Hari Anti Bullying Tiap 4 Mei, Ajak Masyarakat Dunia untuk Hentikan Perundungan
04 May 2025 |
08:35 WIB
Tanggal 4 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Anti Bullying. Peringatan ini dibuat untuk mendorong kesadaran dan aksi kolektif di seluruh dunia guna mengakhiri bullying atau perundungan khususnya di sekolah. Meski bullying bisa terjadi di mana saja, faktanya perundungan paling rentan terjadi di kalangan anak-anak yang merupakan kelompok rentan.
Seperti dikutip dari National Day, Hari Anti Bullying terbentuk bermula pada 2007, terdapat seorang anak laki-laki bernama Jadrien Cota di Nova Scotia, Kanada, yang di-bully dengan sangat buruk karena mengenakan kaos merah muda (pink) pada hari pertama sekolah
Untuk membela insiden tersebut, dua orang bernama David Shepherd dan Travis Price akhirnya mengambil tindakan untuk membela Jadrien Cota. Mereka membagikan 50 kaos berwarna merah muda kepada orang-orang untuk menunjukkan dukungan kepada Jadrien. Aksi tersebut kemudian diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk meningkatkan kesadaran dan memerangi perundungan di seluruh dunia.
Baca juga:
PBB pun menetapkan Hari Anti-Bullying jatuh pada 4 Mei di tahun yang sama. Tujuannya untuk mengingatkan kepada masyarakat akan pentingnya membela siapa pun yang menjadi korban bully tanpa memandang ras, jenis kelamin, maupun usia.
Apa Itu Bullying?
Bullying merupakan perilaku yang sengaja dilakukan untuk menyakiti korbannya baik melalui kekerasan fisik maupun verbal, yang dilakukan berulang kali, sebagaimana dilansir dari situs resmi Unicef. Bentuk perundungan bisa berupa pelecehan fisik, verbal, pengucilan sosial, hingga penyebaran rumor yang ditujukan kepada korban.
Tindakan tersebut berdampak sangat buruk bagi korban karena bahkan bisa merenggut nyawa seseorang. Perilaku merundung ini biasanya dilakukan oleh seseorang untuk menunjukkan dominasi. Para pelaku biasanya akan meremehkan korban berdasarkan penampilan, ras, jenis kelamin, seksualitas, bahkan agama.
Beberapa pelaku bahkan melakukan perundungan hanya karena ingin tanpa alasan apa pun. Umumnya, perundungan banyak terjadi di kalangan anak-anak karena termasuk dalam kelompok rentan.
Menurut data PBB, sekitar 130 juta atau 1 dari 3 anak di seluruh dunia mengalami beberapa bentuk bullying. Perundungan yang terjadi pun memiliki dampak langsung dan terjadi dalam jangka waktu yang panjang, baik terhadap kesehatan, prestasi sekolah serta kesejahteraan anak-anak secara keseluruhan.
Anak-anak yang melakukan perundungan biasanya berasal dari kalangan status sosial yang dianggap lebih tinggi, seperti anak-anak dari keluarga mapan, lebih kuat ataupun dianggap populer. Sebaliknya, anak-anak dari komunitas yang terpinggirkan, keluarga miskin, identitas yang berbeda, penyandang disabilitas, ataupun anak-anak migran dan pengungsi rentan menjadi korban bully.
Kini, dengan kecanggihan teknologi, perundungan juga terjadi di ruang-ruang siber seperti media sosial, aplikasi pesan instan, atau platform daring lainnya tempat anak-anak berinteraksi. Perundungan siber lebih merugikan lantaran dapat dengan cepat menjangkau khalayak luas, dan meninggalkan jejak permanen di dunia maya yang bisa diakses semua orang.
Tanda-Tanda Anak Korban Bullying
Anak-anak biasanya sulit untuk mengungkapkan kekhawatiran mereka secara verbal terkait bullying. Namun, ada sejumlah hal yang perlu diwaspadai yang menjadi tanda-tanda bahwa anak merupakan korban bullying, seperti berikut ini.
Langkah yang Harus Dilakukan saat Anak Dirundung
Jika orang tua sudah menemukan tanda-tanda anak menjadi korban perundungan, segera ambil beberapa langkah yang dapat membantu mereka seperti berikut ini.
1. Dengarkan anak secara terbuka
Komunikasi yang terbuka penting dilakukan agar anak-anak merasa nyaman menceritakan apa yang terjadi dalam hidup mereka. Fokuslah untuk membuat mereka merasa didengarkan dan didukung, alih-alih mencoba mencari penyebab perundungan atau mencoba menyelesaikan masalah. Pastikan mereka tahu bahwa itu bukan salah mereka.
2. Yakinkan anak
Katakan kepada anak bahwa kalian memercayainya, kalian senang mereka memberi tahu kejadian yang sebenarnya, bahwa itu bukan kesalahan mereka, dan kalian akan melakukan yang terbaik untuk mencari bantuan. Penting juga untuk memastikan bahwa anak merasa diayomi, dibela, didukung, dan senantiasa didampingi dalam kondisi apa pun.
3. Cari pedampingan
Orang tua dan anak-anak tidak harus menghadapi perundungan sendirian. Tanyakan apakah sekolah memiliki kebijakan atau tata tertib tentang perundungan. Kebijakan atau tata tertib ini biasanya dapat berlaku untuk perundungan secara langsung maupun daring.
Selain dari sekolah, penting juga untuk membawa anak korban perundungan ke psikolog supaya mendapatkan pendampingan yang menyeluruh. Dengan psikolog, anak mendapatkan ruang yang aman untuk mengungkapkan cerita yang sebenarnya dari sudut pandangnya.
4. Jadilah support system anak
Bagi anak, memiliki orang tua yang mendukung sangat penting untuk menghadapi dampak perundungan. Pastikan mereka tahu bahwa mereka dapat berbicara dengan orang tuanya kapan saja dan yakinkan mereka bahwa keadaan akan membaik.
5. Jaga hubungan & komunikasi yang baik
Sebagai upaya preventif atau pencegahan tindakan perundungan pada anak, orang tua perlu memastikan telah membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan anak mereka. Terlebih jika anak masih berada pada usia remaja.
Sebab, anak remaja acapkali hanya mengungkapkan hal-hal yang ingin dia sampaikan saja kepada orang tuanya, alih-alih bersikap terbuka. Oleh karena itu, orang tua perlu memiliki kepekaan untuk melihat perubahan yang terjadi pada anaknya. Termasuk, mengecek aktivitasnya di sekolah dan lingkungan pertemanannya.
Baca juga:
Seperti dikutip dari National Day, Hari Anti Bullying terbentuk bermula pada 2007, terdapat seorang anak laki-laki bernama Jadrien Cota di Nova Scotia, Kanada, yang di-bully dengan sangat buruk karena mengenakan kaos merah muda (pink) pada hari pertama sekolah
Untuk membela insiden tersebut, dua orang bernama David Shepherd dan Travis Price akhirnya mengambil tindakan untuk membela Jadrien Cota. Mereka membagikan 50 kaos berwarna merah muda kepada orang-orang untuk menunjukkan dukungan kepada Jadrien. Aksi tersebut kemudian diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk meningkatkan kesadaran dan memerangi perundungan di seluruh dunia.
Baca juga:
PBB pun menetapkan Hari Anti-Bullying jatuh pada 4 Mei di tahun yang sama. Tujuannya untuk mengingatkan kepada masyarakat akan pentingnya membela siapa pun yang menjadi korban bully tanpa memandang ras, jenis kelamin, maupun usia.
Apa Itu Bullying?
Bullying merupakan perilaku yang sengaja dilakukan untuk menyakiti korbannya baik melalui kekerasan fisik maupun verbal, yang dilakukan berulang kali, sebagaimana dilansir dari situs resmi Unicef. Bentuk perundungan bisa berupa pelecehan fisik, verbal, pengucilan sosial, hingga penyebaran rumor yang ditujukan kepada korban.
Tindakan tersebut berdampak sangat buruk bagi korban karena bahkan bisa merenggut nyawa seseorang. Perilaku merundung ini biasanya dilakukan oleh seseorang untuk menunjukkan dominasi. Para pelaku biasanya akan meremehkan korban berdasarkan penampilan, ras, jenis kelamin, seksualitas, bahkan agama.
Beberapa pelaku bahkan melakukan perundungan hanya karena ingin tanpa alasan apa pun. Umumnya, perundungan banyak terjadi di kalangan anak-anak karena termasuk dalam kelompok rentan.
Menurut data PBB, sekitar 130 juta atau 1 dari 3 anak di seluruh dunia mengalami beberapa bentuk bullying. Perundungan yang terjadi pun memiliki dampak langsung dan terjadi dalam jangka waktu yang panjang, baik terhadap kesehatan, prestasi sekolah serta kesejahteraan anak-anak secara keseluruhan.
Anak-anak yang melakukan perundungan biasanya berasal dari kalangan status sosial yang dianggap lebih tinggi, seperti anak-anak dari keluarga mapan, lebih kuat ataupun dianggap populer. Sebaliknya, anak-anak dari komunitas yang terpinggirkan, keluarga miskin, identitas yang berbeda, penyandang disabilitas, ataupun anak-anak migran dan pengungsi rentan menjadi korban bully.
Kini, dengan kecanggihan teknologi, perundungan juga terjadi di ruang-ruang siber seperti media sosial, aplikasi pesan instan, atau platform daring lainnya tempat anak-anak berinteraksi. Perundungan siber lebih merugikan lantaran dapat dengan cepat menjangkau khalayak luas, dan meninggalkan jejak permanen di dunia maya yang bisa diakses semua orang.
Tanda-Tanda Anak Korban Bullying
Anak-anak biasanya sulit untuk mengungkapkan kekhawatiran mereka secara verbal terkait bullying. Namun, ada sejumlah hal yang perlu diwaspadai yang menjadi tanda-tanda bahwa anak merupakan korban bullying, seperti berikut ini.
- Tanda-tanda fisik seperti memar yang tidak dapat dijelaskan, goresan, tulang patah, dan luka yang masih dalam tahap penyembuhan
- Takut pergi ke sekolah atau mengikuti acara sekolah
- Merasa cemas, gugup atau sangat waspada
- Memiliki sedikit teman di dalam atau di luar sekolah
- Kehilangan teman secara tiba-tiba atau menghindari situasi sosial
- Pakaian, barang elektronik, atau barang pribadi lainnya hilang atau rusak
- Sering meminta uang
- Prestasi akademik rendah
- Berusaha untuk tetap dekat dengan orang dewasa
- Tidak bisa tidur nyenyak dan mungkin mengalami mimpi buruk
- Mengeluh sakit kepala, sakit perut atau penyakit fisik lainnya
- Sering merasa tertekan setelah menghabiskan waktu di dunia maya atau menggunakan ponsel (tanpa penjelasan yang masuk akal)
- Menjadi sangat tertutup, terutama dalam hal aktivitas online
- Menjadi agresif atau memiliki ledakan kemarahan.
Langkah yang Harus Dilakukan saat Anak Dirundung
Jika orang tua sudah menemukan tanda-tanda anak menjadi korban perundungan, segera ambil beberapa langkah yang dapat membantu mereka seperti berikut ini.
1. Dengarkan anak secara terbuka
Komunikasi yang terbuka penting dilakukan agar anak-anak merasa nyaman menceritakan apa yang terjadi dalam hidup mereka. Fokuslah untuk membuat mereka merasa didengarkan dan didukung, alih-alih mencoba mencari penyebab perundungan atau mencoba menyelesaikan masalah. Pastikan mereka tahu bahwa itu bukan salah mereka.
2. Yakinkan anak
Katakan kepada anak bahwa kalian memercayainya, kalian senang mereka memberi tahu kejadian yang sebenarnya, bahwa itu bukan kesalahan mereka, dan kalian akan melakukan yang terbaik untuk mencari bantuan. Penting juga untuk memastikan bahwa anak merasa diayomi, dibela, didukung, dan senantiasa didampingi dalam kondisi apa pun.
3. Cari pedampingan
Orang tua dan anak-anak tidak harus menghadapi perundungan sendirian. Tanyakan apakah sekolah memiliki kebijakan atau tata tertib tentang perundungan. Kebijakan atau tata tertib ini biasanya dapat berlaku untuk perundungan secara langsung maupun daring.
Selain dari sekolah, penting juga untuk membawa anak korban perundungan ke psikolog supaya mendapatkan pendampingan yang menyeluruh. Dengan psikolog, anak mendapatkan ruang yang aman untuk mengungkapkan cerita yang sebenarnya dari sudut pandangnya.
4. Jadilah support system anak
Bagi anak, memiliki orang tua yang mendukung sangat penting untuk menghadapi dampak perundungan. Pastikan mereka tahu bahwa mereka dapat berbicara dengan orang tuanya kapan saja dan yakinkan mereka bahwa keadaan akan membaik.
5. Jaga hubungan & komunikasi yang baik
Sebagai upaya preventif atau pencegahan tindakan perundungan pada anak, orang tua perlu memastikan telah membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan anak mereka. Terlebih jika anak masih berada pada usia remaja.
Sebab, anak remaja acapkali hanya mengungkapkan hal-hal yang ingin dia sampaikan saja kepada orang tuanya, alih-alih bersikap terbuka. Oleh karena itu, orang tua perlu memiliki kepekaan untuk melihat perubahan yang terjadi pada anaknya. Termasuk, mengecek aktivitasnya di sekolah dan lingkungan pertemanannya.
Baca juga:
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.