritual Pensakralan di Candi Mendut
- 12 Mei 2025: Kirab Waisak Candi Mendut ke Candi Borobudur, Pelepasan Lampion Waisak, Detik-detik Waisak 2025 jam 23.55.29 WIB, dan Pradaksina Candi Borobudur
Perayaan Hari Waisak di Candi Borobudur diperkirakan akan dihadiri lebih dari 150.000 umat Buddha dan masyarakat luas baik dari dalam maupun luar negeri. Untuk menghormati perayaan ini, pemerintah juga menetapkan libur nasional Waisak 2025 pada 12 Mei dan pada 13 Mei sebagai hari libur cuti bersama.
Baca Juga: Cek Kemeriahan Rangkaian Acara Perayaan Hari Waisak 2025 di Candi Borobudur
Baca Juga: Cek Kemeriahan Rangkaian Acara Perayaan Hari Waisak 2025 di Candi Borobudur
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.