Pameran Habis Gelap Terbitlah Terang: Metamorfosis Artistik Seniman Sasya Tranggono
29 April 2025 |
20:00 WIB
Senarai lukisan bergambar bunga berpendar dalam sorot cahaya. Semuanya mekar, penuh warna, dan tampil mencolok dalam keremangan ruang. Ada yang mengimak anggrek, lili, kembang sepatu, tulip, hingga krisan, dan varietas kembang lainnya.
Salah satu yang menarik adalah karya bertajuk I Melt in Your Peace (watercolor on canvas, 70 x 180 cm). Berbeda dari karya-karya sebelumnya, lukisan ini menghadirkan berbagai jenis bunga dengan kupu yang hinggap di atasnya. Dengan tenang, dia menghisap putik sari.
I Melt in Your Peace (2020) merupakan salah satu karya perupa Sasya Tranggono dalam pameran tunggal bertajuk Habis Gelap Terbitlah Terang. Dihelat di Bentara Budaya Art Gallery, lantai 8, Menara Kompas, Jakarta, seteleng ini berlangsung pada 21 April sampai 21 Mei 2025.
Baca juga: Salihara Gelar Pameran Marka/Matriks, Pajang Ratusan Karya Seni Grafis Terkini
Habis Gelap Terbitlah Terang merupakan pameran tunggal ke sekian dari Sasya. Digelar untuk menyambut Hari Kartini, total Sasya memboyong 50 karya seni rupa baik 2 dan 3 dimensi yang semuanya mengeksplorasi simbolisme pemberdayaan perempuan dalam berbagai tema dan objek.
Sasya mengatakan dihelatnya pameran ini memang didedikasikan untuk Kartini, dan kaum perempuan. Pemilihan tajuk pamerannya, selain merujuk pada buku karya Kartini, juga berkaitan dengan perjalanan hidup dan kiprah kesenimanannya.
Menurut Sasya, karya-karya yang ditampilkan dalam pameran ini menggambarkan transformasi perjalanan artistiknya. Lain dari itu, tajuk tersebut juga merepresentasikan perjalanan spiritualnya sebagai seorang Kristiani, yang menemukan 'cahaya' dari kitab Injil yang dibaca.
"Saya juga merefleksikan peran perempuan itu sangat penting untuk keluarga dan bangsa. Sebab, dia 'menelurkan' generasi yang akan datang. Oleh karena itu saya berharap generasi muda juga bisa meneruskan semangat ini," katanya saat ditemui Hypeabis.id.
Bunga, bagi Sasya telah menjadi inspirasi sejak awal ketika dia menekuni seni rupa. Momen tersebut tak lepas dari saat dirinya menempuh pendidikan di Belanda. Negeri Kincir Angin ini, memang dikenal sebagai negara yang kaya akan bunga, khususnya Tulip.
Arkian, dari sinilah Sasya mengeksplorasi berbagai bentuk gambar bunga dalam ragam media. Awalnya, dia menggambarnya di atas kertas, tetapi eksplorasi itu berlanjut ke media lain, seperti media campuran di atas kanvas, akrilik, hingga kain.
Pada karya terbaru misal, Sasya menggambar bunga popi bertajuk Your Flowed Red Blood, Made Me White Again (acrylic on canvas, 140 x 140 cm). Terdiri dari dua karya (diptych), dengan halus Sasya mengaplikasikan cat sehingga tercipta gambar yang mendekati nyata.
Lukisan bunga lain juga hadir dalam karya bertajuk You Lead The Way and I will Follow (2020), He is my Prince of Peace (2020), You, Where I Belong (2020), dan My Sin was Great, but your Love was Greater (2025). Semua lukisan ini hadir dengan palet-palet yang cerah dan terkesan hidup.
Kurator Mohammad Hilmi Faiq mengatakan, karya-karya yang dihadirkan dalam pameran ini memang menghadirkan transformasi pengkaryaan Sasya. Di antaranya mulai dari penggunaan material, tema, dan kecenderungan simbol-simbol yang dihadirkan, dan lekat dengan perempuan.
Bagi Hilmi, karya dari Sasya bukan hanya indah secara visual, tetapi juga penuh makna filosofis yang menggambarkan transformasi kehidupan perempuan. Bunga misal, selain indah juga merepresentasikan feminitas, kehidupan, dan harapan, serta simbol perlawanan.
"Bunga dalam karya Sasya adalah subjek aktif yang berkembang secara dinamis, yang menggambarkan siklus hidup perempuan dari masa muda hingga dewasa," katanya.
Menurut Hilmi, berbeda dengan seniman perempuan segenerasinya, Sasya juga memiliki corak khas. Salah satunya adalah lewat eksplorasi figur dan karakter wayang. Kendati menggunakan wayang, akan tetapi, karya-karyanya telah lepas dari pakem-pakem yang mengikat.
Momen tersebut misalnya, terefleksi dalam karya bertajuk Betrayed by a kiss (mix media on paper, 113 x193 cm, 2022) yang mengimak adegan Perjamuan Terakhir. Dalam karya ini Sasya menggambar sosok Yesus saat makan malam bersama 12 muridnya, di mana kelak salah satu akan mengkhianatinya.
Namun, alih-alih menggambar selusin murid yang semuanya laki-laki itu, Sasya justru menggantinya dengan 12 karakter perempuan. Mereka juga digambarkan dalam wajah yang sendu. Uniknya, Sasya juga menggunakan palet pink, yang tidak ada dalam warna asli pewayangan.
"Dari segi crafting, dan cara pengekspresian, karya-karya Sasya juga berbeda dengan wayang yang pernah saya temukan. Mana ada wayang dengan warna pink? Tapi dengan segala kebebasannya, Sasya justru melampaui [pakem] itu," imbuh Hilmi.
Adapun untuk simbol kupu-kupu menurut Sasya juga merepresentasikan kaum perempuan. Kupu-kupu dalam karyanya ini merupakan simbol metamorfosis kekuatan intrinsik perempuan, yang digambarkan melalui penggunaan material, mulai dari batu, pasir, dan campuran lain.
"Ini juga bentuk eksplorasi saya terhadap material lain. Mulai dari cat air di atas kanvas, akrilik, dan mencoba media lain. Jadi, di pameran ini objek karyaku berubah, atau semacam metamorfosis," katanya.
Baca juga: Resmi Dibuka, Pameran Misykat Tampilkan Artefak Islam Nusantara dari Situs Bongal
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Salah satu yang menarik adalah karya bertajuk I Melt in Your Peace (watercolor on canvas, 70 x 180 cm). Berbeda dari karya-karya sebelumnya, lukisan ini menghadirkan berbagai jenis bunga dengan kupu yang hinggap di atasnya. Dengan tenang, dia menghisap putik sari.
I Melt in Your Peace (2020) merupakan salah satu karya perupa Sasya Tranggono dalam pameran tunggal bertajuk Habis Gelap Terbitlah Terang. Dihelat di Bentara Budaya Art Gallery, lantai 8, Menara Kompas, Jakarta, seteleng ini berlangsung pada 21 April sampai 21 Mei 2025.
Baca juga: Salihara Gelar Pameran Marka/Matriks, Pajang Ratusan Karya Seni Grafis Terkini
Habis Gelap Terbitlah Terang merupakan pameran tunggal ke sekian dari Sasya. Digelar untuk menyambut Hari Kartini, total Sasya memboyong 50 karya seni rupa baik 2 dan 3 dimensi yang semuanya mengeksplorasi simbolisme pemberdayaan perempuan dalam berbagai tema dan objek.
Sasya mengatakan dihelatnya pameran ini memang didedikasikan untuk Kartini, dan kaum perempuan. Pemilihan tajuk pamerannya, selain merujuk pada buku karya Kartini, juga berkaitan dengan perjalanan hidup dan kiprah kesenimanannya.
Sejumlah pengunjung berfoto di depan karya Sasya Tranggono dalam pameran Habis Gelap Terbitlah Terang di Bentara Art Budaya Galery, Jakarta, Senin (21/4/2025). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Robby Fathan)
"Saya juga merefleksikan peran perempuan itu sangat penting untuk keluarga dan bangsa. Sebab, dia 'menelurkan' generasi yang akan datang. Oleh karena itu saya berharap generasi muda juga bisa meneruskan semangat ini," katanya saat ditemui Hypeabis.id.
Bunga, bagi Sasya telah menjadi inspirasi sejak awal ketika dia menekuni seni rupa. Momen tersebut tak lepas dari saat dirinya menempuh pendidikan di Belanda. Negeri Kincir Angin ini, memang dikenal sebagai negara yang kaya akan bunga, khususnya Tulip.
Arkian, dari sinilah Sasya mengeksplorasi berbagai bentuk gambar bunga dalam ragam media. Awalnya, dia menggambarnya di atas kertas, tetapi eksplorasi itu berlanjut ke media lain, seperti media campuran di atas kanvas, akrilik, hingga kain.
Pada karya terbaru misal, Sasya menggambar bunga popi bertajuk Your Flowed Red Blood, Made Me White Again (acrylic on canvas, 140 x 140 cm). Terdiri dari dua karya (diptych), dengan halus Sasya mengaplikasikan cat sehingga tercipta gambar yang mendekati nyata.
Lukisan bunga lain juga hadir dalam karya bertajuk You Lead The Way and I will Follow (2020), He is my Prince of Peace (2020), You, Where I Belong (2020), dan My Sin was Great, but your Love was Greater (2025). Semua lukisan ini hadir dengan palet-palet yang cerah dan terkesan hidup.
Simbol Filosofis
Selain mengeksplorasi bunga, Sasya juga meneroka tema perempuan dengan simbol-simbol lain. Di antaranya adalah wayang dan kupu-kupu. Secara umum, pameran ini memang dibagi menjadi tiga zona utama yakni bunga, kupu-kupu, dan wayang.Kurator Mohammad Hilmi Faiq mengatakan, karya-karya yang dihadirkan dalam pameran ini memang menghadirkan transformasi pengkaryaan Sasya. Di antaranya mulai dari penggunaan material, tema, dan kecenderungan simbol-simbol yang dihadirkan, dan lekat dengan perempuan.
Bagi Hilmi, karya dari Sasya bukan hanya indah secara visual, tetapi juga penuh makna filosofis yang menggambarkan transformasi kehidupan perempuan. Bunga misal, selain indah juga merepresentasikan feminitas, kehidupan, dan harapan, serta simbol perlawanan.
"Bunga dalam karya Sasya adalah subjek aktif yang berkembang secara dinamis, yang menggambarkan siklus hidup perempuan dari masa muda hingga dewasa," katanya.
Menurut Hilmi, berbeda dengan seniman perempuan segenerasinya, Sasya juga memiliki corak khas. Salah satunya adalah lewat eksplorasi figur dan karakter wayang. Kendati menggunakan wayang, akan tetapi, karya-karyanya telah lepas dari pakem-pakem yang mengikat.
Seorang pengunjung menikmati karya Sasya Tranggono dalam pameran Habis Gelap Terbitlah Terang di Bentara Art Budaya Galery, Jakarta, Senin (21/4/2025). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
Namun, alih-alih menggambar selusin murid yang semuanya laki-laki itu, Sasya justru menggantinya dengan 12 karakter perempuan. Mereka juga digambarkan dalam wajah yang sendu. Uniknya, Sasya juga menggunakan palet pink, yang tidak ada dalam warna asli pewayangan.
"Dari segi crafting, dan cara pengekspresian, karya-karya Sasya juga berbeda dengan wayang yang pernah saya temukan. Mana ada wayang dengan warna pink? Tapi dengan segala kebebasannya, Sasya justru melampaui [pakem] itu," imbuh Hilmi.
Adapun untuk simbol kupu-kupu menurut Sasya juga merepresentasikan kaum perempuan. Kupu-kupu dalam karyanya ini merupakan simbol metamorfosis kekuatan intrinsik perempuan, yang digambarkan melalui penggunaan material, mulai dari batu, pasir, dan campuran lain.
"Ini juga bentuk eksplorasi saya terhadap material lain. Mulai dari cat air di atas kanvas, akrilik, dan mencoba media lain. Jadi, di pameran ini objek karyaku berubah, atau semacam metamorfosis," katanya.
Baca juga: Resmi Dibuka, Pameran Misykat Tampilkan Artefak Islam Nusantara dari Situs Bongal
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.